02. Asing

736 109 5
                                        

Jangan lupa like + komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa like + komen.

***

Setelah melangsungkan akad dan juga resepsi pernikahan, Naora harus merelakan dirinya di angkut saat itu juga. Karena situasi tegang yang sebelumnya terjadi antar kedua belah pihak, Seno memutuskan untuk membawa serta dirinya menempati rumah yang sudah pria itu siapkan sebelumnya.

Berbekal pakaian dan peralatan seadanya yang bisa Naora bawa, ia mengikuti jejak suaminya setelah berpamitan dengan keluarga besarnya.

Naora berdiri di ambang pintu rumah besar milik Seno yang baru selesai di bangun beberapa bulan yang lalu.

Ini bukan kali pertama ia menginjakkan kaki disini. Karena Clarista pernah membawanya kemari dan memamerkan rumah yang akan segera dihuninya. Siapa yang akan menyangka? Jika kini rumah besar yang sempat ia kagumi sebelumnya malah menjadi tempat yang akan ia huni?

Hembusan hafas panjang lolos begitu saja dari bibir Naora. Terdengar cukup nyaring hingga membuat Seno yang hendak menaiki tangga berbalik menatapnya.

Naora menjadi gugup hanya karena tatapan pria itu yang seperti siap membidiknya. Ia kembali melangkah menyusul Seno. Tak ingin membuat suami yang baru menikahinya beberapa jam lalu itu menunggu terlalu lama.

Sesampainya di sebuah kamar yang pintunya di buka dengan lebar, langkah Naora kembali terhenti. Ia diam di ambang pintu dan menatap punggung Seno yang kini membuka pintu lemari.

Naora mengambil satu langkah mundur keluar dari kamar. Memperhatikan sekitar. Melihat-lihat beberapa pintu yang ada di lantai dua.

"Kenapa?" Suara berat itu terdengar untuk pertama kalinya sejak mereka dinyatakan resmi menikah.

Bulu kuduk Naora meremang seketika.

Seno dan Naora sudah saling mengenal cukup lama. Mereka bisa dikatakan bukan orang asing. Seno yang terpaut usia dua tahun di atasnya merupakan mantan kakak tingkat di kampusnya dulu. Kemudian mereka kembali dipertemukan di kantor yang sama meski di unit kerja yang berbeda.

"A-anu mas.. Kamarku dimana ya?" Tanya Naora memberanikan diri. Tidak mungkin kan mereka akan tidur di kamar yang sama? Mereka bukan pasangan yang saling mencintai. Ralat. Hanya Naora yang jatuh cinta.

Naora berusaha mati-matian menelan saliva yang terasa tercekat di tenggorokan saat melihat Seno menatapnya tak suka.

"Kamu gak liat kalau ini kamar?"

"Eh.."

"Ini kamar kamu. Kamar yang akan saya pakai juga. Masukkan pakaianmu ke dalam lemari." Ujar Seno sebelum akhirnya berjalan memasuki pintu kamar mandi.

Akad PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang