Bab 20.

14.9K 659 4
                                    

Paginya, Vandra benar benar menemui Afin. Sebelum ia ke kantor, ia sempatkan untuk mampir terlebih dahulu ke kediaman Keluarga Afin.

Sekarang vandra tengah berada di ruang tamu bersama Windi. Dikarenakan Afif sudah berangkat bekerja, padahal ini hari minggu tetapi masih banyak orang yang sibuk bekerja.

"Ada apa van? Tumben kesini pagi pagi." Tanya windi lalu meletakkan secangkir kopi di hadapan vandra.

"Ada yang mau gue bicarain sama afin. Tapi sebelumnya gue tanya dulu boleh?." Vandra menggunakan Lo-Gue memang dari dulu terhadap keluarga Afif semenjak jaman berubah, tetapi tidak terhadap anak anak.

"Tanya aja." Windi dibuat bingung oleh vandra, tumben tumbenan anak ini berkomuk sangat serius.

"Ekhm. Maaf sebelumnya , Afin itu beneran gasuka atau ngehindar dari yang namanya homo?." Vandra bertanya dengan ekspresi ragu nya. Takut akan menyinggung Windi.

"Kalo itu gue gatau, mending lo tanyain sendiri saja sama anaknya." Jawab windi lalu tersenyum lembut.

Lalu windi berpamitan untuk naik dan memanggil anak nya, afin. Mungkin anak itu sedang mandi sekarang ini. Afin hobi nya memang mandi pagi entah itu waktu sekolah ataupun bukan.

Tok tok tok!

Windi mengetuk pintu kamar Afin, lalu sedetik kemudian pintu terbuka menampakkan afin yang tengah mengeringkan rambutnya.

"Kenapa mah?." Tanya afin.

"Kamu udah selesai?." Windi bertanya balik terhadap afin.

"Udah mah, ada apa?." Lagi lagi afin bertanya, Seperti ada raut wajah yang tidak bisa di tebak di wajah ibu afin.

"Kamu di cariin sama om vandra." Ujar windi lalu tersenyum manis sambil mengusap rambut sang anak yang masih sedikit basah.

"Papa Van? Ada apa mah? Tumben pagi pagi udah di sini." Tanya afin kebingungan. Pasalnya tidak pernah vandra datang sepagi ini.

Tanpa pikir panjang, afin segera menuruni tangga untuk menemui ayah kevin.

Setelah sampai, afin langsung duduk di kursi sebelah vandra duduk dan langsung bertanya tanpa menyapa terlebih dahulu.

"Ada apa pa?."

Vandra menghela nafasnya pelan, lalu menatap afin hangat.

"Kamu kemarin ada salah ngomong sama kevin kemarin nak?."

"Apa? Pas kapan?."

"Di taman."

Deg!

Baru saja ia sudah tidak memikirkan itu sejak beberapa menit yang lalu, eh di ungkit lagi.

"Y-yang mana pa?." Afin bertanya kembali.

"Kamu beneran jijik sama homo, nak?." Wajah afin berubah menjadi pucat, masak dia harus ngaku kalo dia homo di depan vandra...

"I-iya pa." Jawab afin gugup sambil terus memainkan jarinya.

"Jujur aja, papa ada sesuatu penting yang harus di omongin." Afin menatap ragu vandra, dibalas tatapan hangat dan meyakinkan dari vandra.

"Maaf, Mungkin ini memang sangat menjijikkan pa, tapi apin sama sekali ga benci sama homo pa. Afin malah ada dari salah satu kaum itu, Apin suka sama cowo pa." Afin mulai meneteskan sedikit air matanya, dia malu mengakui semua ini. Tetapi perasaan nya tiba-tiba tenang dan lega.

Windi sedari tadi mengintip dari ambang pintu dapur, ia juga sedikit menitikkan air matanya. Bukan karna sedih atau kecewa, tetapi dia terharu anaknya sudah berani mengakui semua ini, bahkan di depan ayah sahabatnya.

"Afin. Papa sudah menduga semua ini, papa ga percaya kamu jijik sama homo. Sangat ga percaya. Papa juga tau, kamu suka sama ...




































Wle gantunginn

Ketos Mesum [BxB] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang