Pagi ini Arfan masih berada di ruang rawat Rissa, Jam sudah menunjukkan pukul 7.15 tetapi Rissa belum terbangun dari tidurnya.
Tadinya Arfan sempat khawatir karena biasanya Rissa terbangun sekitar pukul 6.00, tapi kata dokter tidak apa apa dan tergolong Normal.
Arfan saat ini sedang duduk di sofa mengerjakan beberapa email yang dikirim asistennya, Atensi Arfan teralihkan saat matanya tak sengaja menangkap pergerakan Rissa.
Arfan meletakkan labtopnya, lalu berjalan menghampiri Rissa yang masih mengumpulkan nyawanya.
"Selamat pagi" ujar Arfan seraya membantu Rissa untuk duduk bersandar.
Arfan mengambilkan air minum yang ada di atas nakas dan membantu Rissa untuk meminumnya.
"Pagi, jam berapa Pi?" tanya Rissa menyerahkan gelas itu kembali pada Arfan.
"Jam tujuh lebih, Mau sarapan sekarang atau nanti?" Tanya Arfan menatap Rissa.
"Sebentar lagi Pi, Rissa belum lapar" ucap Rissa yang di angguki oleh Arfan
"Aku kapan pulangnya Pi" tanya Rissa menatap Arfan.
"Hari ini terakhir kamu dirawat, Nanti malam jika infusnya yang kedua sudah habis kamu sudah diperbolahkan pulang" jawab Arfan lalu duduk dikursi sebelah ranjang.
Arfan mengambil buah apel yang ada di nakas, lalo dia memotongi buah apel itu dan diletakkan di piring kecil.
"Kenapa tidak sekarang saja, Rissa sudah bosan" ucap Rissa yang sudah berada di ujung kebosanan.
"Sabar sebentar, hanya tinggal menghitung jam, sekarang kamu harus makan ini, jangan biarkan perutmu kosong" Jawab Arfan menyerahkan piring kecil berisi buah yang sudah dia potong.
Walaupun dia masih belum merasa lapar, Rissa tetap menerima dan memakan buah itu, Rissa tau jika dia belum terlalu pulih, jika dia tidak mengisi perutnya tepat waktu pasti akan membuat penyakitnya semakin buruk.
"Papi sudah makan?" Tanya Rissa saat matanya tak sengaja melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 08.00
"Sudah, tadi bibi yang datang untuk mengambil baju kotor membawakan sarapan" ucap Arfan.
Tak berapa lama suster datang untuk mengecek kembali keadaan Rissa, Suster mengatakan jika semuanya sudah mulai normal, hanya saja untuk kandungan Rissa, Suster mengatakan jika dari pihak rumah sakit belum bisa melepas Rissa 100%.
Sebelum suster keluar, suster mengingatkan lagi agar Rissa segera memakan makanan yang sudah disiapkan, karena ini sudah lewat waktu sarapan.
"Makan sekarang ya" Ujar Arfan kembali bertanya pada Rissa.
Rissa menatap Arfan, Akhirnya dia mengangguk sebagai jawaban, karena perutnya pun sudah terasa lapar.
Arfan membuka makanan yang masih ditutup dengan plastik wrap, Arfan menyisihkan Jamur yang ada di makanan itu karena beberapa hari lalu Rissa dibuat mual saat memakan jamur, sampai 1 harian penuh Rissa tidak mau memakan apapun.
Setelah makanannya siap, Arfan kembali duduk disebelah Rissa lalu mulai menyuapinya.
"Bagaimana?" Tanya Arfan saat Rissa sudah menelan suapan pertama.
"Tidak buruk, ini tak terlalu hambar seperti kemarin" jawab Rissa apa adanya.
Walaupun menurutnya masakan rumah sakit tidak ada yang enak, tetapi Rissa bersyukur masakan yang ada di rumah sakit ini masih bisa diterima didalam perutnya.
"Tidak apa apa, Besuk papi akan menyuruh Bibi memasak masakan yang enak untukmu" Ucap Arfan kembali menyuapkan makanan untuk Rissa.
Rissa mengangguk lalu tersenyum, semakin hari Arfan semakin perhatian kepadanya, Rissa berharap perhatian Arfan bukan sekedar perhatian karena kasihan dengan dirinya, Rissa sudah memasrahkan semua hidupnya, Dia akan ikut kemana nanti Arfan akan menuntunnya, Mau itu dalam status yang jelas ataupun hanya tanggungjawab semata.
"Jangan melamun" Ujar Arfan membuat lamuan Rissa terbuyar.
Rissa menggeleng tersenyum kaku, Sudahlah, dia tidak ingin memikirkan sesuatu yang masih belum benar benar terjadi, yang terpenting sekarang dia bisa menjalani hidup tanpa menoleh kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi ayah mertua
RomanceTentang lika liku hubungan antara kedua orang yang berstatus sebagi menantu dan mertua