Arfan membuka pintu ruang rawat Rissa dengan pelan, Disana terlihat suster yang berada disebelah bangsal yang Rissa tempati dan juga dua pembantunya yang tengah duduk di sofa.
"Permisi tuan, Nona Rissa terpaksa kamu suntik dengan obat penenang karena tadi sempat histeris, mungkin beberapa jam kedepan istri anda akan sadar" Ucap Suster itu kepada Arfan.
"Apakah dirinya sudah tau tentang keadaannya sus?" Tanya Arfan.
"Sudah tuan, dan sepertinya itu yang membuat nona histeris" jawabnya.
"Terimakasih"
"Kalau begitu saya permisi pak" Ucap suster itu yang dia ngguki oleh Arfan.
Setelah kepergian suster, Dua pembantu Arfan pun mendekati Sanga tuan.
"Maaf tuan, kami sudah membawa semua keperluan tuan dan non Rissa, apa masih ada tugas lain tuan?" Tanya bi Any hati hati.
"Sudah Bi, kalian boleh kembali, Tolong hubungi asisten saya untuk kemari membawa dua bodyguard", Ucap Arfan seraya duduk di samping bangsal.
"Baik tuan, kalau begitu kami permisi, Selamat untuk kehamilan non Rissa" Ucap Pembantu itu.
Setelah mendapat jawaban dari Arfan, mereka berdua segera undur diri untuk kembali ke apartemen.
Setelah kepergian dua pembantunya, Arfan menoleh ke arah Rissa yang masih terbaring belum sadar, Arfan tau jika ini adalah kabar buruk untuk Rissa, apalagi setelah apa yang baru saja terjadi pasti perempuan di depannya ini belum siap untuk menerima beban seperti ini.
##########
Setelah 4 jam dalam pengaruh obat bius, Rissa tersadar dengan perlahan, Matanya terarah pada sosok laki laki yang tengah tertidur bertumpu dibrankar tempatnya saat ini.
Fikiranya kembali pada apa yang tadi suster katakan kepadanya, suatu hal yang tidak pernah muncul didalam pikirannya terjadi diluar ekspektasinya, Dia hamil dan ini bukanlah waktu yang tepat.
Tangan Rissa terangkat menuju perutnya, Air mata yang sedari tadi dia tahan perlahan keluar tanpa aba aba, Dia tidak siap dengan ini, Dia belum siap mengemban tugas menjadi seorang ibu, apalagi dengan statusnya yang belum menentu.
"Kenapa kamu datang disaat seperti ini" lirih Rissa memejamkan matanya sembari mengelus perutnya.
Rissa tau ini bukanlah kesalahan dari bayi yang ada di kandunganya, Apalagi sedari awal Arfan selalu meminta kepadanya untuk menerima apapun yang akan terjadi nantinya, tetapi dia tidak berfikir sejauh ini, Dia mengira bahwa tidak mungkin hamil karena mereka hanya melakukan sekali.
Menangis, itulah yang dia bisa lakukan sekarang, Rissa tidak mungkin untuk melakukan hal lain, jangankan untuk pergi, bergerak saja rasanya tubuhnya tidak bisa untuk digerakkan, dia tidak sadar jika lelaki di sampingnya sudah mulai terbangun dari tidurnya.
Arfan yang baru saja terbangun pun seketika sadar apa yang terjadi pada Rissa, Arfan segera membawa Rissa ke dalam pelukannya dengan hati hati.
"Maaf" ucap Arfan Lirih seraya mengusap punggung Rissa.
Arfan tidak tau harus mengucapkan apa, Dengan keadaan seperti ini yang hanya bisa dia katakan adalah satu kata itu, Dia tidak mungkin memperburuk keadaan dengan mengucapkan kata kata yang malah membuat Rissa semakin terpuruk.
"Rissa tidak siap pi" lirih Rissa setelah sedikit tenang dengan masih sesenggukan.
"Papi mengerti"Arfan menghela nafas.
"Kita hadapi bersama, Ini kesalahan papi, Papi yang akan memegang kendali semuanya" Ucap Arfan selanjutnya.Pada akhirnya Arfan yang akan membawa kemana arah tujuan mereka, berbeda dengan Rissa yang masih belum siap mengemban beban serumit ini, Arfan sedari awal sudah menduga dan sudah siap dengan konsekuensi atas apa yang dia lakukan.
Arfan melepas pelukannya pada tubuh Rissa, Tanganya beralih menangkap kedua pipi Rissa dan membawa wajah perempuan itu agar menatap dirinya.
"Kita hadapi bersama, Jangan berfikir melakukan hal bodoh yang membahayakan kalian berdua, Dia tidak bersalah, papi yang akan bertanggung jawab atas kehidupan kalian" Ucap Arfan dengan mantap.
Dia harus memberi pengertian untuk Rissa untuk mencegah hal hal buruk diluar dugaanya.
"Papi tidak membohongi Rissa kan?" Tanya Rissa pada akhirnyan.
Bukan apa apa, dia hanya takut jika masa lalunya dengan Vino terulang kembali saat dirinya memulai hidupnya dengan Arfan.
"Percaya pada papi, Kamu bisa membunuh papi jika papi melanggar apa yang papi ucapkan" Ucap Arfan sungguh sungguh.
Ini bukan pilihan, ini adalah takdir, Rissa hanya bisa menerima dan menjalani, apapun yang terjadi kedepanya, itu urusan nanti yang terpenting sekarang dia memiliki seseorang yang akan bertanggung jawab akan hidupnya dan juga bayi yang ada di perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi ayah mertua
RomanceTentang lika liku hubungan antara kedua orang yang berstatus sebagi menantu dan mertua