KEPALA DEPARTEMEN BEDAH TORAKS

911 64 4
                                    

Irene mengerjapkan matanya perlahan, mata sembab karena semalam mereka menangis bersama membuat matanya terasa berat untuk dibuka pagi ini.  Tatapannya dia alihkan ke sisi kanannya, dan dia tidak melihat ada seseorang di sampingnya.

“Bayi..” Suara paraunya mencoba memanggil kekasihnya tetapi tidak ada jawaban.

“Bayi..” Kembali dia memanggil bayi besarnya tetapi lagi-lagi tidak ada jawaban.

Irene mencoba mencari ponselnya dan ternyata sudah ada pesan dari Krystal kalau dia pergi bekerja dan malam ini dia akan pulang ke rumah ibunya, jadi dia meminta Irene untuk pulang ke rumahnya.

Irene yang sudah selesai bersiap mencoba mencari kacamata hitam di ruang ganti Krystal, mata bengkaknya tidak mungkin dia tunjukkan di depan karyawannya hari ini.

“Mari kita kembali ke realita kehidupan” Gumamnya pada diri sendiri sebelum memacu mobilnya menuju ke kantor.

Di tempat lain, Krystal berusaha bekerja seperti biasa. Wanita itu bahkan berusaha bersikap seprofesional mungkin saat bertemu ibunya di rumah sakit.

“dr.Jung, temui saya di ruangan setelah visit pasien.”

“Baik direktur.”

Direktur Jung pergi dan diikuti dengan beberapa staf lain, sedangkan Krystal, Rebecca, Viola dan Jasmine hanya saling menatap satu sama lain sembari memberi kode-kode kecil.

Ya, Krystal memang sudah menceritakan semua yang terjadi semalam walaupun baru di ruang obrolan group mereka ber 4.

Krystal mengehela nafas lega setelah ibunya sudah tidak lagi ada dalam radius pandangannya , hal yang sama dilakukan oleh ke 3 temannya.

“Kita gak akan dapat SP kan ya?” Tanya Jasmine dengan wajah polosnya yang tentu saja membuat 3 temannya melihatnya dengan tatapan bingung.

Viola melemparkan pandangannya ke arah Jasmine, wanita itu lebih merasa terguncang dengan pertanyaan Jasmine daripada dengan tragedi yang menimpa Krystal semalam.

“Auwww….” Teriak Jasmine sambil mengusap dahinya setelah mendapat serangan dari Viola.

“Bagaimana bisa dengan spek otak seperti ini kau bisa menjadi spesialis bedah anak bahkan sampai menjadi kepala departemen?”

Viola mengomel sambil menggelengkan kepalanya heran karena terkadang spek otak teman-temannya memang di luar batas nalar.

“Sejak kapan kita dapat SP hanya karena Direktur sedang bermasalah dengan putrinya?”

Timpal Rebecca melanjutkan ocehan Viola sambil menatap Jasmine heran, sedangkan Krystal hanya tersenyum tipis lalu merangkul pundak Jasmine yang masih memegang dahinya.

“Tenang saja, jabatanmu aman bersamaku.”

Krystal terlihat tersenyum jahil sebelum akhirnya meninggalkan mereka ber tiga untuk segera visit ke pasien agar segera bisa bertemu ibunya.

— — — — — — — — — — — — —

“Direktur mencari saya?”

Direktur Jung mengalihkan pandangannya dari komputer ke arah pintu masuk saat Krystal masuk ke ruangannya.

“Duduklah!”

Krystal masuk dengan kaku lalu duduk di kursi yang ada di depan meja kerja ibunya.

“Bulan depan akan ada seminar dan juga penandatanganan MOU dengan RS luar negeri kurang lebih selama 2 bulan di Perancis, Eomma mau kau yang berangkat.”

Tenggorokan Krystal terasa seperti tercekat saat ibunya menyerahkan berkas untuk kelengkapannya berangkat ke luar negeri. Dia tahu benar, ini adalah salah satu cara sang ibu untuk menjauhkannya dari Irene.

Krystal menatap berkas yang ada di hadapannya dengan tatapan bingung karena dia tidak tahu harus membuat keputusan seperti apa sekarang.

“Lalu setelah seminar dan penandatanganan kerja sama? Apa eomma juga ingin aku memimpin Hope University disana?” Tanyanya dengan nada bergetar.

“Eomma ingin menjauhkanku dari Irene kan?” Krystal kembali mencerca sang ibu dengan pertanyaan-pertanyaannya.

Wanita itu mencoba menatap ibunya, bukan lagi dengan tatapan memohon, tetapi tatapan penuh kemarahan dan kekecewaan.

“Eomma rasa kau hanya perlu menjauh darinya beberapa bulan dan kalian bisa mengakhiri hubungan dengan baik-baik saja.”

“Maaf Direktur, tetapi saya tidak bisa berangkat dikarenakan alasan pribadi, saya harap direktur mengerti. Permisi.”

Krystal bangkit dari kursinya, wanita itu mencoba menolaknya sebagai pegawai, bukan sebagai putri dari ibunya.

“Maaf, tapi perintahku ini mutlak. Kalau dr.Jung menolaknya, berarti anda harus mencari pekerjaan di tempat lain.”

Ucapan sang ibu berhasil menghentikan langkah kakinya. Krystal yang sekarang sudah berdiri di depan pintu terlihat menutup matanya sambil berusaha menahan habis-habisan emosinya. Dia terlihat menghela nafasnya lalu membuka matanya perlahan sebelum berbalik untuk menatap ibunya.

Krystal membalas senyum kemenangan ibunya dengan senyuman sinis darinya sambil berjalan mendekat ke arah meja ibunya.

“Kalau begitu, sepertinya Direktur harus mencari kepala Departemen Bedah Kardiotoraks yang baru.”

Krystal menjeda ucapannya setenang mungkin sembari melepas ID Card yang mengalung di lehernya.

“Saya akan masukkan surat pengunduran diri saya besok. Permisi.”

Lanjutnya singkat sambil meletakkan ID Card miliknya lalu keluar dari ruangan ibunya yang tentu saja ruangan Rebecca yang akan dia tuju.

— — — — — — — —

“Krys, mending sekarang balik ke ruangan Direktur trus minta maaf deh.”

Rebecca terlihat mengomel setelah mendengar penjelasan Krystal yang sudah menunggunya di ruangannya kurang lebih selama 2 jam.

“Kok malah belain Direktur sih?”

Krystal terdengar frustasi kali ini mendengar omelan Rebecca.

“Krys, dengerin baik-baik..”

Viola menjeda ucapannya lalu menghela nafasnya untuk menenangkan dirinya sendiri sebelum melanjutkan sarannya untuk Krystal.

“Apa yang sekarang kamu perjuangkan, belum tentu kekasihmu melakukan hal yang sama. Coba pikir, apa yang akan terjadi kalau kamu sudah berusaha habis-habisan seperti ini tapi ternyata kekasihmu tidak melakukan hal yang sama? Kamu mau kehilangan pekerjaan sekaligus ibumu?”

Entah kenapa ucapan Viola seperti mantra sihir untuk Krystal. Wanita berkulit pucat tersebut seketika terdiam setelah mendengar ucapan sahabatnya tersebut.

“Bagaimana kalau dia juga melakukan hal yang sama?”

Krystal masih mencoba membela Irene walaupun dalam otaknya sudah terpengaruh dengan ucapan Viola.

“Maka itu bagus. Tapi bagaimana kalau sebaliknya?”

Kali ini Jasmine ikut bersuara dan ucapannya diiyakan oleh Viola dan Rebecca.

“Arggghhh…”

Krystal terlihat mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Dia benar-benar bingung harus melakukan apa sekarang. Menuruti ibunya atau memperjuangkan cintanya disaat dia juga tidak tahu apakah Irene akan melakukan hal yang sama atau tidak untuk hubungan mereka.

“Pulanglah, pikirkan baik-baik sebelum kau membuat keputusan besar. Ini bukan hal yang bisa kau putuskan hanya dalam hitungan menit.”

“Bisakah kau mengantarku pulang?” Ucap Krystal merengek kepada Viola yang tentu saja segera di tolak oleh Viola karena hari ini dia jaga di RS sampai besok pagi.

“Ayo aku antar! Rawat Jalan sore masih baru mulai 2 jam lagi.” Jasmine mengambil alih tugas Viola dan mengantar sahabatnya itu pulang ke rumahnya.

My Life PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang