Jangan lupa like + komen.
***
Suara bising serta aroma alkohol yang begitu kuat serasa menambah pening di kepala Seno. Tak seperti keempat temannya yang menikmati alunan musik dan sesekali menari, Seno lebih memilih duduk di sudut ruangan.
"Lo gak minum?" tanya Geo menghampiri dan duduk di samping pria itu.
"Gue berenti minum," sahut Seno seraya memantik api dan mulai menghisap rokoknya.
"Wuidihh sejak kapan?" tanya Geo lagi heran. Sementara Seno mengedikkan bahu dan kembali menimpali, "Uda sebulanan kayaknya."
"Kenapa berenti bro?"
"Pengen aja," sahut Seno yang kembali menikmati rokoknya.
"Naora hamil," ucap Seno setelah mereka tak lagi berbincang.
Geo yang semula disibukkan dengan ponselnya lantas menoleh.
"Hah? Apa bro?" tanya pria itu mendekatkan telinga mengingat mereka tengah berada di tempat yang cukup ramai dan bising.
"Naora hamil Ge," ulang Seno sedikit menaikkan intonasi suaranya. Geo menatap Seno ngeri.
"Serius?" tanya Geo tak percaya yang Seno jawab dengan anggukan pelan.
"Lo bisa bikin juga ternyata."
Menanggapi reaksi temannya, Seno berdecak kesal.
"Gue harus gimana?"
"Ya gak gimana-gimana bro. Kan dia hamil ada lakinya. Lo kan lakinya? Bagus dong? Dia bisa kasih apa yang orang tua lo mau."
"Gue yang gak mau."
"Hah?"
"Gue gak mau anak itu."
"Maksud lo?"
"Gue gak mau punya anak. Gue gak suka anak-anak."
"Wah...stress." Geo menggeleng heran. Tak habis pikir dengan pola pikir temannya.
"Kenapa lo gak suka?"
"Ya gak suka aja."
"Alasannya apa bego?!"
Mendapat pertanyaan tersebut, Seno kini terdiam. Ia seolah bertanya pada dirinya sendiri. Apa alasan sebenarnya mengapa ia tak menyukai fakta bahwa istrinya tengah mengandung. Benarkah karena anak-anak itu merepotkan? Ataukah ada alasan lainnya yang lebih masuk akal.
"Yee.. malah bengong."
"Gue balik."
"Masih jam delapan Sen. Buru-buru amat?" Timpal Dira yang kini berjalan ke arahnya.
"Gue capek. Lagian besok kita harus balik subuh kan. Kalian gak mau prepare?"
"Hallah baju doang gampang itu mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akad Pernikahan
FanfictionBagaimana rasanya menikah dengan kekasih kakakmu? Tentu hal tak masuk akal itu tak bisa Naora jabarkan dengan kata-kata. Dikala dirinya tengah sibuk membantu menyiapkan kamar untuk calon pengantin baru, ibunya datang dengan tergesa-gesa. Memaksanya...