Bab 26.

12.8K 630 7
                                    

"Nghh ahh--mmmmshh pinhhh." Afin menahan desahannya sekuat tenaga, tetapi kevin dengan sengaja menggempurnya dengan sangat kasar.

Kevin menyeringai menatap wajah memerah afin yang menahan desahannya.

Masalahnya kamar afin ini tidak terlalu kedap suara dan vian tidur di kamar tamu yang ada si sebelah kamar afin.

Kevin terus memaju mundurkan badannya, juga memperdalam penis nya di dalam hole Afin. Membuat afin mendesah kenikmatan,tapi hanya bisa sedikit saja yang ia tahan.

"Eunghh. Shh dihh situh--ahh." Afin mendesah hebat kala kevin semakin mempercepat tempo sambil menciumi dada afin membuat tanda yang banyak di sana.

Afin yang posisinya tidur terlentang melihat ke bawah , melihat penyatuannya dengan Kevin.

"K-keluarhh nghh." Cairan keluar dari penis yang tidak terlalu besar milik afin. Tak selang lama, hole afin merasa hangat juga sangat basah.

Kevin berhenti, tapi masih di posisi yang sama, penisnya juga masih ia tancapkan disitu, membuat afin melenguh tak nyaman.

"Lepasin!." Garang afin. Suara nya parau karna terlalu lemas digempur kevin.

"Gak mau." Kevin menyibakkan poni afin lalu mengelap keringat yang ada di dahi afin.

"Eungghh, mau mandi shh." Kevin dengan isengnya menggerakkan kembali penisnya di bawah sana sambil tersenyum licik.

Sebentar lagi mencapai jam 5, maka dari itu afin lebih baik ingin Mandi saja.

Tadi tiba tiba kevin membangunkan afin saat jam setengah 4 dan menyuruh afin menyepongnya. Tapi malah kebablasan.

"Ud-ahhh ahh mauhh mandihh!." Badan Afin bergerak sesuai tempo yang Kevin berikan. Pelan tapi memabukkan.

"Satu kali lagi dong." Dengan entengnya Kevin berucap seperti itu.

"Bangsathhh!."

.

.

.

.

.

.

"Apin, kenapa jalanmu kayak aneh gitu?."

Windi bertanya sambil matanya memincing curiga menatap afin juga menatap kevin yang di sebelah afin dengan bergantian.

"A-apa? Enggak!." Elak afin sambil meremat ujung baju belakang milik kevin membuat kevin menunduk menatap wajah panik Afin. Membuat kevin menahan tawanya saja.

"Udah dua kali kek nya mamah liat jalanmu sedikit ngangkang... Jangan jangan kamu..." Windi menutup mulutnya tak percaya, seolah olah mengetahui semuanya.

"Apaan sih mah? G-gausah liatin apin kayak gitu juga!!."

"Soalnya kamu--."

"Udah deh, kalo ga sarapan sarapan nanti telat!." Afin dengan cepat menarik tangan kevin menuju meja makan yang pasti dengan senantiasa kevin menggandeng balik tangan afin yang menariknya sedikit kasar itu.

Sedangkan windi sudah senyam senyum tidak jelas melihat pasangan baru di depannya ini. Rasanya seperti memiliki 2 anak laki laki.

Semuanya sekarang sedang berkumpul di meja makan, termasuk afif. Hari ini hari Sabtu, jadi ia berangkat sedikit lebih siang.

"Alah , pasangan baru makan aja pada lirik lirikan!." Celetuk Afif sambil menatap jengah kedua anaknya yang sedari tadi saling melirik.

"Kalo iri bilang aja pah!." Sahut kevin lalu sedikit menggeser kursinya mendekat ke afin lalu merangkul bahu kecil afin.

"Dih paan, gak ya. Papah mah udah pernah ngen-uh. Hehehe, kamu gapernah kan??." Afif menjulurkan lidahnya mengejek kevin.

'Uhuk uhuk!'

Afin tersedak makanannya saat mendengar ucapan afif yang terakhir barusan itu. Keluarga nya kenapa mesum semua ya allah.

"Ud--Mmmpph!." Afin membekap mulut kevin secepatnya sambil menginjak kaki kevin di bawah meja membuat sang empu melotot tak terima.

"Hah?? Apa pin? Udah?!." Windi memberhentikan makannya sejenak lalu menatap kevin tak percaya.

"Belum mah,boong dia!." Sahut afin sambil perlahan melepas bungkamannya dari mulut babi sang kevin.

"Tau dari mana kamu? Siapa tau dia udah pernah perawanin janda kan?." Afif memasang muka sok curiga nya terhadap kevin yang membuat kevin mendelik tak terima.

"Gak ya pah! Orang yang epin perawanin anak--hmppp hahaha engga kok pah bercanda!." Kevin menarik ulang ucapannya yang akan keluar karena sebuah injakan kaki nya yang sungguh menyakitkan.

"Udah makan!! Anak sama bapak kok daritadi bacot mulu!!."
























Ketos Mesum [BxB] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang