Hellooooooww
Aku kembali dengan kelanjutan cerita ini. Aku harus baca dulu dari awal cerita ini biar gak lupa sama alurnya 🤣
Ini jadi ceritaku yang paling lamaaaa selesainya kalo dibanding cerita-ceritaku yang lain.
Hihihi
So, selamat membaca dan jangan lupa like + komen ~~~***
Suara tawa dari lantai bawah membuat Seno terbangun dari tidurnya. Ia edarkan pandangan ke penjuru ruangan dan tak mendapati keberadaan istrinya. Tawa itu terdengar lagi. Suara tawa anak kecil dan dua orang dewasa yang Seno yakini salah satunya adalah milik Naora.
Seno bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi kemudian membasuh wajahnya. Setelah itu ia melangkah keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga.
Pemandangan yang pertama kali menyapanya ketika ia berada pada anak tangga terakhir adalah keberadaan sang istri bersama Jelita dan ketiga anaknya.
Naora terlihat sibuk bermain dengan kedua anak kembar Jelita ketika ibu muda itu sedang menimang anak bungsunya. Kembali Seno dengar tawa riang Naora. Tawa yang tak pernah ia dengar sebelumnya.
Seno baru menyadari bahwa Naora memiliki sisi ceria seperti saat ini. Selama ini perempuan itu selalu menundukkan kepala dan tak berani menatapnya. Berbicara dengan nada rendah dan jarang sekali membantah. Perempuan itu lebih sering terlihat murung dari pada tersenyum ketika bersamanya.
Raut wajah yang Naora perlihatkan, bagaimana sepasang mata kecoklatan itu menjadi sipit, serta pipinya yang terlihat bulat karena tersenyum. Itu adalah saat dimana Naora terlihat paling cantik di matanya.
Mengapa Seno tak bisa membuat Naora memperlihatkan raut wajah seperti itu ketika berhadapan dengannya? Mengapa ia selalu membuat Naora berkecil hati karena tiap perkataan tajam yang terlontar dari bibirnya? Dan mengapa butuh waktu tiga tahu bagi Seno untuk menyadari betapa berharganya perempuan yang kini ia nikahi?
Naora adalah perempuan yang menjalani hidupnya dengan baik. Jadi, bagaimana bisa ia merusak kehidupan perempuan yang juga merupakan korban di keluarganya?
"Mas Seno?" suara Naora menyadarkan Seno dari lamunannya. Ia tatap perempuan itu yang kini berdiri. Di belakangnya, kedua anak itu berusaha berlindung di belakang Naora. Lihat? Bukan hanya Naora yang ia buat ketakutan akan kehadirannya. Tamu kecil tak di undang itu bahkan menatapnya waspada.
"Kamu mau sarapan, mas?"
Seno kembali menatap Naora. Pria itu pun menggeleng pelan.
"Aku cuma mau ambil minum," sahutnya singkat.
Mengabaikan tatapan semua orang disana, Seno melanjutkan langkahnya menuju dapur. Ia ambil segelas air kemudian meneguknya hingga tandas. Setelahnya, pria itu bergegas kembali ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akad Pernikahan
FanfictionBagaimana rasanya menikah dengan kekasih kakakmu? Tentu hal tak masuk akal itu tak bisa Naora jabarkan dengan kata-kata. Dikala dirinya tengah sibuk membantu menyiapkan kamar untuk calon pengantin baru, ibunya datang dengan tergesa-gesa. Memaksanya...