Jangan lupa like + komen.
***
"Mas Juan?"
Pria yang namanya dipanggil itu pun berbalik dan tersenyum.
"Oh, hai."
"Hai mas," balas Naora.
"Muka kamu pucat. Kamu sakit?"
"Agak demam sih mas. Mungkin kecapekan aja. Oh iya, ada apa ya mas? Kok sendirian? Nggak bareng mbak Jelita?"
"Ini aku kesini atas mandat dari Yang Mulia Jelita Saraswati." canda Juan yang membuat Naora tersenyum geli.
"Ada titipan kue dari Jelita. Dia habis bikin brownies. Katanya kamu suka banget sama brownies buatannya. Emang iya? Seingetku dia paling gak bisa bikin brownies. Gagal terus," celoteh Juan seraya tertawa.
"Enak kok mas. Kue buatan mbak Jelita enak banget." sahut Naora sembari menerima paper bag dari Juan. Perempuan itu melebarkan pintu rumahnya dan berkata, "Mau mampir dulu mas?"
"Seno ada?" tanya Juan mengintip dari tempatnya berdiri.
"Mas Seno masih keluar sebentar."
"Hallah. Sebentarnya Seno bisa aku pake buat bikin candi, tau. Alias lama banget," ucap Juan yang kembali membuat Naora tersenyum.
"Kalau gitu aku balik dulu deh."
"Makasih ya mas."
Juan berbalik dan menatap Naora bingung. Perempuan itu pun mengangkat paper bag di genggamannya kemudian berkata, "Makasih buat kuenya."
Juan tersenyum dan mengangguk sembari mengacungkan kedua ibu jarinya sebelum berlalu pergi.
"Siapa non?"
Naora menoleh dan menyadari keberadaan mbok Asmi yang berdiri tak jauh darinya.
"Mas Juan, mbok."
"Non Naora kenapa keluar dari kamar? Kalau ada tamu, biar mbok aja yang bukain pintu non. Apalagi non Naora kan sakit."
Naora tersenyum dan mengangguk paham. Perempuan itu menimpali, "Aku nggak apa-apa kok mbok. Uda mendingan."
"Mbok uda selesai masak non. Non Naora sarapan dulu ya non? Biar mbok siapin dulu."
"Nggak usah mbok. Aku bisa ambil sendiri kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akad Pernikahan
FanfictionBagaimana rasanya menikah dengan kekasih kakakmu? Tentu hal tak masuk akal itu tak bisa Naora jabarkan dengan kata-kata. Dikala dirinya tengah sibuk membantu menyiapkan kamar untuk calon pengantin baru, ibunya datang dengan tergesa-gesa. Memaksanya...