<Alhaitham POV>
Mata neru ka...
"Okinasai"
"Nghm~ Alhaitham? Okaeri hoam~"
Pulang dari perjalanan jauh tapi tumpukan kertas masih berantakan.
"Dou~?"
"Lagi-lagi kau ketiduran di sini dan membuat kekacauan"
"Ehe~"
"Kenapa tanganmu begitu?"
"Oleh-olehnya dong ehehe~"
Hah, dia selalu begini. "Bereskan dulu kertas-kertasnya"
"Huh, ha'i, ha'i, Alhaitham-sama"
Sekalipun setiap yang dikerjakannya membuat ruangan berantakan, hasil tulisannya bagus.
[Y/n], kami dulu sekelas saat masih sekolah.
Bisa dibilang dulu dia anak paling bodoh, selalu terancam tinggal kelas, dan mengeluh.
Mendokusai.
Tapi dia unggul di kelas praktek sihir dan keterampilan memakai senjata.
"Wuah!"
Srak!
Dan ceroboh.
Panggilannya [y/n] si pembawa sial.
Padahal dia hanya kurang awas saja.
"Kau ini sedang apa?"
"Aku hanya ingin ini cepat beres!"
"Bawa sedikit-sedikit saja tidak apa, kalau begini kan jadi kerja dua kali"
"Ehe, sumimasen~"
"Mattaku"
"Itte"
Padahal dia bisa jadi pasukan tempur.
Ah, iya dia bilang itu merepotkan dan dia tidak suka.
Dia cukup berjasa...sangat berjasa saat itu.
Aku masih ingat dengan baik, dia dengan Dehya sebusa mungkin menyelamatkan anak-anak.
Dia sendiri sebisa mungkin untuk tidak membuat anak-anak itu menjadi yatim piatu.
"Alhaitham, kau istirahat saja, kau kan baru pulang dari petualanganmu yang jauh. Duduk saja di singgasanamu itu, aku yang beberes"
"Kalau aku tidak mau?"
"Aku paksa nih pakai lagu tidur Aranara", dia pemaksa.
Aku turuti saja karena lagu itu sangat ampuh.
Kaveh saja bisa tertidur saat [y/n] baru menekan satu not nada saja.
Ah, tidak, Kaveh memang tukang tidur.
"Ne Alhaitham"
"Nanda?"
"Ceritakan dong petualanganmu kaki ini"
"Selalu saja"
"Hehe, aku suka dengar ceritamu"
Dan [y/n] adalah orang paling tulus untuk mendengarkan ceritaku.
"Kali ini kurang menyenangkan"
"Eh!? Doushita? Kizu ga atta?"
"Masih mau dengar?"
"Uhn! Uhn!"
Mata itu selalu bersinar saat mendengarkan ceritaku.
☘️📚☘️
<Author POV>
"
OI! NANDE OSOI!"
"Urusai"
Sumeru.
Daerah yang terdiri dari padang pasir dan tempat bagai dongeng.
Di tumbuhi pohon besar yang sangat hijau.
Manusia di sana lebih memilih membangun di antara peohonan besar nan tinggi itu.
Meski ada juga yang masih di bawahnya.
Perairan yang mengalir pun sangat jernih.
"Oh, gomen...aku tidak tahu ada dia di sana"
"Hm, kau selalu begitu"
"Itu karena kau tidak bilang!"
"Kau berisik, keluar sana"
Matahari masih menampakkan dirinya di sana.
Namun ada mahluk yang masih tidur atau bsru saja tidur.
"Dia tidak tidur lagi?"
"Sepertinya"
"Kau itu jangan beri dia kerjaan yang banyak Alhaitham, kasihan dia"
Plak!
Seperti mahluk satu ini yang pulas di kasur seorang pria yang baru saja menampik tangan teman sekamarnya.
"Jangan sentuh, nanti dia bangun"
"Itai yo mo", Kaveh mengusap tangannya yang ditampik tadi. "Kenapa sih kau selalu bawa dia ke sini kalau ketiduran? Kan bisa bawa ke kamarnya"
Alhaitham tak menjawab, memilih menaikkan selimut untuk perempuan yang pulas tertidur tersebut.
"Ho~ kalau suka bilang saja~ dasar tsundere", goda Kaveh.
"Urusai"
Kaveh hanya terkekeh dan pergi ke kamar mandi.
Alhaitham hanya duduk di pinggiran kasur.
Mengamati kunci yang selalu dibawanya.
Ada 3 kunci di sana yang terdapat gantungan singa dan bunga.
"Ini kunci cadanganku, kalau aku lupa bawa aku bisa memintanya padamu"
Kalimat yang selalu Alhaitham imgat dari gadis yang tertidur pulas tersebut.
Setelah kejadian tak mengenakan beberapa purnama silam, ia enggan meninggalkannya sendirian di kamarnya.
"Fyuh~ lega~"
Buru-buru Alhaitham memasukkan kunci-kunci tersebut ke sakunya begitu mendengar suara Kaveh.
"Aku mau tidur di tempat lain, kau ikut?"
"Buat apa kau tidur di tempat lain?"
"Hei, kau ini kenapa? Ada perempuan di sini, tidak baik 2 pria lajang tidur di sini"
"Memang kau mau apakan [y/n]?"
"Hah, sudahlah repot! Aku capek! Tidak mau berdebat denganmu tuan yang tahu segalanya!"
"Kasurmu punyaku"
"Terserah!"
Padahal biasanya Kaveh tetap tinggal, itu karena dia tidak tahu jika Alhaitham membawa seorang gadis yang juga temannya.
Dia akan tahu paginya.
"Kau masih...merasa bersalah?", pertanyaan Kaveh hanya mendapat jawaban diam dari Alhaitham.
Pria bersurai abu itu memalimgkan mukanya.
"Hah, shikatanai", Kaveh tidak jadi meninggalkan keduanya. "Kalau butuh sesuatu langsung bangunkan aku"
Dan lebih memilih ke bunga tidurnya yang menunggu.
Alhaitham menatap lekat ekspresi tertidur yang terlihat sangat nyenyak itu.
Meski air liur keluar dari sudut bibir gadis itu :v
Disibaknya pelan poni yang menghalangi muka tertidur hakiki gadis itu.
Ada bekas luka di sana.
Tapi gadis itu bukan Ha**y Po**er.
Bekas luka yang membuat Alhaitham menyesal sepanjang ia bernafas.
"Oyasumi, ore no hana"