27. Mengumumkan

937 96 14
                                    

Hai hai ~~Dah lama aku gak muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai ~~
Dah lama aku gak muncul.
Belum dapet ide cerita soalnya haha
Jangan lupa like + komen.

***

Satu bulan berlalu semenjak Seno mengetahui perihal kehamilan Naora. Semenjak itu pula pria itu tak banyak bicara. Seakan mereka kembali pada awal pernikahan dimana keberadaan Naora terasa tak dianggap.

Seno sering pulang larut malam. Menghabiskan waktunya sepanjang malam di ruang kerjanya. Pria itu hanya masuk kamar ketika hendak bersiap pergi bekerja. Acuh dengan kehadiran Naora yang menyambut kedatangannya. Tak ada lagi kegiatan menikmati makan bersama di meja makan dalam keheningan.

Naora cukup tau jika kehamilannya dapat memperburuk hubungannya dengan sang suami. Kini, jangankan berbicara. Menatap wajahnya saja Seno tak sudi. Seakan dirinya adalah serangga menjijikkan.

Seringkali Naora menangis dalam kesendiriannya di kamar. Kehamilan membuatnya menjadi lebih sentimental dari biasanya. Seperti saat ini. Perempuan itu menghabiskan waktunya seharian di dalam kamar setelah Seno hanya mengabarinya melalui pesan singkat. Pria itu akan melakukan perjalanan dinas ke luar kota selama dua minggu.

Entah sudah berapa kali pintu kamar di ketuk oleh mbok Asmi. Memintanya untuk tidak melewatkan jadwal makan. Tetapi Naora hanya mengiyakan tanpa berniat untuk beranjak dari tempatnya.

Sebuah panggilan masuk. Naora melirik pada layar ponselnya yang kemudian membuat tangisnya kembali pecah. Radit menghubunginya. Seolah memiliki ikatan batin yang kuat. Kakaknya itu selalu hadir ketika Naora merasa sedang tidak baik-baik saja.

Naora menarik napas panjang dan menghembuskannya. Setidaknya ia harus menerima panggilan dari Radit dengan suara yang terdengar biasa.

"Halo bang," sapa Naora begitu panggilan terhubung.

"Kamu kemana aja, Nao? Pesan abang nggak kamu baca dari tadi pagi. Sibuk?"

"Pengangguran kayak aku emangnya sibuk ngapain sih bang?" sahut Naora menarik senyum paksa.

"Ya, ibu rumah tangga kan justru lebih banyak kerjaan Nao."

"Aku bahkan belum jadi ibu rumah tangga."

Terdengar tawa Radit di seberang telfon.

"Ralat deh kalau gitu. Istri rumah tangga?" canda Radit yang membuat Naora tertawa.

"Emang kenapa abang telfon?"

"Nggak apa-apa. Abang cuma kangen aja sama kamu. Uda lama juga kan kita nggak ketemu."

"Kirain abang mau ngasih kabar bahagia."

"Kabar bahagia yang kayak gimana yang kamu mau, hm?"

"Abang mau nikah, mungkin?"

Akad PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang