Harusnya tadi saat Renjun menyuruhnya menyelesaikan terlebih dahulu makanannya sebelum mereka mulai berbicara, Jeno menuruti hal itu. Karena sekarang napsu makannya hilang seketika, matanya menatap Renjun. "Maaf."
Jika diingat kembali memang Renjun tak pernah memintanya datang, dan baru kali ini lah Renjun meminta hal itu padanya. Kalau ini memang yang Renjun inginkan, Jeno benar akan datang. Tak peduli alasan apa yang membuat ia selama ini tak pernah mau pergi ke acara yang diikuti Renjun.
"Kalau aku tidak hadir lagi nanti, kau boleh marah padaku lebih dari sekarang." Sekarang Jeno akan pastikan ia hadir nanti.
"Aku janji datang." Jeno mengucap janji, masalah alasan selama ini ia tak pergi bukan untuk ia pakai untuk membela diri saat ini. Renjun jelas kecewa terhadapnya, prilaku Jeno juga tak bisa dibenarkan begitu saja. Ia mungkin sudah keterlaluan terhadap Renjun.
Jeno tak melanjutkan makan siangnya, ia beringsut maju pada Renjun.
"Kenapa tidak dihabiskan makanannya?" Tanya Renjun.
Tak menjawab pertanyaan Renjun, Jeno justru meminta hal lain pada kekasihnya itu. "Aku boleh memelukmu lagi tidak?"
"Makan siangmu?" Renjun menahan bahu Jeno, ia perlu memastikan Jeno akan makan siang. Tak mau membuat kedatangannya kemari malah menjadikan Jeno enggan mengisi perutnya.
"Nanti aku lanjutkan." Jeno kembali meminta sebuah pelukan pada Renjun, kepalanya bersandar pada bahu Renjun sementara lengannya melingkari pinggang submisifnya.
Meskipun Jeno sering memeluknya dengan cara ini, Renjun tetap tak bisa menghindari rasa geli saat bibir serta hidung Jeno bergesekan dengan kulit lehernya. "Maaf kalau selama ini aku terkesan seolah tak mendukungmu, aku janji nanti aku akan datang."
Renjun menjawabnya dengan sebuah gumaman, diantara rasa geli yang ia tahan.
Setelah itu keduanya terdiam beberapa saat, sampai Jeno yang masih nyaman dengan pelukan Renjun kembali bersuara.
"Makan malam di rumahku ya nanti?" Hembusan hangat napas Jeno, serta bibirnya yang bergerak di permukaan lehernya membuat Renjun melenguh.
Tangan Renjun kini meremas rambut Jeno, kemudian turun mengusap tengkuknya sementara tangan lainnya meremas lengan Jeno saat ia merasakan ciuman kupu-kupu di kulit lehernya.
"Kau membawakanku makan siang, gantinya aku mengajakmu makan malam di rumah. Mama terus terusan memintaku mengajakmu ke rumah." Jeno kini mengecup basah bagian bawah telingan Renjun.
Sebelum kegiatan mereka semakin jauh, dan Renjun tak bisa lagi menahan desahannya. Renjun mendorong tubuh Jeno dari pelukannya. "Baik, aku pergi ke rumahmu. Tapi kau tak akan menyuruhku pergi duluan kan?"
"Aku akan selesaikan cepat pekerjaanku, kita pergi sama-sama." Jawab Jeno.
"Yasudah kalau begitu sana." Ujar Renjun saat Jeno kini mengusap bagian leher yang tadi diciumnya. Renjun mulai meremang, ia tak mau mereka malah berakhir bercumbu di kantor Jeno yang memungkinkan oranglain masuk.
"Kalau bosan, kau bisa tidur nanti aku bangunkan." Jeno mulai beranjak untuk kembali ke mejanya melanjutkan pekerjaannya.
Fokus Jeno tak lagi pada Renjun, raut manja yang kerap terlihat setiap bersama Renjun lenyap ganti wajah serius yang menatap laptop. Sesekali ia juga memanggil sekretarisnya untuk mengkonfirmasi beberapa hal yang mungkin ia lupakan.
Melihat kesibukan Jeno, Renjun melirik bekal makan siang yang ia buatkan untuk kekasihnya itu. Renjun mengambilnya, kemudian berjalan mendekati Jeno.
Jeno tengah memperhatikan satu map yang diberikan sekretarisnya barusan, saat sendok makanan terjulur di depannya. Kepalanya mendongak, menemukan Renjun yang memberikan isyarat lewat matanya agar Jeno menerima suapannya. "Manis sekali, kau mau menyuapiku." Jeno tersenyum lebar.