Malam itu setelah mengantar Renjun pulang, Jeno menghadiri acara milik temannya hanya sebentar. Ia buru-buru ingin pulang untuk menemui sang mama dan bertanya soal hal yang membuat Renjun kesal selama ini.
"Ma, kau bilang Renjun seperti menjauhimu?" Tanya Jeno saat memasuki rumah, dengan kebetulannya masih bangun.
"Iya, mama tak suka Renjun yang susah ditemui. Mama lebih suka Renjun yang awal-awal kemari bertemu mama." Jawab nyonya Lee.
"Mama benar suka Renjun?"
Nyonya Lee mengangguk cepat. "Iya."
"Sayang tidak?" Tanya Jeno lagi.
"Sayang." Jawaban paling jujur yang wanita itu miliki.
Jeno menghela napas lega. "Tapi apa yang selama ini mama lakukan pada Renjun tidak mencerminkan hal itu. Renjun tak merasa mama menyayanginya." Jelas Jeno.
Mata wanita dua anak itu membesar, kaget mendengar pandangan Jeno soal dirinya. "Ada apa? Mama melakukan apa? Mama tak pernah menyuruhnya melakukan apapun, mama tak meminta apapun darinya." Nyonya Lee berujar panik.
"Ma.." Jeno menatap mata sang mama.
"Berapa banyak mama menyebut nama Karina selama berbicara dengan Renjun?"
Nyonya Lee mengerjap.
"Mama terlalu banyak membicarakan oranglain dari pada diri Renjnu sendiri. Itu sebabnya Renjun tak mau bertemu mama. Karena yang mama lakukan hanya terus mengungkit soal Karina di hadapannya."
Sang mama tercenung. "Mama hanya suka berbagi cerita tentang orang yang pernah mama kenal."
Jeno menggelengkan kepalanya. "Jangan pada Renjun ma, itu hanya membuat Renjun merasa kalau mama tak menyukainya, tak memberinya kasih sayang seperti yang Karina dapat."
"Tapi mama sayang pada Renjun juga." Suara wanita itu pelan namun penuh kejujuran.
Kali ini Jeno mengangguk, mengerti maksud mamanya hanya saja sang mama tak menyadari apa yang ia perbuat malah menyakiti Renjun. "Karena mama sayang pada Renjun, dan mama tak suka saat Renjun menghindari mama. Jadi berhenti menyebut nama karina, ia sudah bukan apa yang harus diungkit lagi. Jeno bahkan tak memiliki apapun lagi untuk dijadikan alasan terus bersama Karina."
"Renjun sudah aku miliki, tapi mama belum memilikinya. Karena mama seolah tak memberi ruang untuknya." Lanjut Jeno.
"Maaf." Sekarang perasaan bersalah menyerang nyonya Lee.
Jeno menunduk kecil, kemudian melirih. "Aku bahkan belum meminta maaf pada Renjun karena sudah berbicara keras padanya."
"Nanti mama akan minta maaf pada Renjun."
"Maaf ya?" Jeno menumpukan dagunya pada bahu Renjun, mencoba mencuri satu kecupan namun Renjun sejak tadi tak memberinya. Anak itu terus berusaha menjauhkan segala jenis skinship dari Jeno sejak ia mengunjungi rumah submisif itu.
"Kalau kau marah, tak ada yang mengelus rambutku." Kali ini Jeno mengusakkan rambutnya pada leher Renjun.
Renjun berdecak sebal. "Ck, minggir."
Jeno cemberut. "Tak ada yang mengomeliku karena telat makan."
"Ada mama Lee." Ujar Renjun.
"Aku bukan anak kecilnya mama lagi." Mata milik Jeno menyorot sedih pada Renjun, mencoba menarik rasa kasihan dari kekasihnya itu agar segera memaafkannya.
"Kau juga bukan bayiku sampai harus aku omeli setiap hari hanya karena masalah makan." Sinis Renjun.
"Aku kesayanganmu kan." Jawab Jeno.
Renjun tak menjawab apapun, hanya diam tak mau mengeluarkan sedikitpun suara.
Lengan Jeno mencoba memeluk tubuh yang lebih mungil, untungnya kali ini kekasihnya itu tak menghindar. "Renjun..." Suara Jeno menyerupai rengekan.
"Maaf ya? Aku kan tidak tau kalau mama seperti itu padamu." Kecupan hangat itu Jeno berikan untuk rahang Renjun.
"Aku jadi menuduhmu, aku malah menunjuk kalau yang salah itu kau padahal tidak sepenuhnya."
Renjun menoleh, menatap Jeno kemudian masuk dalam pelukan Jeno. "Aku juga minta maaf, karena membuat kau tersinggung dengan sikapku pada mama."
Jeno tersenyum lebar, tangannya mengelus kepala Renjun sayang. "Sudah ya jangan marah lagi."
"Aku dimaafkan tidak?" Renjun bertanya pelan, tangannya masih melingkar erat pada tubuh Jeno.
"Dimaafkan dengan satu ciuman." Jawab Jeno disertai senyum usil.
Dan Renjun langsung mencium pipi Jeno satu persatu, namun Jeno tak puas begitu saja.
"Di bibir." Cengir Jeno sambil menatap ranum Renjun.
Renjun pun lagi-lagi menurutinya, mencium bibir tipis Jeno dengan pagutan dalam.
_______
Ternyata aku gak keburu update waktu malem, dan baru keburu nulis juga sedikit partnya. Maaf ya? Kayaknya sampe besok aku gak bakal bisa update, semoga minggu aku bisa kasih updatean