Di hari lain, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam saat Krystal memacu mobilnya ke arah salah satu club bar mewah langganannya karena Viola, Rebecca dan Jasmine sudah berada disana terlebih dahulu karena dia baru saja kabur dari salah satu acara besar Hope University. Sedangkan Jessica, dia tidak bisa bergabung karena harus menemani eomma menghadiri acara besar Hope University tersebut, tetapi katanya kalau memungkinkan dia akan menyusul Krystal dan tentu saja Viola, Rebecca dan Jasmine tidak masalah dengan itu.
"Apa kalian sudah lama?" Krystal segera duduk di salah satu kursi kosong di meja mereka.
"Wauww.. you look so hot babe"
"Thankyou" Jawab Krystal sambil mengedipkan satu matanya ke arah Viola yang hanya membuat Rebecca dan Jasmine menggelengkan kepala mereka.
"Dimana Jessica Sunbae?" Rebecca terlihat penasaran karena tidak ada orang yang ikut dengan Krystal.
"Dia akan menyusul, dia belum bisa kabur"
Krystal menuang champagne ke gelas kosong miliknya lalu meminumnya dengan sekali tenggak.
"Wahh.. tempat ini tidak berubah." Pujinya ringan sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi ruangan ini sampai matanya terhenti pada sosok wanita yang sedang menikmati alunan musik di lantai dansa.
"Wah, siapa wanita cantik itu?" Rebecca sengaja menggoda Krystal yang terpaku melihat Irene yang sedang menikmati alunan musik di lantai dansa dan beberapa pria yang sepertinya juga mengamati Irene.
"Apa kau akan menari dengannya?" Lanjut Rebecca sambil menaik turunkan alisnya menggoda Krystal yang kembali mengisi gelas kosongnya.
"Jangan gila, aku kemari untuk bersenang-senang."
"Kalau begitu biarkan aku yang menari dengannya." Ucap Viola santai sambil melepaskan blazer miliknya yang tentu saja tangannya langsung di tahan oleh Krystal.
"Duduklah! Jangan mengganggunya!" Ucap Krystal dengan tatapan mata tegas, tetapi bukannya berhenti, Viola justru menunjukkan smirknua lalu melepas paksa genggaman Krystal dan berjalan ke arah lantai dansa menikmati musik bersama beberapa orang disana.
Krystal kembali menikmati minumannya tanpa perduli dengan Viola yang sekarang sudah bergerak semakin liar di dekat Irene sedangkan Rebecca dan Jasmine juga ikut turun ke lantai dansa sampai dia mendengar suara kegaduhan dari lantai dansa yang melihat Viola sedang beradu argumen dengan 3 orang lelaki.
"Ada apa ini?" Tanya Krystal begitu dia memberi kode kepada DJ untuk menghentikan musiknya.
"Dia memaksa Irene untuk ikut dengannya padahal Irene tidak mau ikut dengannya." Viola yang sudah tipsy menjelaskan dengan nada penuh amarah sambil menahan Irene di belakang tubuhnya.
Krystal terlihat menepuk pundak salah satu lelaki yang berdebat dengan Viola tersebut,
"Kita disini untuk bersenang-senang, kalau dia tidak mau bersenang-senang denganmu, jangan memaksanya, apa kau mengerti?"
Krystal yang ambang batas sadarnya masih sangat tinggi menekankan setiap kalimat yang dia ucapkan di tambah dengan tatapan mata mengintimidasi.
"Memang kau siapa? Apa kau adiknya? Atau kakaknya?"
Krystal hanya terdiam sambil menatap marah lelaki yang ada di depannya tersebut.
"Pergi dengan baik-baik selagi aku masih berbicara baik-baik."
"Memang kau mau apa? Apa kau akan menghajar ku?"
Krystal menghela nafasnya saat mendengar ejekan dan juga menjadi tertawaan dari lelaki bertubuh gempal dan 2 orang temannya tersebut.
"Kalian berdua, jangan ikut campur, hanya dia yang akan kuberi kompensasi."
Ucap Krystal sambil menunjuk 2 lelaki yang ada di belakang lelaki gempal tersebut lalu melayangkan satu pukulan keras ke wajahnya yang membuat lelaki gempal tersebut tersungkur di lantai yang tentu saja membuat semua orang di club bar tersebut terkejut.
"Bukankah sudah ku katakan, pergi selagi aku masih bicara baik-baik?" Krystal kembali mengulang ucapannya, tetapi lelaki tersebut justru bangun dan hendak memberikan tinju balasan kepada Krystal, hanya saja lelaki tersebut tidak sebanding dengannya. Krystal dengan mudah menghindari pukulannya lalu kembali melayangkan pukulan di wajah dan sebuah tendangan di dadanya.
Melihat lelaki gempal tersebut sudah tidak berkutik, Krystal mengalihkan pandangannya ke arah dua lelaki lain yang sedang ketakutan menatapnya. Dia mengeluarkan beberapa lembar kartu nama dari saku jasnya dan melemparkan ke arah kedua lelaki tersebut.
"Ambil!" Perintahnya yang langsung diikuti oleh kedua lelaki tersebut dengan tubuh gemetar.
"Kalau kalian ingin mengajukan gugatan, kirimkan gugatannya ke alamat itu."
Krystal kembali mengarahkan tatapannya ke arah lelaki gempal yang masih tersungkur di lantai tersebut, dia terlihat berjongkok di sebelahnya lalu menunjukkan kartu nama miliknya.
"Kalau kau tidak punya cukup uang untuk berobat, bawa kartu ini ke Hope Hospital, aku akan memberikan kompensasi perawatan untukmu, apa kau mengerti?"
Tanyanya pelan dengan nada penuh penekanan yang hanya dijawab dengan anggukan oleh lelaki tersebut. Krystal segera berdiri, memanggil beberapa orang bagian keamanan lalu meminta membawa mereka bertiga keluar dari club bar mewah tersebut.
"Bisakah kalian selesaikan urusan manajemen untukku?"
"Kami akan membereskannya." Ucap Viola singkat lalu menarik Rebecca dan Jasmine pergi, sedangkan Krystal segera meninggalkan Irene yang masih berdiri di tempatnya.
"Biarkan aku bicara" Irene tiba-tiba mengejar Krystal lalu menarik tangan Krystal dan membawanya ke salah satu ruangan VVIP yang ada di lantai 2.
"Apa yang kau lakukan?" Krystal benar-benar terlihat marah sekarang, dia bahkan melepaskan paksa genggaman tangan Irene dari tangannya. Entah marah karena Irene ada di bar sendirian, entah marah karena Irene diganggu oleh lelaki lain atau entah dia marah karena Irene menariknya paksa ke ruangan ini.
"Aku hanya ingin mengajakmu berbicara." Irene coba mengelak dari kemarahan Krystal yang dia pikir karena dia menariknya dan membawanya kemari.
"Apa yang kau lakukan disini sendirian?!"
Irene terdiam saat melihat Krystal berteriak kepadanya. Seumur hidupnya Krystal belum pernah semarah ini sampai dia berani meneriaki seorang Irene.
"Kau selalu ke bar mewah dengan pengamanan yang sangat ketat, bukan club bar! Sejak kapan kau tempat seperti ini sendirian? Apa suamimu tahu? Bagaimana kalau tidak ada kami hari ini disini?!"
Irene masih terpaku menatap Krystal yang terlihat sangat marah di hadapannya. Ya, Krystal memang selalu melarangnya ke club bar, dia hanya mengizinkan Irene untuk ke bar mewah dengan penjagaan ketat, karena disana kemungkinan laki-laki bajingan berkumpul sangat kecil. Krystal menghela nafasnya lalu duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut.
"Sekarang telfon suamimu, suruh dia menjemputmu! Aku tidak perduli dengan urusan rumah tanggamu, tetapi pergi ke tempat seperti ini sendirian bukan hal yang benar untuk wanita yang sudah menikah!"
Krystal mengakhiri ucapannya lalu hendak beranjak keluar sebelum Irene menariknya dan menautkan bibir mereka berdua yang membuat Krystal membeku beberapa saat tetapi segera mendorong tubuh Irene untuk menjauh.
"Apa kau sudah gila?" Tanyanya dengan tatapan marah sambil mengusap bibirnya dengan punggung tangannya seolah-olah tidak ingin ada bekas bibir Irene yang tertinggal di bibirnya.
"Aku belum menikah!" Krystal terdiam saat Irene akhirnya ikut berteriak di depannya.
"Apa maksudmu?" Tanya Krystal dengan nada pelan sambil menatap Irene yang sekarang sudah tidak bisa membendung air matanya lagi.
Irene terlihat mengusap air matanya lalu kembali menatap ke arah Krystal,
"Mari kita bicara di luar." Ucapnya singkat lalu keluar meninggalkan ruangan tersebut yang mau tidak mau membuat Krystal mengikutinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Partner
FanficKrystal, seorang dokter bedah sekaligus profesor muda, kembali bertemu secara tidak sengaja dengan cinta pertamanya sekaligus seniornya saat dia masih di bangku SMA, apakah kisah cintanya akan berhasil kali ini.