bab 15

201 17 1
                                    

Sementara di istana surawisesa

"Gagak lumayung, aku titahkan untuk datang ke ruanganku di sore hari, lalu kau harus  jawab jujur dari pertanyaanku ini"

"Sandika gusti prabu"

Surawisesa langsung keluar dari kamar kian santang, ia menuju ke sidang istana

"Hormat kami gusti prabu"

"Berdirilah kalian"

"Sandika gusti prabu"

"Aku akan menyusuri tanda-tanda adanya penyusup dari istana padjajaran"

Semua orang bertatap-tatapan "maksud gusti prabu ada penyusup dari istana padjajaran bagaimana?" Tanya salah satu yang ada disitu

"Apa kalian tau gagak lumayung?"

"Tau gusti prabu"

"Dia adalah kian santang"

Semua orang bingung mendengarnya

"Maksud keponakan cintaku klu gagak lumayung adalah berdebah itu apa"

"Jurus-jurusnya sangat sama yang di miliki oleh kian santang, aku curiga dia kian santang"

"Mohon maaf gusti prabu, mungkin saja gagak lumayung memiliki guru yang sama"

"Aku setuju dengan pendapatmu, mungkin benar dia bukan kian santang, maafkan aku krn kalian semua telah salah paham dengan fikiranku"

"Tidak apa-apa gusti prabu"

Sore haripun tiba

"Hormat kami gusti prabu, oh ya ada keperluan apa sehingga gusti prabu memanggil hamba"

"Sudah tidak di perlukan, aku hanya mengetes bagaimana kau tepat waktu untuk datang kesini"

"Apa gusti prabu yakin?, mata gusti prabu tengah berbohong"

"Ya, aku tengah berbohong, sebenarnya tadi pagi, aku akan menanyakan bagaimana bisa jurus-jurus kau sama dengan berdebah itu"

"Akupun tidak tau gusti prabu, mungkin guruku ada sangkut pautnya dengan guru dari kian santang"

"Oh ya, baiklah, silahkan kau ke kamarmu, jangan lupa nanti malam ada penjamuan makan malam bersama dengan kerajaan kandang wesi"

"Baiklah gusti prabu, hamba akan mencegah adanya racun di minuman atau makanan para tamu"

"Ya, itu bagus juga, jangan lupa kau ikut"

"Sandika gusti prabu, klu begitu hamba akan ke dapur untuk memeriksa bahan pokoknya cukup atau tidak, hamba permisi dulu, sampurasun"

"Rampes"

Gagak lumayung pun ke dapur

Malam pun tiba

"Lapor gusti prabu, makanan dan minuman sudah di pastikan bahwa tak ada racun"

"Bagus, tamu dari kandang wesi segera tiba, pakaian lah yang rapi"

"Sandika gusti prabu"

1 jam kemudian

Tamu dari kandang wesi sudah sampai, terlihat wistapati dengan penopeng, penopeng itu adalah abikara, dia memang tertutup dengan wajahnya

"Selamat datang gusti prabu"

"Hormat kami gusti prabu"

Surawisesa menghampiri rombongan kandang wesi "hormat kami gusti prabu, hamba sudah mempersiapkan ruang penjamuan dengan gusti prabu"

"Terimakasih surawisesa"

"Sama-sama gusti prabu, mari saya antar"

"Mari rai abikara"

"Ya raka"

Rombongan kandang wesi sudah ada di ruang penjamuan

"Ini gusti prabu, mari kita makan bersama"

Abikara menatap satu persatu yang ada di situ

"Rai abikara, kau melihat apa, ayolah makan"

"Aku seperti mencium darah sliwangi selain surawisesa, namun aku juga tak tau siapa dia" abikara menatap ke arah gagak lumayung

"Mungkin saja gagak lumayung ada surawisesa di samping kirinya, jadi kau mengira gagak lumayung adalah anak sliwangi"

"Nama dia gagak lumayung raka?"

"Ya rai, senopati kerajaan sini"

"Jadi apa yang raka cari disini, kenapa kita repot-repot datang kesini raka"

"Rai, apa kau lupa klu kita akan membahas bagaimana caranya menghancurkan sliwangi rai"

"Iya aku lupa raka, maaf"

"Ya, lagi pula apa kau bosan?"

"Tentu saja raka, aku sangat bosan"

"Bermain pedang lah dengan gagak lumayung, mungkin dia bisa menggunakan pedang"

Fyo : mereka berbisik-bisik

"Em, senopati gagak lumayung"

"Ya raden, apa kau memanggilku?"

"Raka, bantu aku"

"Em, maaf raden, rai abikara bosan disini, apa kau bisa bermain pedang"

"Bisa gusti prabu, tapi hanya sedikit saja memahami pedang, klu boleh tau kenapa ya gusti prabu?"

"Aku ingin menguji kehebatanmu"

"Baiklah raden"

Abikara dan gagak lumayung bermain pedang dengan sangat lincah, keduanya memiliki pedang terkuat masing-masing, abikara mulai kewalahan menghadapi gagak lumayung namun ia masih bisa mengimbanginya, sampai pada akhirnya gagak lumayung lah pemenangnya

"Senopati, kenapa kau sangat hebat bermain pedang"

"Aku tak tau raden, aku juga tidak berbakat bermain pedang"

"Ya, apa aku memiliki tempat untuk tidur?, aku sangat lelah melawanmu"

"Ada raden, hamba akan membawa raden ke kamar tamu"

"Terimakasih senopati"

Gagak lumayung mengobrol dengan abikara di perjalanan

"Kenapa raden tidak membukakan topeng raden?"

"Aku lebih suka pakai topeng raden"

"Maaf jika bicaraanku kurang sopan, namun apakah wajah raden sangat tampan"

"Tak juga, aku tidak pernah membukakan topengku pada orang yang tak ku percaya"

"Baiklah raden, oh ya kita sudah sampai di kamar raden"

"Terimakasih"

"Sama-sama raden, klu begitu hamba akan kembali ke ruang penjamuan, sampurasun"

"Rampes"

raden kian santang (Season 2) (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang