bab 18

186 23 1
                                    

Setelah hampir 1 minggu gagak lumayung berada di kandang wesi, ia selalu bersama kian santang di sebuah tempat semacam goa yang panjang dan sangat gelap

( fyo : posisinya di pagi hari)

Pov mimpi kian santang

"Raden, bertahanlah raden, aku akan menyelamatkanmu" teriak gagak lumayung

"Gagak lumayung, tolong kau jaga ibunda dan ayahanda, aku udh gak kuat lagi"

"Klu raden tiada, akupun ikut tiada juga raden"

"Iya ya, baru sadar klu kita kan 1 jiwa"

"Iya raden, lalu bagaimana jika kita binasa bersama?"

"Tidak, aku akan tetap hidup"

"Ya, kita harus berjuang demi orang tua kita dan padjajaran, kita harus tegar, kau mengerti"

"Iya gagak, tapi apa kita bisa selamat sama goa ini?"

"Aku pun tidak tau raden, kita harus berjuang dulu"

"Ya, tapi apa tugas dariku kau sudah penuhi?"

"Sudah, aku sekarang berada di pihak kandang wesi, bukan istana surawisesa lagi"

"Kenapa kau pindah ke kandang wesi?, apa kau ada masalah dengan surawisesa?"

"Raden surawisesa menukar aku dengan tujuh ribu prajurit yang mengerti perang"

Kian santang sangat kaget mendengar prajurot segitu banyaknya, apa semahal itukah gagak lumayung "Yang benar kah?, tujuh ribu prajurit itu sangat banyak, bahkan prajurit padjajaran tak sebanyak itu" kian santang langsung menelan ludah, ia langsung  berpikir lagi "apa kau tidak berbohong?"

"Tidak raden, Akupun tak tau raden, mungkin sejak 1 jam aku sudah bisa akrab dengan abikara, abikara tidak pernah akrab dengan siapun, itu aku tau dari abikara langsung"

"Baguslah"

"Mau kemana kau raden?"

Kian santang hanya ketawa

Gagak lumayung langsung terbangun dari tidurnya "huft, cuman mimpi doang" gagak lumayung mengatur nafasnya yang cepat

—————

Kian santang sedang memakan sesuatu di kamarnya, ia sedang makan jagung bakar

"Cruk,cruk"

Makanan kian santang sudah habis

"Alhamdulillah" kian santang langsung keluar mengembalikan piringnya, setengah perjalanan kian santang bertemu dengan rara santang "yunda"

"Rai, kenapa kamu disini?"

Kian santang menunjukan piringnya "ini yunda, aku ingin mengembalikan piring ini ke dapur istana"

Rara santang merasa aneh, kian santang tak pernah sekalipun makan di kamarnya kecuali dia sedang sakit "rai sakit kah?, kenapa makan di kamar?"

Kian santang menghiraukan ucapan rara santang

"Rai tunggu"

"Kenapa yunda ikutin aku?" Bentak kian santang

"Rai, kau kenapa membentakku?, apa aku salah?"

"Ya, yunda salah, kenapa yunda mengikutiku?"

"Aku merasa heran saja kepadamu, mengapa kau tidak biasanya tidak menjawab pertanyaan, malah kau pergi saja tanpa mengucapkan salam, lagi pula kau kenapa membentakku, aku ini yundaku mengerti!!!"

"Salah yunda, kenapa yunda tidak bisa melihat adiknya sudah lelah?, apa yunda tidak melihat bahwa sikapku berubah krn perilakuan siapa" kian santang berkata dengan nada tinggi "apa yunda tak merasa klu aku sudah lelah dengan semuanya, aku bisa sabar saat di perlakuan begini" kecam kian santang

Rara santang menampar kian santang yang sudah kurang ajar itu "jaga ucapanmu rai, aku tak pernah sekalipun mendengarmu berkata secara lantang gini"

Kian santang hanya diam

"Rai jawablah aku" rara santang tiba-tiba menangis "maafkan aku rai, aku tak sengaja menamparmu, maafkan aku"

Kian santang meninggalkan piring ke dapur lalu pergi kearah kamarnya

Rara santang yang merasa bersalah, ia langsung mengejar kian santang

Kian santang hanya bisa diam setelah rara santang menamparnya

"Rai buka kan pintunya rai, maafkan yunda rai"

(Tak ada jawaban)

"Rai, maafkan yunda rai"

Kian santang tidak membukakan pintunya sama sekali, ia di dalam kamar sampai sorepun tiba

Subang ralang sangat cemas dengan putranya yang tidak keluar sampai sore, ia takut ada apa-apa dengan putranya, subang ralang memutuskan untuk menanyai rara santang, namun rara santang sedang menangis terisak-isak "putriku, kenapa kau menangis nak" subang ralang mencoba untuk menenangkan putrinya yang sedang menangis itu

Rara santang langsung memeluk subang ralang "bunda, aku sangat bersalah kepada rai kian santang bunda, bunda aku sangat kurang ajar kepada rai kian santang bunda, bunda aku tak cocok menjadi yunda bunda" rara santang berkata sambil menangis

Subang ralang mengelus punggung rara santang "memang ada apa putriku?, ada masalah apa dengan kian santang nak"

Rara santang menceritakan kronologi tadi pagi

"Kian santang membentakmu?"

"Iya bunda, mungkin rai kian santang sudah kesal kepadaku krn aku mengikutinya, aku juga sudah menampar rai kian santang bunda, aku sangat merasa bersalah kepada rai kian santang bunda"

"Lalu jika kian santang ada disini, apa yang ingin kau ucapkan putriku?"

"Aku hanya ingin meminta maaf bunda, itu saja yang aku ingin lakukan"

"Nanti bunda akan sampaikan maafmu kepada rai mu, nanti ibunda akan ke kamar kian santang, yasudah putriku, ibunda akan ke kamar kian santang, assalamualikum"

"Walaikum salam"

Sesampainya subang ralang di wisma kian santang

"Assalamualikum putraku"

(Hening)

"Assalamualikum putraku"

Namun sama saja, tak ada jawaban

"Putraku, kau tidak apa-apa kan nak?"

Tidak ada jawaban, subang ralang memutuskan untuk membuka pintu kamar kian santang dengan bantuan prajuritnya

Subang ralang sangat kasihan melihat putranya sedang......

Apa yang terjadi selanjutnya ? Ada apa dengan kian santang....vote dulu sebelum menyaksikan cerita bab 19

raden kian santang (Season 2) (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang