14. Peringatan

594 90 5
                                    

Jangan lupa like + komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa like + komen.

***

"Itu anak bener-bener gak punya malu."

Naora menjauhkan ponsel dari telinga ketika teriakan Radit menyapa indera pendengarannya sesaat setelah ia menjawab panggilannya.

"Abang kenapa?" tanya Naora heran.

"Abang uda denger dari bapak tentang Clar. Bisa-bisanya dia dateng ke rumah kalian dan bikin kegaduhan kayak gitu."

Naora sedikit terkejut saat mendengar jawaban dari sang kakak. Perempuan itu pun menanggapi, "Abang tau dari mana?"

"Mama mertua kamu tadi datang kesini dan cerita semuanya. Intinya mertua kamu minta bapak sama ibuk buat ngasih tau Clar supaya jangan ganggu Seno lagi. Bikin malu. Itu anak selalu bikin masalah."

"Abang pulang? Uda baikan sama ibuk?"

"Iya abang baru sampe semalem. Dan bukan itu yang mau abang bahas sekarang," sahut Radit kesal karena merasa jika Naora tengah mengalihkan pembicaraan.

"Aku kangen abang. Habis pulang kerja aku mau main kesana deh. Nao juga uda kangen sama ibu bapak."

"Jangan."

"Kenapa?"

Naora mengerutkan kening bingung.

"Disini ada Clar. Walau itu anak masih ngilang entah kemana."

"Ya emang kenapa kalau ada mbak Clar bang? Itu kan rumah dia juga."

Suara helaan napas milik Radit terdengar. Ada jeda sejenak sebelum pria itu menanggapi, "Dek, kamu ngerti kan sikap Clar gimana?"

"Ngerti."

"Dengan sikap keras kepala dia, abang yakin dia bakal bersikap kurang ajar ke kamu. Abang nggak mau kalau dia berani nyakitin kamu lagi. Uda cukup selama ini dia bersikap semena-mena karena terlalu dimanja ibuk. Abang harap dengan kamu menikah dan pergi dari rumah ini, beban kamu akan berkurang," ucap Radit menjelaskan. Namun, perkataan pria membuat Naora tersenyum masam. Pada nyatanya beban itu tak pernah sedikitpun berkurang. Bisa dikatakan bertambah.

"Dari pada kamu main kesini, abang aja yang kesana. Gimana?"

"Abang mau kesini?"

"Iya. Abang uda kangen banget sama kamu. Uda setahun kan kita nggak ketemu? Boleh kan, abang kesana?"

"Boleh dong bang. Boleh banget," sahut Naora bersemangat.

"Kalau kamu kangen bapak sama ibuk, abang juga bakal bawa mereka ketemu kamu—"

Akad PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang