Krystal memarkir mobilnya dengan jantung berdegup kencang karena sepertinya Irene akan membunuhnya hari ini. Dia masuk membawa roti ulang tahun dan juga sebuah paper bag kecil berisi perhiasan dari sebuah merk perhiasan ternama.
“Sunbae aku pulang” Panggilnya begitu dia memasuki rumah Irene tetapi tidak mendapat jawaban sama sekali.
“Sunbae…” Panggilnya lagi sambil naik ke lantai dua tetapi tetap tidak mendapat jawaban. Krystal coba mencari di kamar utama dan kamar mandi tapi tidak menemukan Irene.
“Sunbae kau di dalam?” Tanyanya sambil mengetuk pintu ruangan kerja Irene.
“Masuklah.”
Krystal membuka pintu ruang kerja Irene, wanita yang hari ini memasuki usia 36 tahun tersebut terlihat sedang menggunakan baju tidur lengkap dengan kimono berwarna navy dilengkapi dengan kacamata kerjanya dan juga rambutnya yang dia ikat ke atas menunjukkan lekuk sempurna leher cantiknya yang membuat Krystal terpesona memandangnya.
“Ada apa?” Tanya Irene yang masih tidak mengalihkan pandangannya dari berkas dan juga labtopnya.
“Mari merayakan ulang tahunmu sebentar, aku sudah beli kue dan hadiah.”
“Taruh di kulkas saja, aku sudah makan kue coklat tadi di kantor.”
Krystal terdiam sejenak, dia mencoba mencari cara untuk membujuk Irene yang terlihat jauh lebih dingin daripada kulkas 12 pintu sekarang.
“Sunbae, kenapa kau memakai piyama tidurmu disaat bekerja, apa kau sedang menggodaku?” Krystal coba merayu Irene semaksimal mungkin tetapi Irene tetap tidak mengarahkan tatapan matanya ke arah Krystal yang sedang berjalan masuk ke ruangannya.
“Apa aku tidak boleh memakai piyama tidurku saat di rumahku sendiri?” Tanya Irene dengan nada dingin yang membuat Krystal kembali terdiam kikuk karena dia tidak tahu harus menjawab apa dari pertanyaan Irene barusan.
Krystal yang sudah ada di dalam ruangan Irene akhirnya memilih duduk di sofa yang ada di ruang kerja tersebut, tetapi itupun sama sekali tidak mengalihkan tatapan Irene dari labtop dan berkasnya, bahkan saat Krystal meletakkan paperbag kecil yang bertuliskan merk perhiasan ternama di atas meja kecil yang ada di depan sofa ruangan kerja Irene, Irene tetap sama sekali tidak meliriknya sedikitpun.
“Aku punya hadiah untukmu.” Ucap Krystal sebisa mungkin mencairkan suasana hati Irene yang sedang sangat dingin padanya.
“Terimakasih.” Jawab Irene singkat yang membuat Krystal menutup matanya seolah-olah menahan kesabaran untuk meluluhkan Irene.
“Maaf untuk kejadian tadi pagi.”
“Baiklah.”
Krystal menatap Irene heran, apakah hanya itu yang bisa di ucapkan oleh Irene? Krystal merasa lebih baik Irene memakinya daripada mendiamkannya seperti ini.
“Sunbae, lebih baik kau marah padaku daripada diam begini.” Akhirnya Krystal yang sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya mengeluarkan semua yang ada di kepalanya.
“Untuk apa aku marah?” Kali ini Krystal dibuat terdiam saat akhirnya Irene mengarahkan tatapan tajam dan dinginnya ke arah Krystal.
“Ya karena tadi pagi aku meninggalkanmu.”
“Aku bisa menyelesaikan untuk diriku sendiri tanpa bantuanmu.”
Ucap Irene dingin lalu kembali mengalihkan tatapannya ke berkas dan labtopnya walaupun kenyataannya seperginya Krystal tadi pagi Irene benar-benar kacau moodnya dikarenakan dia tidak mendapat penyelesaian gejolak di dalam tubuhnya, sedangkan untuk menyentuh dirinya sendiri itu terasa terlalu aneh untuk Irene.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Partner
Fiksi PenggemarKrystal, seorang dokter bedah sekaligus profesor muda, kembali bertemu secara tidak sengaja dengan cinta pertamanya sekaligus seniornya saat dia masih di bangku SMA, apakah kisah cintanya akan berhasil kali ini.