<Alhaitham POV>
Kenapa dia belum kembali?
Sudah berapa purnama dia belum pulang?
Terakhir [y/n] mengirimku surat, dia bilang mau mengantar Araci pulang.
Dari sini ke sana tidak sampai butuh waktu lama.
Tapi kenapa...
"Alhaitham, apa tidak sebaiknya kita pasang poster orang hilang?"
"Kaveh, kau tahu seberapa tidak pedulinya mereka terhadap [y/n]"
Sekalipun pasang poster itu akan membuang waktu dan perbuatan yang sia-sia.
Aku hampir membunuh orang yang malah bersyukur [y/n] tidak ada.
"Kalau pun dia menginap dia pasti bilang"
Akan ada burung pos miliknya yang akan datang tapi tidak ada yang datang.
Burung khas gurun pasir yang dia jinakan itu akan datang jika ada kabar darinya.
"Aku akan ke Vanarana dan menanyakan hal ini"
"Aku ikut! Bagaimana pun dia selalu baik padaku"
Aku akan mengecek kamarnya, aku tahu dia menyembunyikan sesuatu sebelum hilang.
Araci kemari pasti bukan tanpa alasan.
[Y/n] bertingkah aneh selama ini sebelum hilang.
"Jangan lama-lama untuk bersiap, kita berangkat malam ini juga"
"Kau gila Alhaitham!? Ini sudah malam dan kau tahu sebahaya apa untuk ke sana!"
"Lebih cepat lebih baik"
"Kita berangkat saat matahari ada saja!"
"Kaveh, kita terlambat se-"
BUAK!
Ngajak gelut ini orang main pukul sembarangan!
"Apa maksudmu Kaveh!?"
"KAU ITU YANG TENANG BODOH!"
☘️📚☘️
<Author POV>
Kaveh tahu kalau temannya itu sedang kalut.
Kaveh tahu jika sudah begitu, temannya akan bertindak nekat.
Sama seperti sebelumnya.
Memukulnya keras adalah pilihannya.
"Biasanya kau akan menyusun rencana matang tidak semberono begini! Kalau kita ke sana tanpa rencana kita tidak akan bertemu [y/n]chan! Bahkan sampai pun tidak!"
Alhaitham memgernyit tidak suka kawannya meninggikan suara.
"Pikirkan debgan baik! Kau yang selalu dekat dengannya apa ada sesuatu yang membuatnya sampai hilang begini, pikir!"
(POV: Kaveh to Alhaitham)
"Kalau--"
"Kau lebih memilih mana? Kita tahu alasannya dan pergi atau pergi nekat lalu tidak sampai padanya?"
Alhaitham berpikir keras.
Ucapan kawannya ada benarnya, tumben.
"Ikut aku ke kamarnya", Alhaitham mendapat keputusan di kepalanya.
"Kuncinya bagaima-oh, astaga sejak kapan kalian sedekat itu?"
"Sejak kita sekolah, dia sudah berikan kunci cadangan kamarnya. Kau tahu dia tidak memiliki teman sekamar"
"Tapi tak kusangka dia akan menitipkan itu padamu betulan, padahal aku hanya bercanda. Kalian ngapain saja?"
Alhaitham tidak menggubris pertanyaan konyol itu dan langsung pergi dari kamarnya.
Ia langsung bergegeas ke kamar gadis yang dimaksud.
Yang telah menghilang setelah purnama kelima.
Tanpa kabar apapun.
Hanya sepucuk surat terakhir sebelum orang itu menghilang.
Kamar yang pengap terbuka.
Kamarbyang sedikit berantakan.
"Uhuk! Pengap sekaki!", Kaveh sedikit terbatuk ketika kamar itu dibuka.
Alhaitham langsung masuk setelah melamun sesaat.
Seolah melihat beberapa kenangan di sana.
Alhaitham pernah kemari sewaktu ketiganya sekolah.
Sekedar bermain atau belajar.
"Kita mulai cari?"
Tepukan di oundak Alhaitham menyadarkannya lagi dari lamunan bunga kenangan.
"Aa, yang teliti"
"Tentu saja, aku ini arsitek mana mungkin tidak teliti"
Keduanya mulai mencari setiap sudut kamar.
Mereka menemukan hal yang membuat mereka bingung di setiap sesuatu yang ditemukan.
"Naze..."
"Aranara, vision...penelitian orang itu"
"Ne Alhaitham...omae nanika shiteru ka?"
"Aku sudah mengira ada hal yang aneh dengannya, kedatangan Araci pasti ada sesuatu"
"Kalau begini kau yang menang...kita harus bergegas, aku merasakan firasat buruk"
"Kaveh...osoi ka..."
"Oi, oi! Jangan putus asa begitu! Kita berangkat malam ini, sekarang juga! Kita perlu teman tentu saja"
"Aku sendiri saja yang ke sana"
"Hitori de?! Alhaitham! Sadarlah! Apa perlu aku-BUHE!"
"Jangan halangi aku, Kaveh"
"Kau balas dendam? Kalau begini kau akan semakin terlambat"
"Dokei"
"Iyada! Ore to omae to hoka ni tomodachi isshoni iko"
"Dokei"
"Adu mekanik?"
Di suatu tempat yang terselimuti salju abadi.
Daerah yang terkenal sangat dingin hingga ke tulang.
Salju abadi yang mematikan.
Daerah paling berbahaya selain lautan gurun pasir Sumeru.
"Dareka...watashi no koto sagashita ka.."