17 jam yang lalu..
"You still member me huh?"
Tamara melotot dibuatnya, gadis itu dengan cepat meraih tubuh rose yang tergelatak lemas, matanya menatap sorot pria berjas hitam dengan marah.
"Goblok, kalian ngikutin gue dari tadi hah?!"
"Nona, saya mohon jangan menghalangi pekerjaan kami"
Tamara mencoba mengangkat tubuh rose, gadis itu dengan susah payah berjalan ke arah pintu membuat rose sedikit terusik, gadis blonde itu meringgis tak kala kepalanya tidak sengaja terbentur sisi pintu.
Tamara reflek menjatuhkan tubuh rose, membuat kedua gadis itu sama-sama terjatuh, rose melotot dibuatnya gadis itu segera menjauh dari Tamara, netranya menatap awas sosok gadis itu.
Namun Tamara malah menunjukan telunjuknya ke arah bibir, rose langsung terdiam, gadis itu mengikuti arahan Tamara, di belakang Tamara terlihat ada sekumpul pria berbadan kekar berjumlah lima sampai enam orang disana, menatap tajam ke arah rose dan Tamara.
"Ikutin arahan gue!" Ujarnya pada rose.
Rose jelas tidak mau, karena bagaimana pun juga Tamara lah yang membuat rose terjebak disini.
"Lo pikir gue percaya sama Lo sialan! Wanita gila! Cara lo murahan!" Jelas rose murka, namun Tamara tidak perduli.
"Gue minta maaf, tapi ini bukan rencana gue rose!"
"CUKUP Tamara! Lo pikir gue percaya? Setelah apa yang telah ayah Lo perbuat pada keluarga gue!, LO MASIH BERHARAP GUE PERCAYA HAH?!"
Tamara memejamkan matanya menahan emosi, gadis itu jelas mengerti, rose tidak akan pernah percaya dengan ucapannya, terlebih karena perlakuan ayahnya 20 tahun yang lalu, namun jujur dalam hati Tamara, gadis itu tidak pernah membenci rose, malah sebaliknya Tamara ingin berteman baik dengan gadis blonde itu, namun nyatanya dunia tidak memihaknya terlebih rose sudah mengetahui kenyataan bahwa Tamara adalah anak dari si pembunuh ayahnya.
"Okee, jangan percaya sama gue! Coba percaya sama jaehyun kalau gitu" ujarnya, membuat rose tertegun.
Tamara bangkit lalu dengan cepat menarik pergelangan tangan gadis itu, membuat rose terhuyung ke depan, namun karena tarikan kuat dari Tamara rose dengan cepat mengimbangi langkah kaki Tamara yang menjauh dari sana. Kedua gadis itu melirik kebelakang dimana keenam pria berjas hitam itu mengejarnya, Tamara dan rose langsung mempercepat larinya.
Rose terlihat sudah kehabisan nafas, Tamara disisi nya jugaa sama, hingga akhirnya keenam pria itu mengelilinginya, rose dan Tamara mencoba meraup oksigen, gadis itu melirik rose yang memegang kedua lututnya.
"Jangan memaksa saya untuk memakai kekerasan nona" Ujar pria disebelahnya.
Tamara melirik rose, lalu meriah kembali pergelangannya "Lo bisa bela diri?" Tanyanya, rose mengangguk disela-sela mengatur nafasnya.
"Bagus, gue akan lawan sebelah kanan gue, Lo lawan sebelah kiri Lo, cukup buat mereka kesakitan aja, terus kita pergi ke lorong itu! Lo ngerti?"
Rose mengangguk lagi, walaupun sedikit ragu untuk mempercayai Tamara, tapi seenggaknya rose akan mencoba.
Rose sigap memasang kuda-kuda, menatap tajam ke arah pria berjas hitam disana, sedangkan pria itu menghela nafas jengkel, dengan gerakan yang tidak terbaca pria itu sukses mendaratkan pukulan pada rahang gadis itu membuat rose limbung ke belakang, gadis itu meringgis kesakitan.
"Bangun rose! Lawan!" Teriak Tamara tanpa menoleh.
Rose dengan cepat kembali bangun, gadis itu menunduk tak kala salah satu dari mereka mencoba kembali menyerang, gadis itu meluruskan satu kakinya dan dengan mudahnya menjatuhkan lawan, tidak sampai disitu rose dengan cepat, memukul titik-titik terlemah pria itu, dan sukses, pria itu meraung kesakitan disana.