bab 33

118 8 0
                                    

Setelah subang ralang shalat dhuha di kamar kian santang, ia mengecek keadaan kian santang yang masih terbaring di kasurnya

"Putraku, apa kau lapar nak?"

"Tidak ibunda, aku tidak lapar"

"Jika kau lapar, biarkan ibunda mengambilkan makanan untukmu"

"Aku memang belum lapar bunda, nanti saja lah"

"Apa ibunda panggilkan nyimas ratna sari untuk menyuapi makanan untukmu?"

"Tapi klu ratna sari di panggil kesini boleh juga bunda, aku ingin bercanda dengan ia"

"Memang klu sama ibunda tak bisa bercanda? Haha ibunda bercanda putraku"

"Iya ibunda, aku ingin cerita dengan ibunda"

"Cerita apa putraku, silahkan saja, jangan salahkanmu jika ibunda memikirkan ceritamu"

"Sebenarnya dari hatiku paling dalam, aku ingin sekali menikah dengan nyimas ratna sari tapi aku merasa klu nyimas ratna sari tidak menyukaiku sama sekali, dia hanya menghargaiku saja"

"Tenang saja, pasti nyimas ratna sari menyukaimu namun ia malu mengungkapinnya"

"Benarkah begitu bunda? Kurasa tidak"

"Benar saja putraku, sudah lah jangan merasa bahwa kau tidak cocok dengannya, ibunda tau klu kalian berdua kekasih yang mungkin di bilang cuek"

"Apa maksud ibunda bilang klu aku kekasih yang cuek?"

"Berapa kali nyimas ratna sari kekamarmu?"

"Hanya sekali, itupun hanya beberapa menit"

"Lalu berapa kali kau ke kamar nyimas ratna sari"

"Tidak pernah"

"Terus berapa kali kalian berduaan"

"Hanya 2 kali, itupun pertama ketemu dan juga aku melamar ia"

"Hanya sedikit kan putraku? Klu seorang kekasih lebih dari 10 kali berduaan itu sangatlah tidak cuek"

"Iya ibunda, aku mengerti"

"Nah sekarang apa kamu ingin segera menikah dengan nyimas ratna sari?"

"Kurasa nanti saja bunda setelah raka walangsungsang menemukan perempuan lain yang cocok"

"Jangan di tunda-tunda nak, ibunda ingin melihatmu menikah"

"Maaf ibunda namun lebih baik klu aku tunggu raka walangsungsang untuk menikah"

"Terserahmu saja nak, ibunda berharap klu kau segera menikah"

"Iya ibunda"

____________

Pagi hari tiba

"Putraku, bangun nak, apa kau ingin shalat subuh"

"Aku masih mengantuk bunda"

"Bangun saja putraku, ayolah"

"Iya, iya ibunda"

Kian santang dan subang ralang melaksanakan shalat shubuh berjamaah

Selesainya mereka shalat shubuh, kian santang merasakan rasa dingin di dalam tubuhnya

"Bunda, kenapa tubuhku sangat dingin bunda"

"Ibunda akan memanggil tabib untuk memeriksamu"

"Iya bunda"

Subang ralang menyuruh prajurit di depan kamar kian santang untuk memanggil tabib

raden kian santang (Season 2) (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang