<Author POV>
Setiap malam.
Rasa ingin menyangkal kalau ini mimpi buruk.
DUK! DUK! DUK!
"Buka! Kuncinya hilang! Hei!"
Suara bising dari salah satu kamar membuat Kaveh dan Alhaitham jengkel sekaligus takut.
Karena arah suara itu dari kamar kawan mereka yang tidak lama sudah tiada.
Kunci cadangan masih ada di Alhaitham, kunci aslinya entah di mana.
Alhaitham enggan membuka pintu tersebut.
"Kalau begini terus aku bisa gila!", keluh Kaveh. "Mana mungkin hantu!"
"Aku akan buka"
"Kau gila!? Bagaimana kalau pencuri?"
Alhaitham menatap malas. "Pencurinya rajin ya datang tiap malam dan minta dibukakan karena tidak bisa keluar"
Kaveh langsung cemberut karena kesal meski itu pernyataan benar.
Akhirnya keduanya mendekat ke kamar yang selalu berisik di malam hari.
Saat matahari muncul mereka tidak tahu kalau kamar itu juga sama berisiknya di saat malam.
Namun di jam tertentu dan ada jeda tertentu sebelum berisik lagi.
Alhaitham hendak memasukkan kunci ke lubangnya namun terhenti.
"Apa yang kau tunggu?", bisik Kaveh.
"Sudah diam"
Kaveh menempelkan telinganya ke pintu.
BRUK!
DAK!
Ada suara jatuh yang gaduh membuatnya terperanjat sampai terjungkal ke belakang.
Hening kembali.
"Haruskah kita mengeceknya?", gumam Kaveh.
Alhaitham membuka pintu itu lebar-lebar.
Dua pasang mata langsung melebar ada yang terbaring di sana.
Keduanya saling pandang sesaat.
Keduanya mengangguk pelan.
Membalikan tubuh itu perlahan.
Betapa emosionalnya mereka setelah melihat siapa orang tersebut.
☘️📚☘️
<Kaveh POV>
Ya ampun...
YA AMPUN! YA AMPUN! YA AMPUN!
ASTAGA!
DEMI TUJUH BOLA NAGA!
DEMI AECHON!
INI TIDAK MUNGKIN!
"Kaveh, diamlah"
"BAGAIMANA AKU BISA DIAM!? LIHAT INI!"
[Y/n] yang kami yakini sudah mati menjadi kunang-kunang...
HIDUP!
BERNAFAS!
CUMA PINGSAN KURANG GIZI!
BAGAIMANA BISA JUGA KAMI TIDAK SADAR!?
Ya, siapa yang sadar kalau berisik begitu tiap malam?
Aku lega itu bukan hantu.
Ini benar [y/n], tadi saja sudah banyak yang lihat.
Dokter tadi yang kami panggil saksinya.
Alhaitham jadi bingung dan mode serius sekarang, karena dia sendiri yang melihat bagaimana [y/n] meninggalkan dunia ini.
Dia yang...mengantarnya.
Dan lagi tanpa vision.
Insiden seperti ini biasanya orangnya sudah tiada atau visionnya diambil paksa oleh seseorang..
Aku dengar di Inazuma hal itu lumrah terjadi.
"Apa mungkin...yang selama ini menemaniku hanua jiwanya?"
"Maksudmu seperti 2 mini kalian?"
"Raganya ada di sini selama ini tapi..."
"Kalau memang begitu bagaimana kita tidak tahu? Alhaitham, kau tahu sendiri dia bisa ter-OI!"
Plak!
Aku menampar tangannya ketika dia membuka baju [y/n]. "KAU GILA!?"
"Aku hanya memastikan sesuatu"
"Hah? Memastikan apa?"
"Bekas luka, [y/n] ada bekas luka baru...aku yang membuatnya"
Harus ya buka di depanku?
Pelecehan namanya tahu.
"Bekas luka di dahinya ada, aku hanya ingin memastikan yang ada di perutnya"
"Kau sebegitu yakinnya dengan penipu ini?
Aku tidak tahu apa benar dia [y/n] atau bukan.
Bekas luka di perutnya aku tidak tahu, sepertinya Alhaitham paling tahu sekarang.
Sudah sejauh itu ternyata hububgan mereka.
"Lukanya besar?"
"Luka tusuk akibat visionku, tolong miringkan dia"
"Separah apa?"
Aku turuti saja apa yang dia mau.
Aku baringkan miring [y/n] dengan hati-hati.
Alhaitham menyingkap bajunya dan sepertinya menyentuhnya.
"Buka yang sana"
Aku menyingkap sedikit baju [y/n], inu sungguh memalukan.
"Alhaitham...", tidak kusangka.
Bekasnya separah ini.
Luka tusuk yang sampai menembus ke belakang.
"Asli...dia benar [y/n]"
"Sekarang aku takut"
Masa dia bangkit dan jadi mayat hidup?
Ini jauh lebih menyakitkan!
"Apa orang itu...ingin mempermainkan kita dengan ini?"
Dasar picik tidak punya perasaan!
Tega sekali dia terus menyiksanya seperti ini!
"Hei, kau mau apa?"
"Memeriksa bawah kasurnya"
Dia pikir ada jalan bawah tanah di sana?
Dia kembali dengan muka tidak puas, sudah kuduga tidak ada apapun.
Namun dia naik kasur begitu saja.
"Oi, yang benar saja"
"Kenapa? Iri? Makanya main sana"
"Aku tidak terima perkataan itu darimu yang lebih cupu darimu!"
"Kau pernah main sampai pagi tidak?"
"Hah?"
"Huh, belum kan? Kau ini hanya pacaran pada desainmu Kaveh"
"Geser! Aku mau tidur!"
"Tidur di lantai sana, [Y/n] punyaku"
"[Y/n] sudah seperti adikku!"
"Menjauh sana"