Krystal baru saja turun dari mobilnya saat ada paramedis yang baru saja menurunkan pasien dan sedang berlari membawa pasien ke IGD. Krystal hanya mengamatinya lalu berjalan santai masuk ke lobby RS sambil mengalungkan ID Card dokter miliknya. Wanita berusia 30 tahun dengan tatapan dingin, wajah cantik, kulit putih dan rambut sepunggung tersebut adalah seorang spesialis bedah kardiotoraks. Baru saja memasuki lobby, ponselnya sudah bergetar dengan tulisan IGD.
"Aku akan kesana." Jawabnya singkat setelah mendapat laporan lalu segera berlari menuju ke arah IGD.
"Bagaimana kondisinya?" Tanya Krystal kepada dokter Spesialis Emergency yang menangani pasien di IGD.
"Pasien usia 30tahunan, datang tidak sadarkan diri, kesadaran semi koma, reflek pupil dan kornea masih baik. Sudah di lakukan X-Ray dan CT Scan thorax, terlihat ada fraktur thorax dan juga ada bleeding, sepertinya karena ada pembuluh darah yang robek. Saturasi sudah 98% dengan bantuan oksigen maksimal, tadi datang hanya 86%. Aku sudah melakukan pertolongan pertama, sisanya kau." Ucap dokter Ray, senior Krystal sekaligus kepala Instalasi Gawat Darurat di Hope Hospital.
"Apa ada keluarga? Aku perlu tanda tangan mereka untuk melakukan operasi." Pertanyaan Krystal dijawab dengan gelengan kepala.
"Bersiaplah, aku akan meminta ruang operasi untukmu, kita bisa meminta tanda tangan keluarga nanti untuk kasus darurat seperti ini."
"Terimakasih dokter." Ucao Krystal sebelum bergegas menuju ke ruang ganti dokter untuk bersiap masuk ke ruang operasi.
- - - - - - - - - - - - - - - - && - - - - - - - - - - - - -
"Dokter, keluarga pasien ingin bertemu." Ucap seorang dokter muda saat memberitahu Krystal yang baru saja keluar dari kamar operasinya.
"Aku akan kesana, terimakasih." Ucap Krystal singkat lalu segera pergi meninggalkan dokter muda tersebut, terlihat wajah lega dari dokter muda tersebut karena Krystal tidak memberikan kuis dadakan hari ini.
"Permisi, anda keluarga pasien?" Tanya Krystal santai pada seorang wanita dengan rambut yang panjangnya kurang lebih sama dengan rambutnya yang sedang membelakangi pintu pengunjung ruang operasi. Wanita 31 tahun tersebut menoleh saat melihat mendengar suara Krystal, sedangkan saat tatapan mata mereka bertemu, terlihat ekspresi terkejut dari dua orang ini.
"Irene seonbaenim?" Tanya Krystal masih dengan tatapan tidak percaya, sedangkan Irene dia terlihat sama terkejutnya dengan wanita yang ada di hadapannya.
"Iya, ini aku." Jawab Irene singkat yang tentu saja membuat Krystal kelabakan. Orang yang dia cari selama kurang lebih 10 tahun terakhir akhirnya muncul di hadapannya. Krystal terlihat memejamkan matanya, mencoba mengembalikan fokusnya sebelum membahas masalah pasien.
"Pasien mengalami perdarahan dan juga patah 1 tulang rusuknya, kami sudah berusaha mengatasinya dan bersyukur pendarahan sudah berhenti, tetapi kami masih harus memantau pasien di ruang Instensif, jadi mohon kesabaran dari keluarga." Ucap Krystal menjelaskan keadaan pasien yang baru saja dia tangani yang entah itu siapanya Irene.
"Terimakasih dokter, nanti akan aku sampaikan ke keluarganya." Mendengar jawaban Irene barusan, Krystal mengerutkan dahinya dengan ekspresi memikirkan sesuatu.
"Seonbaenim bukan keluarganya?" Tanya Krystal singkat yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Irene.
"Dia adalah karyawanku, dia sendirian di sini, keluarganya ada kampung halamannya, jadi aku dan karyawan lain berusaha menjadi keluarganya di sini." Jelas Irene yang hanya dijawab dengan anggukan dan senyuman oleh Krystal dimana dia hampir jarang tersenyum kalau bukan ke pasien atau ke keluarga pasien.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Partner
Fiksi PenggemarKrystal, seorang dokter bedah sekaligus profesor muda, kembali bertemu secara tidak sengaja dengan cinta pertamanya sekaligus seniornya saat dia masih di bangku SMA, apakah kisah cintanya akan berhasil kali ini.