<Reader POV>
Uhh, aku benci negosiasi dengan Ninguang.
Padahal ini masih siang aku sudah capek rasanya.
Orang itu benar-benar cerdik.
Urusanku dengannya sudah selesai, dia hanya mau bisnis kontrak batu sihir yang kubuat.
Susah juga kalau sudah didengar sampai ke telinganya.
"Tadaima", aku mau tidur rasanya.
"Okaeri"
"Lho bukannya kau jalan-jalan dengan anak-anak?"
"Mereka sedang tidur siang, bagaimana urusanmu?"
Ah, padahal aku sudah janji. "Merepotkan, aku mau mandi dan istirahat"
Padahal waktu sampai sini aku sempat sakit.
Begitu aku pulih, Ganyu menjemputku dan bilang nonanya itu sudah menunggu.
Dasar tidak sabaran.
Aku ingin berendam rasanya.
Hari ini panas sekali.
Setelah meletakkan barang, aku lamgsung ke kamar mandi.
Melelahkan sekali rasanya.
"Aku gosok punggungmu"
"Hah!? Kenapa kau masuk juga!?"
"Tidak boleh? Aku hanya mau membantumu"
"Kalai kusuruh keluar kau tidak akan keluar kan?"
Dengan diamnya dia mengangguk.
"J-ja tanomu"
☘️📚☘️
<Author POV>
Kalian hanya diam.
Alhaitham diam menggosok punggubgmu dan mencuci rambutmu.
Rona muka kalian memerah sejak tadi.
Hanya guyuran air yang berisik gemerisik.
Manik Alhaitham terfokus seketika pada suatu bekas luka.
Diusaonya bekas luka iti dengan lembut, bekas luka tusukan.
"Baizhu-san bilang, bekasnya bisa hilang kok", ujarmu.
Alhaitham memelukmu dari belakang.
Kau hanya menepuk lengannya pelan.
"Aku tidak akan lagi melukaimu", gumam Alhaitham. "Tidak akan pernah lagi"
"Uhn, wakatta yo...kalau tidak mana mungkin kau menyanyangi anak-anak sampai seperti ini"
"Ah, aku jadi ingat percakapan kita waktu itu"
Seketika mukamu memerah sampai telinga. "Ya-yang mana? Ka-kan ba-hii!"
Tiba-tiba Alhaitham menggigit daun telingamu dengan pelan.
"Bersiaplah", bisiknya.
Dahimu mengernyut ketika Alhaitham menghisap lehermu meninggalkan bekas kemerahan di sana.
"Mungkin nanti akan sedikit sakit", bisiknya lagi. "Ii no ka?"
Kau tak tahu harus jawab atau tidak, jantungmu serasa mau meledak.