Jangan lupa like + komen.
***
Naora baru saja hendak naik ke tempat tidurnya ketika ia mendengar suara deru mesin kendaraan. Perempuan itu berjalan menuju jendela dan mengintip melalui celah tirai.
Seno baru saja pulang dan ketika langkah pria itu terhenti dan mendongak ke arahnya, Naora reflek menutup kasar tirai jendela. Kedua tangan perempuan itu menyentuh dadanya. Berusaha menenangkan deru jantungnya yang berdebar tak karuan.
Menelan salivanya, Naora berjalan keluar dari kamar. Dengan langkah ragu, pada akhirnya ia berjalan menuruni tangga dan menuju pintu rumah.
"Biar aku aja mbok," ucap Naora ketika melihat mbok Asmi hendak membukakan pintu. Wanita paruh baya itu pun mengangguk patuh dan beranjak pergi.
Naora memperbaiki tatanan rambut dan memperhatikan penampilannya sejenak. Mengendus bagian tubuhnya hanya untuk memastikan jika ia sudah cukup wangi untuk berhadapan dengan pria yang tengah menunggu di balik pintu.
Ketika mendengar suara bel, Naora bergegas membuka pintu. Perempuan itu tak dapat menghentikan gerak motorik tubuhnya yang secara reflek menunduk ketika sorot mata Seno kini menatapnya.
"Uda pulang mas," ujar Naora berbasa basi. Sementara Seno hanya bergumam sebagai jawaban. Dengan sigap Naora mengambil alih tas kerja Seno. Mengabaikan tatapan heran pria itu.
"Biar aku siapin air hangat."
"Nggak usah. Masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan," Sahut Seno kembali mengambil tas dari genggaman Naora.
"Mas," panggil Naora ketika pria itu berjalan melewatinya. Langkah Seno terhenti dan menoleh pada Naora.
"Ma-malam ini.. bisa mas tidur di kamar aja?"
Seno menaikkan satu alisnya. Pria itu pun berbalik hingga kini berhadapan langsung dengan Naora.
"Kita menikah sudah hampir lima bulan mas. Dan selama itu juga, mas nggak pernah tidur di kamar."
Naora seketika menyesali perkataannya barusan. Terlebih ketika melihat Seno melipat kedua tangannya di dada.
"Aku tau.. kalau kita bukan pasangan normal seperti yang lainnya. Tapi-"
"Pasangan normal?"
Naora terdiam ketika Seno menyela ucapannya. Dapat ia lihat seulas senyum tipis mengukir di wajah pria itu untuk sepersekian detik. Entah apa makna di balik senyumannya.
"Memang kamu pikir pasangan normal yang seperti apa Naora?"
"I-itu.."
"Dua orang yang sering menghabiskan waktunya bersama? Mereka yang terlihat serasi dan saling mencintai? Itu menurut kamu pasangan normal? Kalau ya, kamu terlalu naif."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akad Pernikahan
Fiksi PenggemarBagaimana rasanya menikah dengan kekasih kakakmu? Tentu hal tak masuk akal itu tak bisa Naora jabarkan dengan kata-kata. Dikala dirinya tengah sibuk membantu menyiapkan kamar untuk calon pengantin baru, ibunya datang dengan tergesa-gesa. Memaksanya...