44 ||RAYYAN

39 12 1
                                    

Esok pagi akan menjadi sebuah hari dimana siswa-siswi SMA Antar Bangsa melaksanakan Ujian akhir semester dimana mereka akan berada dalam sebuah tahap kehidupan nyata,  Rayyan menutup buku-buku paket yang jumlahnya ratusan halaman, melirik sebuah pasport yang baru saja ayahnya berikan kepadanya, "ini pasport kamu, ayah sudah menjadwalkan penerbangannya" Hanya kalimat itu yang saat ini Rayyan dengar setelah ayahnya sempat meminta untuk Rayyan tinggal di luar negeri bersama sang kakak.

_flesbek_

"ini pasport kamu, ayah sudah menjadwalkan penerbangannya"

"Yah.. Rey boleh minta sesuatu?" Tanya Rayyan membuat Pria paruh baya tersebut menatap Rayyan heran, karena baru kali ini Rayyan meminta sesuatu padanya.

"Apa?" Tanyanya.

"Kalau Rey berhasil banggain ayah buat juara semester ini, apa ayah bakal biarin Rey, milih kuliah dimana pun?" Tanya Rayyan.

Ayahnya hanya tersenyum kecil, "Rey.. Ayah cuma minta kamu untuk nurut sama ayah, dan ayah mau kamu menjadi seorang yang ingin ayah banggakan, jadi ayah minta kali ini kamu nurut" Balasnya, Ayah Rayyan lalu pergi meninggalkan Rayyan yang duduk di ruang tamu.

Rayyan membuang nafas panjang, bangkit dari duduknya berjalan kembali kekamar.

Rasanya sulit membujuk Ayah agar Rayyan bisa memilih perkuliahan yang ia inginkan.

_🌻_

Deru motor berhenti di sebuah perumahan, Rayyan membuka helmnya kemudian mengambil ponsel disaku jaketnya.

Arasta

Rayyan: "Gue didepan rumah lo"

Arasta mengalihkan pandangannya saat handphone di samping bergetar.

"Rayyan" Beo Ara saat melihat notif dari cowok itu.

Sesegera Ara membukanya, kemudian membaca pesan yang Rayyan berikan.

"Ngapain" Liriknya saat melihat pesan yang Rayyan berikan.

Dengan cepat Arasta berjalan keluar kamar mendekati pintu utama rumahnya.

Sosok laki-laki yang tengah terduduk di sebuah motor bewarna merah itu menatap Ara yang datang dari balik pintu.

"Kenapa?" Tanya Ara.

"Maaf" Balasnya singkat.

Ara mengedipkan matanya beberapa kali, bingung dengan kata maaf yang Rayyan lontarkan.

"Maksudnya?"

"Maaf, untuk waktu itu" Jelasnya

Ara terdiam mengamati ucapan Rayyan, mungkin cowok itu meminta maaf untuk kejadian Rayyan membentaknya.

"Oh, it's okay. Gak masalah"

Rayyan membuka jaket kulitnya merogoh saku dalam jaket, mengeluarkan sebuah gelang yang selama ini ia simpan, walau entah mengapa ia menyimpannya dalam waktu yang cukup lama.

ℍ𝕠𝕨 ℂ𝕒𝕟 𝕀 𝕊𝕒𝕪? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang