Jeno mendorong tubuh Renjun agar berbaring di atas sofa, jarinya membelai pipi Renjun diantara ciuman keduanya. Tangan Renjun pun mengelus tengkuk Jeno sesekali meremas rambutnya juga.
Saat merasakan ciuman mereka bukan lagi sekadar ungkapan rindu juga maaf, Renjun mendorong bahu Jeno. "Kau ingin membuatku mendesah di ruang tamu rumahku sendiri?"
"Kau juga pernah mendesah di ruang tamu apartemenku." Jeno mengecup cuping telinga Renjun yang memerah.
"Mama ku ada di rumah." Renjun segera membenarkan posisi duduknya.
"Yasudah, ayo ke apartemenku saja kalau begitu." Ucapan Jeno ini langsung membuat Renjun menoleh cepat.
"Tidak, aku akan menemui mama Lee dulu untuk minta maaf."
Tangan Jeno kembali menarik pinggang Renjun. "Besok juga bisa, hari ini kencan denganku saja ya?" Kemudian Jeno meremas pinggang kekasihnya dengan manja.
Renjun mendelik pada Jeno. "Kau yang memarahiku karena bersikap buruk pada mama, dan sekarang malah kau sendiri yang menahanku jangan meminta maaf dulu."
"Aku terlanjur ingin mendengar desahanmu." Jeno menyeringai.
"Ck." Renjun menangkup wajah Jeno kemudian ia menekan bagian pipinya.
Jeno tak terganggu akan apa yang Renjun perbuat, justru kini Jeni menunjukkan raut memelas. "Renjun ya? Ke apartemenku hari ini."
"Tidak." Tolak Renjun.
"Jadi benar ingin disini?" Perlahan Jeno kembali mencoba membaringkan lagi tubuh Renjun, namun Renjun menahannya dengan panik.
"Baik, kita ke apartrmenmu tapi antar dulu aku ke suatu tempat." Ujar Renjun.
Wajah Jeno terlihat sumringah. "Iya, kemana?"
"Nanti aku tunjukkan jalannya." Jawab Renjun.
Setelah menunggu Renjun bersiap, keduanya langsung pergi dari rumah Renjun menuju tempat yang Renjun sebut ingin ka kunjungi.
Sepanjang jalan, Jeno mendengarkan petunjuk Renjun dengan baik. Hingga saat semakin kemari, ia mulai hafal jalan ini dan sesampainya di tempat tujuan. Jeno menghela napasnya, menatap Renjun kesal.
"Renjun, aku pikir kau ingin kemana." Jeno merengut, karena yang ada di hadapannya adalah rumah Jeno. Renjun menuntunnya kemari tanpa Jeno sadari.
"Meminta maaf pada mama tak akan memakan waktu berjam-jam." Renjun tak merasa bersalah pada kekasihnya itu.
Renjun sudah menginjakkan kakinya di luar mobil, saat menyadari Jeno tak ikut turun. "Cepat masuk." Kepalanya menunduk untuk menatap Jeno yang mengedikkan bahunya.
"Pergi saja sendiri, aku sudah mengatakan kalau aku ingin kita ke apartemenku." Jeno bahkan menatap sinis pada Renjun.
Helaan napas Renjun terdengar, Jeno tengah merajuk. "Aku harus menemui mama sendiri?" Di kalimat ini, Renjun harap Jeno mengerti kalau ia meminta Jeno menemaninya.
"Iya, aku akan menunggu disini." Jeno mulai menyamankan posisi duduknya untuk menunggu Renjun selesai dengan urusannya.
Renjun menganga mendengar ucapan Jeno, tak taukah ia kalau Renjun ini tak seberani itu menemui mama Lee setelah semua kelakuannya kemarin-kemarin? Walau memang sikap Renjun juga didasari atas prilaku wanita itu juga, tapi Renjun tetap malu untuk menemui mama Jeno sendirian.
"Baik, setelah meminta maaf pada mama, aku tak akan ikut denganmu. Aku akan langsung pulang." Renjun mulai menjauhi mobil Jeno, berjalan menuju pintu masuk rumah itu saat terdengar panggilan Jeno.