☘️2📚

607 65 4
                                    

<Author POV>

Kota yang sangat damai di bangun melingkari pohon besar.

Matahari yang bersinar dengan hangatnya.

"[Y/n]-san, ohayou gozaimasu"

"Ohayou~"

Penduduk yang hidup berdampingan dan saling kerja sama.

Senyuman merekah di mana-mana.

Tetap tersenyum meski hati lagi mendung ygy :v

Alhaitham memperhatikan gadis itu dari atas balkon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alhaitham memperhatikan gadis itu dari atas balkon.

Gadis itu cukup populer jika mengingat jasanya.

Meski masih ada yang ragu karena gadis ini pembawa sial katanya.

Beberapa orang menyapanya terutama anak-anak.

"Ne! Ne! [Y/n]neesan asobo!"

"Isshoni asobo yo neechan!"

"Eh, ima shigoto aru desu yo"

"Eeehhh~"

"Kalau aku sudah selesai nanti kita main ya"

Di wajahnya yang terlihat kaku, terkadang Alhaitham tersenyum kecil melihatnya.

Meski dirumorkan pembawa sial, gadis itu tidak peduli sama sekali.

Anak-anak suka bersamanya.

Namun orang tua mereka selalu menyeret mereka menjauh.

"Jangan dekat-dekat! Nanti kita ketimpa sial!"

Kata orang tua mereka.

Gadis itu selalu mendengarnya dan tetap tersenyum membuat Alhaitham tidak mengerti kadang.

Manik mereka bertemu.

Tangan mungil itu melambai pelan sambil tersenyum lebar.

Membuat semburat merah tipis di pipi Alhaitham tercetak ketika membalas lambaiannya.

"Aku akan ke sana sekarang", gerak bibir gadis itu.

Alhaitham hanya mengangguk kecil dari atas.

Gadis bersurai (h/c) berlari kecil namun terjatuh dan membuat buku yang dibawanya berserakan.

Alhaitham hanya menghela nafas meliht kecerobohan pertama si gadis di pagi hari ini.

Tidak ada yang membantu, gadis iti memungut sendiri bukunya dengan cepat dan bergegas ke tempat Alhaitham.

☘️📚☘️

<Reader POV>

Menjadi juru tulis gampang-gampang susah menurutku.

Yah, aku tidak sepintar Alhaitham sih.

"Alhaitham, buku tentang perang Archon di mana?"

"Rak ketiga dari atas sebelah sana"

Aku hanya membantunya sebagai asisten.

"Hm...kore to kore"

Tidak banyak yang bisa kubantu.

Tidak banyak juga aku ditolak dalam melamar kerja.

Karena aku pembawa sial.

Meski aku pernah ikut beberapa kalo dalam banyak perselisihan yang ada sampai harus bertarung, tidak akan ada yang percaya.

Bahkan prajurit-prajurit yang ikut lebih memilih menutup mata mereka.

Tapi Alhaitham dengan suara lantang mengatakan, ia hanya bantu sedikit sedang aku yang paling ambil ahli dalam hal tersebut.

Dia terlalu rendah hati.

"[Y/n]"

"Ha'i?"

Kebiasaan, dia selalu memanggilku setelahnya hanya diam dan menatapku.

"Naikkan rokmu"

"Eh?"

"Naikkan rokmu"

"Hah?! Alhaitham! Aku tidak percy kau mesum!"

Apa? Apa? Kenapa dia berdiri dari posisi bacanya yang hakiki?!

Dia mendorongku sampai aku duduk di tempatnya dia baca tadi.

Dia menaikkan rokku sampai selutut.

"Ah, robek", stokingku robek.

"Aku ambilkan obat dulu"

Ternyata dia sadar ya.

Darahnya tidak kena buku ataupun lantai kan?

Apa karena tadi jatuh ya?

Keren rokku tidak robek.

"Hati-hati kalau lari", dia mengobati lukaku.

"Hehe, gomen~"

"Tumben sekali kau pakai rok"

"Ah, itu karena aku nanti hadir di rapat"

"Kenapa harus datang? Kalau tidak penting tidak perlu"

"Alhaitham selalu begitu, aku sudah janji lho, setidaknya datanglah sesekali"

"Aku tidak tertarik, kau juga tidak perlu datang untuk menggantikanku"

Aku hanya ingin kau tidak diremehkan karena aku.

"Ini sudah usang kenapa masih kau pakai?"

"Karena ini darimu, Alhaitham"

Bodoh memang, padahal aku bisa beli lagi yang baru.

"Ini hadiah ulang tahun yang kusuka, ingat tidak waktu itu kita rayakan bertiga"

"Dan Kaveh memainkan kuenya"

"Hihi, tanoshikatta yo"

Semua mengabaikanku saat itu, hanya Alhaitham dan Kaveh yang peduli padaku.

"Kore watashi no taisetsu na mono desu"

Bahkan hadiah dari Kaveh masih aku simpan.

Hadiah dari mereka meski kadang hanya sebuah surat ucapan.

"Jangan dipaksa kalau sakit"

"Ha'i, daijoubu desu yo~"

Are, dia langsung mengalihkan pembicaraan setelah diam.

Langsung memunggungiku dan ke mejanya untuk bekerja.

Pekerjaan yang kukerjakan tadi.

Ekspresinya selalu serius begitu ya?

Memang itu pesonanya sih.

Banyak perempuan-perempuan yang bicara tentang wajahnya yang serius begitu.

Pesona kota ini katanya.

Yah, memang sih cuma agak berlebihan saja kalau dengar.

"Adeptus yang terlupakan?"

"Ah, iya aku sedang cari informasi itu. Sebenarnya dia bukan adeptus tapi archon ruang dan waktu katanya. Aku dengar saat ke Liyue"

"Menarik, tapi informasinya sedikit. Untuk apa ini?"

"Nahida-san yang minta"

"Sokka..."

"Alhaitham tahu?"

"Aku cari bukunya"

"Aku bantu ya, toh itu kerjaanku"

"Kau duduk saja"

"Alhaitham"

"Hah, ya sudah"

PaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang