<Dehya POV>
Aku belum lihat zirah itu sudah sejak lama.
Cyno dengan topi Anubis sedang [y/n] dengan topeng Bastet.
Dewi perlindungan.
Terakhir aku lihat saat di padang pasir, menyelamatkan anak-anak tanpa orang tua dan yah...sedikit perang.
"Apa itu benar?"
"Chigau! Sore wa chigau! Zenbu uso yo!"
Haduh, bocah ini malah berbohong.
"Ano onna usotsuki yo!", pakai fitnah lagi. "Tanpa vision apanya? Dia menipumu agar dikasihani! Ayah maksudku profesor percayalah padaju!"
[Y/n] diam saja karena tidak mau masalah ini terus berlarut.
Bukan berarti dia terima begitu saja.
Alhaitham melihatku dan [y/n] bergantian.
Profesor itu juga, padahal anaknya sudah terbukti salah.
Alhaitham tampak tenang, aku rasa dia punya rencana lain.
Aku bantu sedikit. "Kau tahu [y/n] memiliki zirah"
"Bastet? Ada apa dengan itu?"
"Sudah lama aku tidak lihat, bersamaan dengan visionnya kembali dia memakai itu. Kau tahu artinya apa?"
Alhaitham yang pernah ikut kami pasti tahu kenapa [y/n] sampai memakai itu.
Dan alasan di baliknya.
Kau ini pintar Alhaitham meski bucin, akalmu masih utuh.
"Dewi perlindungan apanya yang mau membunuh seorang anakbtak berdosa sepertiku? Hihi"
"Yakin?", lho si arsitek melambai datang. "Kursi roda buatanku dilengkapi kamera lho, dengan begitu kami bertiga tahu apa yang terjadi"
"Kamera?", [y/n] bingung pasti aku juga. "Kaveh ecchi"
"Oi! Ini berguna di saat begini!"
Kaveh membanting beberapa foto dan ada hal lain.
Kami membaca yang dibawa Kaveh.
Oh, wow seseorang sangat lihai menjadi detektif.
Memfoto diam-diam kebusukkan orang.
Lihat anak itu bergetar.
Kasihan sih tapi dia sudah keterlaluan.
"Watashi janai!"
"Sudah kuduga bakal menyangkal, gimana ya? Korban dan saksinya ada di sini"
Ada beberapa murid Akademiya yang masuk.
Haduh, masalahnya jadi tambah rumit.
☘️📚☘️
<Reader POV>
Anak zaman sekarang mengerikan ya, haha.
Gelap mata demi apa yang ingin diraih.
Masalah tadi sudah selesai, profesor sendiri yang akan menanganinya.
"Kaveh"
"Ho~ kau mau berterima kasih padaku?"
"Hehe, iya, terima kasih banyak"
"Aku memang peduli padamu sangat, kau ini adikku, sini peluk kakak"
"Niisan~"
"Ehem!"
K
enapa Alhaitham tampak kesal begitu?
"Ne ne [y/n]chan, ada yang marah"
"Uhn, uhn, Kavehkun aku bisa rasakan itu"
"Pak tua itu marah"
"Uhn, uhn, mukanya ditekuk"
"Hahaha! Kalian ini! Masalah sudah selesai! Aku ingin ajak kalian minum malam ini, ikut?"
"Aku! Aku! Ikut!", Kaveh urusan minum pasti ikut.
"Aku ikut juga! Aku masih mau bucara denganmu Dehya!"
"[Y/n], kau baru saja pulih"
"Kata temanku, minum itu bisa bikin sehat! Alhaitham juga ikut!"
Dia pasti akan menolak kan. "Hah, ya sudah"
"Yosh! Kaveh ikut aku buat reservasi"
Fufu, Kaveh terlihat senang sekali.
Sret.
"Ng?", kenapa dia memelukku tiba-tiba? "Alhaitham?"
Kenapa diam saja?
Dia taruh apa di kepalaku?
"Dewi itu masih mentukaimu dan melindungimu, syukurlah"
"Bastet-sama? Ehm...tabun? Visionku kembali jadi, ya?"
"Aku sudah curiga dengan anak itu sejak awal"
Aku mendorongnya karena tidak kusangka dia akan mengatakan itu.
"Ada anak yang kemari dan mengatakan kalau dia dibully oleh anak tadi. Yah, anak tadi juga banyak rumor tak enak"
Wah, dia langsung tidak mau memanggil namanya.
"Aku tidak menyangka dia akan nekat"
"Uhm, aku tidak tahu kalau aku akan seemosi itu...", aku hampir membunuh anak itu.
Aku terlalu sensitif, apa aku sedang datang bulan?
Mungkin iya, makanya aku emosi sekali.
Aduh, kalau aku kelewatan pasti aku sudah akan diadili.
"Kissu shitai"
"Eh!?", kok tiba-tiba begitu!?
Aku menutup mulutnya karena ini memalukan!
Ahaha, muka kesalnya memang imut tapi aku juga takut.
"Se-setiap kau menciumku pasti berakhir lebih"
Dia menyingkirkan tanganku. "Aku hanya ingin menciummu", apa iya? "Atau kau mau lebih hm?"
"A-aku tidak memikirkan itu! Se-sepertinya aku datang bulan"
"Hm, aku lihat kalendermu sepertinya belum waktunya"
"Alhaitham!"
"Hahaha, aku hanya hafal saja, kau pikir aku baru mengenalmu"
"Huh"
"Aku hanya ingin menciummu, boleh?"