<Kaveh POV>
Tsukareta~
Mukaku lengket karena kena cat.
Ah, aku juga kurang tidur lagi.
"Tadaima"
"Dari mana?"
Cih, selalu tidak menjawab!
Alhaitham sejak saat itu, dia jadi lebih murung dan diam.
Dia bahkan sulit tidur.
Telingaku rintihanya tiap malam.
Ah, kejadian itu benar-benar memukulnya sekali.
Ia selalu keluyuran tak tentu arah.
Pekerjaannya selalu selesai, tapi tidak ia kerjakan di ruangannya seperti biasa.
Ruangan itu pasti banyak kenangannya dengan [y/n]chan"
Beberapa kawan yang dikabari hal ini sangat terkejut.
Bahkan Cyno, Tighnari, dan Collei yang sedang liburan di negeri yang jauh langsung kembali dengan cepat ke Sumeru.
Dehya dan nonanya juga dibuat terkejut, Dehya bilang nonanya itu sampai pingsan mendegar kabar itu.
Yang paling menderita di sini Alhaitham.
Dua bocah itu tak lama menghilang sebelum kejadin [y/n]chan.
Bagaimana perasaannya aku tahu itu.
"Kaveh, mandi sana, kau bau"
"Tidak perlu kau suruh niatku memang begitu"
Aku pernah mengajaknya minum dan itu kali pertama aku melihatnya mabuk.
Ia menangis, menyalahkan dirinya, dan terus menyebut nama [y/n]chan.
Dilihat seperti itu siapa yang tidak kasihan?
Aku yang ada di sana meski tidak tahu apa yang terjadi sempat tak percaya.
Alhaitham meski mabuk, dia tidak mengatakan yang sebenarnya terjadi.
Kalau aku tanya, dia akan diam.
Diamnya itu bukan karena memang sifatnya lagi kali ini.
"Kau mau pergi lagi? Aku ikut, kau ini mere--"
"Jangan ikuti aku"
Pintuny dibanting begitu saja!
Dia kemari cuma ambil apa tadi?
Aku tidak pernah bisa mengikutinya, dia sadar juga aku ikuti.
"Kasihan juga lama-lama melihatnya begitu"
[Y/n]...
Aku terkadang mihat ke arah kamarnya yang kosong.
Iya, kami bertiga ini teman sekamarnya sejak sekolah.
Aku dan Alhaitham yang ajukan itu karena [y/n]chan tidak ada teman sekamar.
Yah, kami tidak melewati batasan.
Kami bertiga menghabiskan banyak hal.
Tapi keberadaannya selalu tidak dipedulikan.
Aku tidak bisa masuk ke kamarnya hanya sekedar membersihkan kamarnya.
Begitu mebuka pintunya saja sudah membuat dadaku sesak.
Alhaitham diam-diam tidur di sana dan menangis aku tahu itu.
"Hah, pusing, aku mau tidur"
☘️📚☘️
<Author POV>
Sumeru.
Begitu luas dataran yang ada di sini.
Mahluk yang bagai dongeng keluar dari bukunya.
Dataran Sumeru yang hijau menjadi tempat yang sejuk.
Ditumbuhi banyak tanaman dan jamur yang unik.
Alhaitham yang jalan tak tentu arah.
Memunguti bunga mawar Sumeru yang ia temui.
Sampai sepertinya mawar itu teah habis ia punguti di sepanjang jalannya.
Ia berjalan lagi ke tempat teman-teman kecilnya.
Mahluk-mahluk itu merasa kasihan mihat pria tinggi tersebut.
Setiap hari.
Setiap waktu.
Dengan mawar Sumeru yang dipeluknya erat karena begitu banyak.
Sorot mata yang begitu kelam.
Ia persembahkan mawar-mawar tersebut kepada sang terkasih.
Yang terbaring di sebuah peti.
Tubuhnya masih utuh.
Wajah itu seolah hanya tertidur.
Gnosis buatan sudah keluar dari raganya, seharusnya.
Gnosis yang mematikan itu gagal keluar dari tubuh tersebut.
Manusia yang dipaksakan menjadi dewa.
Gaun yang indah dipakai oleh sosok itu.
Di sekitarnya keluarga kecil wanita tersebut mengelilinginya sambil menyanyikan lagu yang indah.
Mereka akan berhenti begitu melihat Alhaitham.
Mereka tidak berani untuk menganggu.
Alhaitham hanya meletakkan mawar tersebut di sekelilingnya dan berdiam sambil membaca buku.
Biasanya seperti itu.
Kali ini dia memandangi wajah cantik yang kaku itu.
Mengusap pipinya dengan lembut.
Bibirnya bergerak melantunkan lagu nina bobo kesukaan sang terkasih.
Tempat itu perlahan bersinar dengan terang.
Teman-teman kecilnya ikut mendekat dan ikut melantunkan musik.
Tempat itu terus bersinar.
Semakin terang dan terang.
Air mata Alhaitam menetes.
Tubuh itu ikut bersinar.
Perlahan menjadi kunang-kunang yang berterbangan ke langit.
Menyisakan gnosis yang selama ini dicari.
Alhaitham meraih dan menggenggam gnosis tersebut dengan erat sembari air matanya mengalir deras.
Ia memutuskan untuk merelakan wanita yang ia cintai.
Saat ia ingin membanting gnosis itu, tangannya terhenti oleh Nahida.
Kepalanya tergeleng kecil dengan menahan air mata.
Perlahan tangan Alhaitham menurunkan tangannya perlahan.
Gnosis berpindah tangan.
"Hanya karena ini...", gumam Nahida. "Andai aku bisa...tidak akan begini"
"Tolong jangan salahkan diri anda...andai aku sadar lebih cepat"
"Tidak, jangan saling salahkan diri sendiri"
"Aku...mau di sini dulu"