Krystal membuka matanya perlahan saat mendengar suara gemericik air dari arah kamar mandi.
Pandangannya dia edarkan ke seisi kamar bernuansa mewah tapi minimalis milik Irene. Setelah kesadarannya cukup terkumpul, dia mengambil sebuah remote kecil di meja kecil yang ada di sisi kanan ranjang tersebut untuk membuka gorden kamar dan membuat sinar matahari masuk melalui dinding kaca di kamar Irene.
“Kau sudah bangun? Mau langsung mandi?”
Irene keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya dan juga handuk piyama yang membalut tubuhnya.
“Aku akan mandi nanti, badanku rasanya masih tidak mau di ajak beranjak dari tempat tidur.”
“Why? Lelah?” Tanya Irene santai sambil berjalan ke arah meja rias miliknya.
“Bagaimana tidak lelah, Sunbae menyerangku habis-habisan seperti orang kesetanan, bahkan hanya aku yang semalam mencapai puncak berkali-kali, sedangkan aku tidak diizinkan menyentuhmu sama sekali.”
“Kenapa protes? Kau yang di awal memintaku memimpin kan?”
Irene mengalihkan tatapan protesnya ke arah Krystal yang masih berbaring di bawah selimut tebal.
Mendapat jawaban seperti itu, Krystal hanya terdiam karena memang dia yang meminta Irene memimpin, dan sebenarnya 3,5 tahun yang lalu memang Irene yang selalu memimpin permainan mereka, walaupun yang semalam adalah yang paling gila.
“Sunbae, apa kau menahan hasrat mu selama 3,5 tahun dan menumpahkan semuanya semalam?”
“Hmm.. bisa dibilang begitu. Aku suka saat melihatmu berteriak di bawah tubuhku.”
Krystal tersenyum puas mendengar jawaban Irene, wanita itu benar-benar sudah sangat berubah. Dahulu dia tidak akan mau membahas aktivitas ranjang mereka ketika dalam kondisi sadar atau tidak dalam kondisi sedang bercinta, tetapi sekarang dia sudah lebih santai membicarakannya walaupun tidak bisa se vulgar Krystal.
“Lalu selama 3,5 tahun aku pergi, apa yang kau lakukan saat merindukan sentuhanku? Kau menyentuh dirimu sendiri? Atau?…”
Krystal menghentikan ucapannya, sedangkan Irene hanya menatapnya dari pantulan kaca sambil menunggu ucapan selanjutnya dari Krystal yang ternyata tidak dia lanjutkan.
“Jangan berfikir terlalu jauh. Jangankan untuk merindukan sentuhanmu, untuk tidur saja waktuku paling lama hanya 3 jam sehari, itupun aku tidur di ruang kerjaku. Jadi aku tidak punya waktu untuk memikirkan tentang mencari kepuasan.”
Krystal yang semula ingin menggoda Irene justru sekarang menatapnya dengan tatapan iba saat Irene membahas hidupnya yang kalang kabut beberapa tahun yang lalu. Dia yang harus mengurusi kakaknya, mengurusi ibunya yang perlu perawatan setelah berita kematian dan perselingkuhan ayahnya, dia juga yang harus mengembalikan W-Group ke puncak kejayaan, tentu saja dia tidak punya waktu untuk memikirkan aktivitas panas mereka.
“Berhenti menatapku dengan tatapan kasihan, aku sudah baik-baik saja sekarang.”
Krystal hanya tersenyum saat Irene menghardiknya dan memintanya berhenti menatapnya dengan tatapan yang sedari tadi dia arahkan ke Irene.
“Aku ingin meminta hadiahku hari ini.”
Kata Irene sambil menyisir rambutnya yang sudah mulai kering di depan meja riasnya.
“Aku sedang tidak ingin keluar rumah hari ini.” Rengek Krystal yang sedang meringkuk di bawah selimut mencoba meminta belas kasihan dari Irene.
“Siapa bilang kita akan keluar rumah? Aku meminta hadiahku di dalam rumah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Partner
FanficKrystal, seorang dokter bedah sekaligus profesor muda, kembali bertemu secara tidak sengaja dengan cinta pertamanya sekaligus seniornya saat dia masih di bangku SMA, apakah kisah cintanya akan berhasil kali ini.