"Aku akan mengajak Renjun besok malam." Ujar Jeno pada papanya yang mengingatkan besok ada acara akhir tahun yang biasa diadakan perusahaan.
"Ini akan jadi ajang pamermu kan?" Tebak sang papa, yang langsung dijawab anggukan semangat dari Jeno.
"Apa tangannya sudah sembuh?" Tanya Tuan Lee saat ingat kejadian beberapa bulan yang lalu.
Jeno mengangguk. "Sudah, tapi dokter belum menyarankan berkuda lagi."
"Renjun tak banyak murung sekarang?"
Awal-awal mungkin Renjun iya agak murung dengan kenyataannia tak bisa melakukan aktifitas kesukaannya itu, tapi semakin kemari Renjun sering terdengar mencoba menghibur dirinya sendiri mengatakan kalau nanti setelah sembuh ia bisa berkuda lagi.
"Tidak, ia baik-baik saja." Bahkan Jeno ingat soal ucapan Renjun yang menyesal sempat menyalahkan sepenuhnya atas kecelakaan mereka pada Jeno, dan ganti mengatakan kalau ialah akar semua permasalahan mereka.
Lift terbuka saat Jeno dan papanya sampai di lantai bawah, Jeno segera bergegas. "Aku akan membeli baju yang senada untukku dan Renjun pakai besok malam."
Begitu masuk ke dalam mobilnya, dan sebelum melajukannya, Jeno menghubungi Renjun terlebih dahulu. "Besok kau tidak akan kemana-mana kan?"
📞 "Memangnya aku harus kemana, beberapa bulan ini kau tau kegiatanku hanya di rumah." Jawab Renjun.
"Besok ada acara tahunan perusahaan, kau datang denganku okay?" Jeno tersenyum penuh rasa senang saat mengatakannya, tapi begitu mendengar jawaban Renjun ia merengut seketika.
📞 "Malam kan? Aku punya jadwal menonton film, Jeno. Jadi, tidak. Aku tidak akan datang."
"Renjun.." Jeno merengek minta dikabulkan permintaannya oleh Renjun.
Ada suara helaan napas Renjun yang terdengar, sebelum ia bertanya.
📞 "Filmku bagaimana?"
Jeno menjawabnya dengan pertanyaan serupa. "Aku bagaimana?"
"Sebentar saja, temani aku ya? Sebelum terlalu larut kita pulang." Jeno mencoba membujuk kekasihnya itu.
📞 "Kalau kau malah sibuk berbincang dengan rekan bisnismu, aku tinggal." Dengus Renjun, karena pada akhirnya ia harus mengalah pada Jeno yang merengek padanya.
"Iya." Jeno mengangguk antusias. "Sekarang aku akan ke rumahmu, mengantar baju untukmu besok."
Hari itu Jeno benar mengantar baju yang akan dikenakan Renjun, dan keesokan harinya Jeno juga kembali ke rumah Renjun. Bukan hanya untuk menjemput kekasihnya saja, tapi juga ia sengaja datang dengan keadaan bajunya yang belum dipakaikan dasi. Jelas tujuannya pada Renjun tentu untuk meminta bantuan.
"Lee Jeno, ini masih sore." Renjun menatap tak percaya Jeno yang datang begitu awal, sementara Renjun belum bersipa-siap.
"Tidak apa, aku kemari lebih awal untuk ini." Jeno tersenyum lebar sambil menunjukkan dasi yang masih ia pegang.
Renjun memicingkan matanya, Jeno ini jelas-jelas bisa memakainya sendiri tapi kadang memang ada saat dimana kekasihnya itu mau datang ke rumahnya hanya untuk minta dipakaikan dasi olehnya.
Setelah membiarkan Jeno masuk, Renjun pilih segera mandi karena merasa kalau ia bisa saja telat setelah melihat Jeno sudah siap. "Sebentar aku akan pergi mandi dulu."
Tadinya Jeno menunggu di ruang tamu, tapi setelah agak lama ia memasuki kamar Renjun untuk menunggu disana. Agak lama ia mendengar suara gemericik air dari kamar mandi, sampai akhirnya Renjun keluar dengan sambil mengerutkan dahinya mendapati Jeno yang duduk di sofa yang ada di kamar Renjun.