Setelah kejadian tadi Rissa hanya mengurung dirinya di dalam kamar, apa yang Emma katakan terus berputar dikepalanya, Rissa hanya bisa menangis saat ini.
Ketakutan yang selama ini hilang kini kembali menghantui dirinya, sejauh ini dia sudah mulai bergantung kepada Arfan, dia sudah mulai mencoba membuka hatinya untuk laki laki itu, Namun perkataan Emma membuat Semuanya menjadi abu abu.
Rissa takut apa yang Emma katakan benar benar terjadi, dia takut Arfan hanya menginginkan anaknya saja.
Terus berperang dengan pikirannya membuat Rissa tak sadar jika sedari tadi Bi Any dan Bi Eny terus memanggilnya dari luar kamar.
Seakan tersadar, Rissa pun segera menghapus air matanya, tidak ada niat untuk membuka pintu karena dia tau sangat tidak mungkin membuka pintu dengan keadaan seperti ini bisa - bisa nanti kedua ARTnya itu akan khawatir.
"Iya bi ada apa?" Tanya Rissa sedikit berteriak dari dalam.
"Non Rissa baik baik saja kan didalam?" Tanya Bi Eny terdengar
"Aku tidak apa apa bi, Ada apa?" Tanya Rissa mencoba menormalkan suaranya.
"Sudah lewat waktu makan malam Non Rissa harus segera makan agar maagnya tidak kambuh" kini berganti bi Any yang menjawab.
"Iya bi, tolong taruh makanannya di depan pintu aja bi, nanti Aku ambil" Ucap Rissa pada akhirnya.
"Baik non"
Setelah merasa kedua Artnya sudah pergi, Rissa segera keluar untuk mengambil makanan yang ada di meja depan pintu kamar.
Walaupun dia sudah membawa makanan itu masuk kedalam kamar, tapi Rissa belum ada niat untuk memakannya.
Tak berselang lama terdengar dering dari hanphonenya, Terlihat nama Arfan tertera di layar Hanphone.
Sebelum mengangkat telfon Rissa berusaha membuat suaranya seperti biasanya namun sepertinya usahanya tidak berhasil.
"Halo pi"
"Kenapa angkat telfonnya lama Ris, terus ada apa dengan suaramu? Kamu baik baik saja kan disana?" Sederet pertanyaan dari Arfan membuat Rissa terdiam bingung mau menjawab apa.
"Halo! Rissa!" Panggilan dari Arfan membuat lamunan Rissa terbuyar.
"Tadi Rissa ketiduran pi jadi angkat telfonnya lama terus karena baru bangun suaranya jadi gini, Rissa baik baik aja kok" Jawab Rissa pelan pelan.
"Syukurlah, hubungi papi jika terjadi sesuatu" ujar Arfan terdengar dari sebrang.
"Iya pi" jawab Rissa
Rasanya ingin sekali Rissa bertanya tentang semua yang mengganjal dihatinya kepada Arfan sekarang, namun sepertinya tidak mungkin karena sekarang Arfan sedang dilaur kota dan itu tentang pekerjaan, Rissa takut Arfan akan terganggu.
"Kamu sudah makan malam?" Tanya Arfan
"Emm ini baru mau makan pi, Bi Any udah bawa makanannya ke kamar kok" jawab Rissa
"Baiklah, segera makan jangan lupa untuk meminum susu dan vitaminnya" ujar Arfan mengingatkan.
"Iya pi" jawab Rissa
"Sebelum papi pulang kamu mau nitip sesuatu?"
"Rissa lagi ngga mau apa apa pi, Nanti kalau Rissa mau sesuatu Rissa akan mengatakannya" jawab Rissa
"Baiklah, Nikmati makan malammu papi masih ada pekerjaan yang harus papi selesaikan, Jika disini sudah selesai papi akan segera pulang"
"Baik pi"
"Yasudah papi tutup telfonnya, selamat malam"
"Selamat malam pi" jawab Rissa setelah itu terdengar sambungan telefon terputus.
Rissa meletakkan hanphonenya sembarang, Tangisnya kembali pecah usah bertelfonan dengan Arfan.
Arfan selalu bersikan baik kepadanya, dia selalu memperhatikan hal hal kecil tentang dirinya, Ada sedikit rasa ketidak percayaan dengan ucapan Emma, Namun rasa percaya tetap mendominasi.
Rissa merasa apa yang Emma katakan semua itu ada benarnya, Selama ini dia hanya menjadi beban dimanapun dia berada, mungkin itu juga yang membuat mereka menyebutnya pembawa sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi ayah mertua
RomanceTentang lika liku hubungan antara kedua orang yang berstatus sebagi menantu dan mertua