⚠️
Sang dominan mencumbu sosok di bawahnya penuh cinta, membuat bibir kemerahan yang habis diciumi itu kini mengalunkan desahan nikmat. Jemari si cantik mencengkram punggung pasangannya saat puncaknya datang bersamaan dengan panas yang tumpah di dalamnya.
Tubuh Renjun membusung dengan desahan lirih setelah menjeritkan nama Jeno, Jeno yang juga mendapat kepuasan menengadah menikmati setiap tetes yang ia keluarkan pada tubuh Renjun.
"Ahhhh..."
Napas keduanya memburu, detak jantung mereka memacu cepat. Bercinta setelah lama tak bertemu membuat keduanya begitu dipenuhi kabut napsu, tanda kemerahan menghiasi beberapa bagian tubuh Renjun. Jeno kadang berpikir kalau mengotori kulit halus Renjun dengan kissmark darinya adalah hal yang tak boleh dilakukan, ia begitu memuja kulit putih Renjun. Tapi kali ini, ia sudah begitu rindu pada sosok yang beberapa minggu ini tak ditemuinya. Membuatnya mencumbu habis setiap lekuk tubuh Renjun, sampai tak bisa tahan untuk tak membuat tanda kemerahan di bagian perut, area selangkangan juga bahu Renjun.
"Kau baru mendarat beberapa jam yang lalu, dan langsung menghabisiku tanpa berpikir kau ini harus istirahat." Renjun menahan kepala Jeno yang hendak menciumi lagi sekitaran lehernya.
Jeno mengerang saat Renjun menjambak rambutnya ketika ia tetap lancang mencium lehernya.
"Renjun, kau tak tau bagaimana rasanya dua minggu ini berjauhan denganmu." Jeno kini terpaksa menjauh, dan hanya bisa menatap wajah Renjun dengan posisinya masih di atas tubuh yang lebih mungil itu.
"Kau sudah berulang kali mengatakan rindu, dan kau sudah melakukan hal yang bisa sebagai pelepas rindumu. Jadi sekarang cepat tidur." Mata Renjun menatap tajam pada Jeno yang malah hendak bergerak lagi di tubuhnya.
"Ck, galak." Jeno pun dengan berat hati melepaskan dirinya dari tubuh Renjun, lalu berguling ke sisi tubuh Renjun untuk berbaring dengan benar.
Renjun segera menarik kain hangat yang disebut selimut itu untuk menutupi tubuh telanjang keduanya, saat Jeno meraih pinggangnya. Kemudian dominan itu memeluk tubuh Renjun, bergelung manja dalam pelukan submisifnya.
Bibirnya dengan usil kembali mencium kulit leher Renjun, merasakan tangan Renjun yang mengelus kepalanya lembut. Senyum Jeno terulas lebar, senang akhirnya ia kembali merasakan pelukan ini.
"Tidak ada kecupan selamat malam?" Tanya Jeno diantara kantuk yang mulai mengambil kesadarannya. Dan sebelum Jeno benar-benar terlelap ia merasakan ciuman singkat di dahinya.
Bukan Jeno saja yang merasakan rindu, Renjun pun sama. Tapi kalau dengan kata itu malah membuat Jeno mengundur jam istirahatnya, Renjun tak mau mengucapkannya. Sejak menjemput kepulangan Jeno di bandara tadi sore, Renjun bisa melihat gurat lelah di wajah tampan kekasihnya.
Dominan itu langsung memeluknya erat sambil menciumi wajahnya sambil mengadu kalau ia begitu rindu, bahkan Jeno menolak pulang ke rumahnya dulu dan malah menyeret Renjun ke apartemen milik bungsu Lee tersebut.
Dan kalau sampai telingan Jeno mendengar Renjun juga mengatakan kalimat rindu, ia yakin kalau Jeno tak akan mau menurut padanya seperti barusan saat ia suruh beristirahat. Jeno akan menahan rasa lelahnya, hanya untuk melepas rindu dengannya. Mengabaikan semua rasa lelah yang dimilikinya.
"Ah, kau bahkan belum makan." Renjun menyesal tak menyuruh Jeno makan dulu tadi, tapi sepertinya Jeno akan menolak juga mengingat ia langsung jatuh tidur begitu masuk dalam pelukannya.
Telinga Renjun mendengar ponsel Jeno yang berbunyi, ia yakin kalau itu panggilan dari orangtua Jeno yang belum juga mendapati putranya itu pulang.
"Harusnya tadi kau beritau dulu keluargamu, kalau kau akan menginap denganku." Renjun berbicara pada Jeno yang tidur nyenyak dengan pelukan erat yang melingkari tubuh Renjun.