☘️18📚

272 28 2
                                    

<Author POV>

Perjalanan harus dilanjutkan meski hati terasa hampa.

Kini hanya tinggal kalian berdua yang melanjutkan perjalanan seperti sebelumnya.

"Alhaitham"

"Ya?"

"Apa kita...telah memberikan kenangan yang baik untuk mereka?"

"[Y/n], mereka...tersenyum sangat bahagia, sangat menggemaskan sampai...kita tidak sadar telah memberikan yang terbaik dan mencintai mereka sepenuh hati"

"Sou dayo ne...awalnya memang merepotkan, aku menganggap mereka seperti adik tapi mereka terus memanggilku mama...entah kenapa membuat hatiku hangat"

"Ore mou da"

Suasana menjadi sepi dan sedikit dingin di antara kalian berdua.

Semua kenangan yang diabadikan di foto menghilang.

Di foto tersebut kedua anak kecil itu hilang.

Entitas kedua anak kecil itu yang fana bersifat nyata.

"Hah...aku akan cari makanan"

"Uhn, arigatou Alhaitham"

Hilir sungai menjadi tempat kalian istirahat.

Manikmu hanya memandangi pantulanmu di air sungai yang mengalir pelan.

Airnya jernih dan bisa diminum.

Alhaitham hanya berdiam diri begitu menemukan pohon yang buahnya telah matang.

Ia hanya duduk di bawah pohon tersebut.

Kalut dalam pikiran masing-masing.

Kejadian yang sangat tiba-tiba tersebut membuat mereka terpukul.

Tiba-tiba kau menenggelamkan kepalamu di sungai.

"Puah!"

Cukup lama kau menahan nafas di dalam air.

Untuk menyamarkan air mata yang berlinang sekali lagi.

Melakukannya beberapa kali sampai kau menepuk kedua pipimu dengan keras.

Di seberang sungai ada yang memikat matamu.

☘️📚☘️

<Alhaitham POV>

Aku belum pernah melihatnya semurung ini.

Ah, aku pun belum pernah merasakan hal ini.

Begitu menyakitkan.

Perkataan mereka itu adalah salam perpisahan.

Kami membuat banyak kenangan untuk mereka, namun dalam foto itu hilang seperti keberadaan mereka.

Apalagi [y/n] bilang, kami pun akan melupakan mereka.

Keberadaan mereka memang hanya sebuah entitas yang tidak sengaja tercipta.

Karena ingatan kami bertubrukan.

"Aku harus cari makanan dan kem--!"

"Hehe~", dia kemari dan meletakan sesuatu di kepalaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hehe~", dia kemari dan meletakan sesuatu di kepalaku. "Dengan mahkota yang kuberikan padamu semoga rasa sedihmu hilang!"

Mahkota bunga ya?

Dia memegang satu. "Ampuh kan? Ini yang diajarkan Arapacita! Dia temanku yang sa-!"

Aku meletakkan mahkota bunga di kepalanya juga.

Mengecup keningnya samb berdoa dalan hati.

"Aku memberimu berkat, agar luka hatimu sembuh"

[Y/n] ingin aku tidak kalut dalam kehilangan 2 anak itu.

Padahal aku juga berpikir demikian untuknya.

"Fuh..."

"Hihi, gitu dong ketawa!"

"Kau memang bisa baca pikiranku ya"

"Aku bukan Nahida-san"

"Kimi wa kimi dayo ne"

Memang mawar Sumeruku yang manis.

Kruuk~

"Ahahaha, ada naga rupanya"

"[Y/n], aku tak sengaja melihat ada orang tadi. Seperrinya kita dekat dengan pemukiman, mau ke sana?"

"Uhn, uhn! Ikou!"

Syukurlah dia kembali ceria lagi.

Dipikir juga untuk apa lama-lama larut dalam kesedihan bukan?

Hati kita harus ikhlas untuk menerimanya.

"Sebentar lagi sampai! Tapi aku harus ke padang pasir"

"Cyno memercayakan pekerjaannya padamu lagi?"

"Iya~ Cyno-sama si mahamatra maha agung mahamutar maha garing keturunan maung"

"Julukan apa itu? Panjang sekali"

"Alhaitham juga ada"

"Hontou? Ja nani?"

"Alhaitham si kutu buku tukang cemberut suka kerja yang penting nyaman tahu segalanya"

"Konyol"

Selama itu kami kalut dalam kesedihan sampai tak terasa akan sampai rumah.

Perjalanan yang cukup singkat tapi menyenangkan.

Meski ada insiden sedikit sekalipun kami bisa hadapi.

Banyak sekali cerita di perjakanan ini, baik suka maupun duka.

"Onaka tsuita kedo...nemui"

"Nemui? Mada hiru desu yo [y/n], kodomo mitai na kimi"

"Sugoi nemui..."

"Ha'i, ha'i"

Dia langsung mengalungkan lengannya di leherku.

Dia sungguhan mengantuk?

Tidak biasanya dia begini.

Matahari sangat terik padahal, [y/n] tidak bisa tidur jika terang begini.

"Karada...warui ka? Mada samui ka?"

"Tidak kok..."

"Tsukareta?"

"Uhn...tabun ne~"

Aku masih khawatir efeknya masih ada.

Kalau itu terjadi lagi...hal paling tidak mau kubayangkan akan terjadi.

"Alhaitham"

"Nani? Doko ka itai?"

"Zutto...sobani itte..arigatou"

"[Y/n]?"

Ada yang aneh...

Aku menurunkannya begitu sampai di tumpangan kami.

Kenapa firasatku buruk?

Aku mengecek nafasnya, semo-!

"[Y/n]? [Y/n]! Jangan bercanda! [Y/n]!"

Tidak...kenapa ini terjadi?

Aku mengecek nadinya dan detak jantungnya.

Ini tidak mungkin...

Sampai tadi kami bicara satu sama lain.

Sampai tadi kami tertawa.

Sampai tadi kami...

"[Y/n]...uso yo..."

"Yappari ne", kono koe! "Gnosis dan manusia tidak cocok"

"Dottore!"

"Oya, lihat siapa ini? Si anak paling pintar di Akademiya Sumeru, Alhaitham"

PaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang