Bab 21.

14.3K 834 10
                                    


"Afin. Papa sudah menduga semua ini, papa ga percaya kamu jijik sama homo. Sangat ga percaya. Papa juga tau, kamu suka sama sahabat mu kan?."

Afin membulatkan matanya lalu menatap malu vandra yang sudah senyam senyum tidak jelas.

"A-apaa?! Sahabatku siapa?!." Tanpa di sadari, pipi afin sudah memerah seperti tomat. Menggemaskan, mungkin jika kevin di situ sudah di uyel uyel pipi afin.

"Halah, sok sok an ngelak!." Windi berceletuk dari belakang lalu ikut duduk di kursi dekat Afin.

"ih apaan sih! Gak, gasuka epin!." Afin menekuk bibirnya ke bawah sambil menatap polos Vandra dan Windi. Sedangkan yang di tatap terkekeh pelan.

"Yang bilang kamu suka epin siapa?." Ucap vandra, lalu ia dan windi menertawakan muka Afin yang sedang kesal itu, afin merasa seperti di pojokkan.

"Kan sahabat apin cuma epin!."

"Tapi nak, ada sesuatu penting yang harus papa bicara kan." Ucap vandra kembali serius seperti semula, dia harus segera menyelesaikan dan pergi bekerja.

"Apa pa?." Tanya afin.

"Apa kamu benar benar ga suka sama epin nak?." Afin menggeleng.

"Bicara lah sejujurnya." Afin tetap menggeleng, ini akan sangat memalukan. Tapi jujur afin sangat ingin mengaku.

"Huh... Kalau kamu tidak mau mengaku sekarang, papa akan bilang sesuatu terlebih dahulu.

Nak, kamu tau? Epin, sahabat kamu itu. Kemarin hancur sehancur hancurnya hanya karna kamu, apin."

"Hah?! Apin? Kenapa apin?. Terus epin kenapa?!." Raut wajah khawatir mulai muncul dari wajah Afin.

"Kamu, kamu yang buat dia sedih nak. Karna perkataan mu kemarin yang bilang bahwa kamu jijik dengan yang namanya hubungan sesama jenis. Maka dari itu, epin sangat hancur. Papa juga tidak menyangka bahwa epin memiliki cinta sehebat dan sebesar ini."

"M-maksud papa? E-epin suka sama aku?." Afin bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya,nak. Iya." Vandra tersenyum sambil mengusap surai lembut milik afin.

"Pa... Terus hiks--epin gimana? Hiks." Afin menangis sesenggukan, badannya sedikit bergetar. Dia khawatir dengan keadaan afin.

"Dia udah baik baik aja. Pas papa berangkat tadi,dia masih tidur nyenyak." Ujar vandra kembali tersenyum.

"Mah, apin ke rumah epin ya?." Tanya afin sambil bersiap siap untuk pergi kapan saja dari tempat duduknya.

"Tapi ini masih pagi sayang."

"Udah biarin aja." Ucap vandra lalu di angguki oleh windi. Afin pun segera pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

Afin tidak ganti baju, hanya meletakkan handuk dan mengambil tas, juga hp nya. Sangat banyak miscall ternyata, dan itu dari kevin. Afin menangis, air matanya turun dengan cepat.

Saat sudah sampai bawah, dia dengan cepat ingin berlari menuju pintu keluar. Tapi tangannya di cekal oleh vandra yang belum beranjak dari tempat duduk nya tadi.

"Ayo bareng sama papa." Ujar vandra.

"Tapi kan papa mau kerja?."

"Udah, nanti aja setelah anterin kamu. Ga baik anak perawan jalan sendirian." Vandra terkekeh pelan melihat wajah kesal afin saat sedang menangis. Kegemasannya menambah.

"Yaudah ayo."


Tok tok tok tok!

"Epin, buka!." Afin mengetok brutal pintu kamar kevin. Tapi tidak ada sahutan sama sekali.

Mungkin kevin masih tidur, tadi kan vandra sempat bilang kalau kevin tidur saat ia ingin berangkat.

Klek!

Ternyata pintu kamar kevin tidak di kunci. Afin menyembulkan kepalanya di ambang pintu untuk mengecek keadaan di dalam.

Kevin tidak tidur, ia sedang duduk di pinggir tempat tidur sambil menghadap ke jendela luar. Diam , sunyi , tanpa suara , itulah keadaan kamar Kevin saat ini.

Air mata afin kembali ingin turun rasanya. Kamar kevin berantakan sekali. Biasanya juga berantakan, tapi ini parah.

"Pin.." Kevin perlahan menoleh ke arah suara. Menatap kosong afin yang sekarang sudah sepenuhnya masuk di kamar Kevin.

"Lo... Ngapain kesini?." Suara kevin parau, sedikit tidak jelas tetapi masih bisa di dengar. Ohh, sehancur inikah dia?

"Gue kangen sama lo!." Afin langsung lari menaiki kasur lalu memeluk kevin dari belakang. Sedangakan kevin mengembalikan asal mula kepala nya menghadap.

"Papa ngomong apa sama lo pin ..?"

"Gue suka sama lo, epin. Epin, gue suka sama lo!. Gue cinta sama lo, bangsat!." Afin masih memeluk kevin, tapi kali ini air matanya ikut keluar dengan deras.

Sedangkan Kevin tersenyum simpul, matanya juga memerah menahan tangis.














































😜🤟💟

Ketos Mesum [BxB] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang