10 ||BERTEMU

84 65 24
                                    

"Kenangan yang akan selalu melekat, yang tidak akan pernah bisa untuk di lupakan, kau adalah peri yang datang saat aku dalam kesendirian jasa mu belum sempat ku bayar sampai kau harus pergi meninggalkan"

☆☆☆

"Bunda... Ley... Mau balon warna bilu.." Ujar seorang anak laki-laki yang meminta balon pada sang bunda.


"Ade.. Mau balon? " Tanya wanita yang merupakan ibu dari anak laki-laki tersebut.

Anak kecil itu hanya mengangguk-angukan kepala nya pelan.

"Pak.. Beli balon warna birunya" Ujar wanita itu membelikan anak nya balon.

"Yang ini bu.. Ini balonnya"

"Iya.. Berapa pak? "

"Lima ribu saja bu.. "

"Ini uangnya"

"Terimakasih"

Wanita itu memberikan balon pada anaknya. "Ini sayang balonnya"

Anak kecil itu menatap balon yang terasa indah baginya. Dan langsung menerima pemberian ibundanya. Matanya yang bulat berbinar membuat orang lain akan mencubit nya karena wajahnya sangat tampan dan lucu.

"Mau beli apa lagi? " Tanya sang ibunda pada anaknya.

"Udah bun... " Cicit anak tersebut sambil menggeleng-gelengkan kepala nya tanda ia sangat senang malam ini bunda dan ayahnya mengajaknya ke taman.

"Rayyan ngk mau beli mainan? "

Anak tersebut adalah Rayyan dan ibunya Wanda.

"Enta.. Mau.. Unda.. Leyy mau naik itu" Cedal Rayyan yang tidak bisa mengucapkan huruf R dengan benar.

Wanda melihat kearah yang di tunjukan Rayyan mendapati Rayyan yang ingin menaiki bianglala.

Samar-samar bayangan yang muncul di benak Rayyan saat ini. Walaupun matanya yang terpejam tapi hati nya meneriaki ibundanya.

☆☆

"Dokter.... Dokter...!!! " Panggil Lauren yang cemas melihat Rayyan yang kejang-kejang.

"Dokter tolong!!!... Rayyan kenapa dokter" Ujar Lauren yang mendekati dokter.

"Suster tolong" Ujar dokter yang menyuruh Lauren keluar ruangan.

Suster tersebut membawa Lauren keluar ruangan. "Maaf mbak... Pasien akan kami priksa, silahkan mbak tunggu di luar"

"Tapi sust teman saya"

"Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk pasien, silakan mbak tunggu diluar saja"

Lauren pasrah dengan perkataan suster sebenarnya jika ia di izinkan untuk menemani Rayyan di ruang sana mungkin itu akan lebih baik untuk sekedar melihat Rayyan.

Sedangkan Arasta sudah pulang setelah ia mendonorkan darahnya pada Rayyan, karena Lauren yang menyuruhnya untuk istirahat dan pulang. Sebenarnya Arasta sempat menolak untuk pulang namun ia berfikir lagi pula ia bukan siapa-siapa di hidup Rayyan apa lagi ia hanya teman barunya. Jadi ia pergi untuk pulang.

Kluning...
Terdengar suara handphone berbunyi menandakan pesan masuk.

Lauren melihat layar handphone nya mendapati notif dari Gio.

ℍ𝕠𝕨 ℂ𝕒𝕟 𝕀 𝕊𝕒𝕪? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang