bab 32

115 12 0
                                    

Kentring manik datang ke kamar kian santang sembari ada niat jahatnya

"Ibunda?"

"Iya putraku"

"Maaf jika bicaraku sangat lantang namun tumben ibunda ingin ke menjengukku?"

"Memang ibunda tidak boleh menjengukmu?"

"Boleh saja bunda, tapi kok ibunda tumben saja"

"Ibunda meminta maaf kepadamu atas kesalahan ibunda dahulu"

"Iya ibunda, aku sudah memaafkan ibunda, jangan  bahas masa lalu ibunda yang sudah menyakitiku krn aku sudah melupakannya"

Kentring manik percaya omongan surawisesa yang mengatakan bahwa kian santang sangatlah baik tapi ia belum percaya "bolehkah ibunda memelukmu?"

"Boleh saja ibunda"

Kentring manik memeluk kian santang, di sambut juga oleh kian santang

Di tengah-tengah pelukan hangat itu, kentring manik menotok bagian nadi kian santang yang membuat kian santang kesakitan

"Aa" lirih sakit kian santang

"Memang kau bisa mencari perhatian kepadaku?, kau bisa mempengaruhi putraku surawisesa tapi kau tak bisa mempengaruhiku dengan ucapanmu itu"

"Apa maksud bunda? Aku sama sekali tak mencari perhatian kepada ibunda" ucap kian santang dengan nada lembut dan rendah

"Sudah lah jangan berpura-pura tidak tau, kemungkinan kau akan segera merasakan sakit yang luar biasa kian santang" kentring manik meninggalkan kamar kian santang

Kian santang merasakan amat sakit dari tubuhnya, ia sungguh tak kuat merasakan rasa sakit ini "bunda, tolong aku bunda" lirihnya

___________

Subang ralang merasakan kian santang memanggilnya, ia langsung melihat bahwa kian santang kesakitan "putraku kian santang, ada apa denganmu nak, astagfirullah" subang ralang langsung ke kamar kian santang

_____________

Subang ralang melihat kian santang tengah kesakitan "Astagfirullah aladzim putraku" subang ralang langsung bergegas ke tabib istana

Tabib istana sudah datang, ia meriksa kondisi kian santang "nadinya di totok oleh orang yang mempunyai ilmu gusti ratu, sebaiknya gusti ratu memanggil gusti prabu sliwangi untuk membukakan totokannya"

"Baiklah tabib, sampurasun"

"Rampes"

_________

Sesampainya subang ralang di sidang istana

"Hormat kami kakanda, putra kita kian santang membutuhkan pertolongan kanda"

"Ada apa dinda?"

"Sudah lah kanda, ayo kita ke kamar putra kita kian santang"

"Baiklah dinda, sidang di bubarkan, silahkan kalian pergi ke tugas masing-masing"

"Sandika gusti prabu"

_______

Subang ralang dan prabu sliwangi sudah sampai di kamar kian santang

Prabu sliwangi langsung menuruti perintah dari tabib, ia membukakan totokan nadi kian santang

Kian santang sudah tidak merasakan sakit namun ia tak sadarkan diri

"Putraku" cemas subang ralang

"Tidak perlu di khawatirkan gusti ratu, gusti prabu. Raden kian santang sudah membaik pesat, ia bisa beraktivitas seperti biasanya esok hari tapi ia harus ada yang menjaganya, lalu siapa yang akan menjaganya sampai esok hari? Tanpa adanya keluar dari kamar raden kian santang"

"Aku saja yang menjaganya kanda"

"Iya dinda, silahkan saja klu dinda ingin menjaga putra kita"

"Terimakasih kanda"

"Iya dinda, apa sudah tak ada di perlukan lagi? Klu tidak ada maka kanda akan keluar?"

"Tidak ada lagi kanda, silahkan keluar saja"

"Iya dinda, putraku klu kau butuh apa-apa tinggal bilang ke ayahanda saja"

"Iya ayahanda"

"Yasudah klu begitu, sampurasun"

"Rampes"

Tak lama setelah itu, tabib juga pergi dari kamar kian santang

"Kenapa nadimu bisa kena totok nak? Ada apa"

"Tidak ada apa-apa kok bunda, aku juga tidak tau klu aku sedang di totok"

"Jangan bohong kepada bunda, jujur saja nak"

"Tidak ada ibunda, sudah lah jangan bahas itu bunda, aku tak suka"

Subang ralang sedikit bingung kepada kian santang namun ia mencoba berpikiran positif saja "baiklah nak, apa kau tidak ingin shalat?"

"Memang ini sudah jam berapa? Bukankah belum waktu dzuhur?"

"Memang belum waktunya subuh namun sudah waktunya untuk shalat dhuha"

"Besok saja bunda, badanku masih sangat lemas"

"Yasudah klu kau masih lemas, ibunda ingin shalat dhuha dulu ya, ibunda pinjam kamar mandimu"

"Iya bunda, tapi di kamarku tak ada mukena"

"Oh ya ibunda lupa, pasti di kamarmu ada prajurit yang berjaga"

"Mungkin saja ada bunda, yasudah ibunda silahkan cek saja"

"Iya nak"

Subang ralang mengecek ke luar kamar kian santang dan benar saja ada prajurit yang berjaga

"Prajurit"

"Hamba gusti ratu"

"Bolehkah aku meminta tolong kepada kalian?"

"Meminta tolong apa gusti ratu"

"Tolong ambilkan mukena untukku"

"Sandika gusti ratu"

Prajuritpun mengambil mukena subang ralang, singkat cerita prajurit sudah membawa mukena subang ralang

"Ini gusti ratu mukenanya"

"Terimakasih prajurit"

"Sama-sama gusti ratu"

Subang ralang kembali menutup pintu kamar kian santang

Ia shalat dhuha sendiri yang di liatin kian santang, ia ingin sekali shalat apa buat, dia sedang sakit dan tak bisa apa-apa

Udh yak sampai segini doang, btw author update jam 02.37 ya sedikit malam

raden kian santang (Season 2) (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang