☘️4📚

407 48 0
                                    

<Author POV>

"Koko de yasunda"

"Ha'i~"

Perjalanan yang menempuh jarak jauh.

Tapi sangat menyenangkan bagimu.

Bagi Alhaitham ini seperti tur penelitian.

Ia bisa mengamati dan membaca buku dan mencatat hal yang menarik baginya.

"Airnya bisa diminum, kemarikan botolnya"

Sedikit membuat kemah di siang hari.

Daerah sini sangat hijau dan sejuk, teriknya matahari tidak terasa.

Di mana pun dan kapan pun, Alhaitham selalu membawa bukunya.

Selalu membacanya setiap luang.

"Nanda?", ia akan kesal ketika bukunya diambil.

"Kita kan sedang liburan, sesekali tidak serius begitu bisa tidak?", bukunya diambil olehmu. "Cuaca lagi bagus lho"

Alhaitham tidak jadi marah dan menghela nafasnya lebih memilih menatap asistennya itu.

"Kau suka ya de-GUH!"

Dagumu terkena sesuatu yang muncul dari tanah, lidahmu hampir tergigit.

Alhaitham mendengus ingin tertawa.

"Itai! Apa sih ini!?", kau pun mengangkat sesiatu yang menyundul keras dagumu.

"Ja-jangan makan aku"

Mahluk kecil yang sangat kau ketahui. "Araci!"

Mahluk itu mendongak dan dengan senang langsung menempel di mukamu. "Nara [y/n]! Senang bertemu denganmu!"

Kau kewalahan karena mahluk kecil itu tidak mau lepas darimu.

Alhaitham tidak tahan untuk tidak tertawa melihatmu.

Dia akhirnya membantumu melepaskan Araci dari mukamu.

"Aku pikir akan mati", katamu mengambil nafas panjang.

"Nara [y/n] membawa Nara besar juga, teman Nara [y/n]?"

"Alhaitham, yoroshiku"

"Nara yang ini tidak menakutkan ya, Nara Alhaitham tampan"

Alhaitham hanya berdehem.

"Ukh, daguku sakit! Sini kau!", kau pun menarik mahluk kecil yang seperti mochi itu.

Melar.

☘️📚☘️

<Reader POV>

Daguku disundul dengan keras!

Gusiku sampai ada yang berdarah.

"Biar kulihat"

"Aaa~"

"Maaf ya Nara [y/n], hehe~"

Sundulan Aranara maut ya.

"Dinding mulutmu yang berdarah"

"Hoka(sokka)"

"Tahan sedikit ya"

Padahal selama perjalanan tidak ada kesialan apapun.

Aku mengernyit ketika merasakan perih dan dingin menyentuh luka yang dimaksud.

Aku mencengkram kepala Araci, dia yang membuatku begini.

"Sudah, meludahlah jika merasakan darah"

Aku meludah, sedikit darah di sana.

"Arigatou, Alhaitham", dia memang bisa diandalkan. "Lalu kau..."

"Maaf, maaf, aku sembunyi dari orang-orang yang mau menangkapku"

"Menangkapmu?"

Aneh sekali, buat apa mahluk polos imut ini ditangkap?

Treasure houder kah?

Atau yang lain?

Mereka memang mahluk misterius tapi hm...

"Untuk dimakan?"

"ITU MENGERIKAN!"

"[Y/n] jangan takuti dia begitu"

"Nara Alhaitham!"

Wah, sepertinya aku bukan lagi Nara favorite dia lagi.

Lihat Araci langsung menempel pada Alhaitham.

"Bisa tunjukan jalannya? Aku berniat ke desamu Araci", aku mengeluarkan permen yang kubuat.

"Permen!"

Haha, dia langsung ceria sampai terbang begitu.

Aku memberikan beberapa untuk Araci dan sedikit menjauh untuk bicara pada Alhaitham.

"Kau bisa kembali Alhaitham"

"Apa? Kita bahkan belum sampai"

"Ada perubahan rencana jadi...", aku tidak mau dia terlibat.

"Ore mo iku"

"Dame desu"

"Naze dame ka?"

"Aku bisa sendiri"

Bagaimana pun aku tidak bisa melibatkannya.

"Justru aku yang tidak bisa membiarkanmu sendiri, aku tak mau kau terluka. Sekalipun kau bisa atasi sendiri, [y/n]"

"Ini akan makan waktu lama"

"Hah, juru tulis tidak begitu sibuk. Aku tidak akan mengambil kerjaan yang hanya akan membuang waktuku dengan sia-sia"

Kutu buku ini keras kepala.

Memang sih kerjaan kami bisa dibilang fleksibel dan sesuka hati

"Aku khaeatir padamu", Alhaitham mengusap pipiku.

Ekspresinya kenapa seolah merasa bersalah?

Dahiku diusapnya juga, ada bekas luka di sana.

"Shikatanai", biarkan saja. "Aku janji tidak akan merepotkanmu lagi"

"Aku tidak keberatan sama sekali [y/n], kau sendiri yang bilang kalau...kau lebih suka berpergian denganku"

Wah, ekspresinya yang serius dan kaku itu bisa lembut juga.

Aduh, jantungku berpacu kencang.

"Sudah bertengkarnya?"

"Kami tidak bertengkar Araci"

"Tolong pimpin kami di nana tempatnya"

"Lebih baik bergegas! Sudah banyak dari kami ditangkap!"

PaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang