4. Plan later

3.9K 381 30
                                    


Jeno mencoba menghubungi Renjun, tapi tak juga tersambung. Dan dengan itu ia yakin kalau Renjun belum pulang dari jam latihannya, padahal anak itu sudah mengatakannya kemarin kalau ia tak akan berlatih berlebihan.

"Aku akan menemui Renjun." Jeno berjalan melintasi ruang keluarga, dimana sang mama berada.

"Menemui Renjun? Sebentar." Mama Lee langsung beranjak, kemudian menuju dapur untuk mengambil satu bingkisan.

"Mama membuatnya kemarin, mama kira kau akan mengajak Renjun kemari. Tapi karena tidak ada juga, yasudah mama titipkan padamu saja. Kalau lebih lama lagi, nanti macaroonnya takut jadi tak terlalu enak."

Nyonya Lee memastikan Jeno membawa bingkisan itu, ia bahkan yang menyimpannya ke dalam mobil Jeno. "Nanti kalau Renjun sedang senggang suruh kemari, mama sudah lama tak bertemu dengannya."

"Ma, sudah aku bilang Renjun tak akan bisa ditemui akhir-akhir ini. Aku saja kesulitan menemuinya."

Mendengar hal itu, nyonya Lee mendesah kecewa. "Kapan Renjun mengikuti lombanya? Mama akan datang saja nanti untuk melihatnya."

"Masih satu hari lagi." Jeno ingat betul jadwal itu.

"Kita pergi melihatnya Jeno." Ujar nyonya Lee.

"Iya."

Sementara itu Renjun sudah pulang sejak tadi dari latihannya, sekarang ia tengah berada di sebuah rumah sakit untuk memeriksa kondisi lengannya. Memang tak ada keluhan parah, tapi Renjun merasa harus memeriksanya mengingat sebentar lagi ia akan mengikuti perlombaan. Ia harus memastikan kondisi tubuhnya baik-baik saja, agar tak ada kekacauan nantinya.

Begitu keluar dari ruangan dokter, barulah Renjun memeriksa ponselnya. Dan menemukan banyak panggilan tak terjawab dari Jeno.

"Jeno?" Renjun memutuskan menghubungi balik kekasihnya itu.

📞 "Kau dimana? Aku pikir kau masih berlatih."

"Aku baru menemui dokter." Jawab Renjun.

📞 "Apa yang terjadi?!"

Renjun tersenyum mendengar suara penuh kekhawatiran milik Jeno, ia merasa begitu penting untuk Jeno.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya bertanya soal tanganku yang sempat terkilir."

📞 "Dan bagaimana hasil pemeriksaannya?"

"Bukan hal serius, lenganku baik-baik saja." Renjun menggerakkan lagi lengannya, dan memang tak ada masalah.

📞 "Syukurlah, sekarang ingin aku jemput?"

"Tidak usah, sekarang aku akan pulang."

📞 "Yasudah, aku juga akan ke rumahmu. Aku harus bertemu denganmu."

"Ada apa memangnya?" Tanya Renjun, Jeno seolah memiliki kepentingan dengannya.

📞 "Aku rindu, tidak boleh?"

"Ck, aku kira ada hal penting." Renjun mengatakannya dengan nada judes, berbeda dengan wajahnya yang tersipu.

📞 "Rinduku tidak penting maksudmu?" Jeno bertanya tak percaya.

"Tidaklah." Renjun mengedikkan bahunya dengan senyum tertahan, membayangkan wajah kesal Jeno saat ini.

📞 "Renjun!" Nada suara Jeno terdengar tak terima atas jawaban Renjun.

Senyum manis Renjun terulas. "Ayo bertemu di rumah."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To My First ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang