Donghae, Jisoo, Jihoon dan Wonwoo segera berlari menuju kamar Hoseok. Didepan kamar terlihat Namjoon yang sudah nampak kacau, emosinya meluap, mulutnya mulai meracau tak jelas dan tangannya terus memukuli dadanya sendiri.
"Ha-harusnya aku menemaninya... Harusnya a-aku selalu bersamanya... In-ini semua salahku, andai saja aku lebih perhatian pada Hoseok..." Namjoon terus mengulang kalimat itu.
Beruntung Minghao dan Seungkwan sudah sejak tadi bersama Namjoon, berjaga agar pria ini tak melakukan hal lebih nekat.
"Dimana Hoseok?" Donghae langsung mengajukan pertanyaan pada Seungkwan.
"Didalam bersama Jeonghan hyung, dia meminta kami diluar untuk menemani Namjoon hyung." Jawab Seungkwan.
Donghae langsung melesat masuk kedalam kamar Hoseok.
"Wonwoo, Jihon kalian tunggu diluar dulu. Kurasa lebih baik tak terlalu banyak..." Ucap Jisoo terpotong.
"JEONGHAN!" Suara bentakan Donghae dari dalam kamar mengejutkan semua orang.
"Aku akan masuk, tunggu disini." Jisoo bergegas menyusul Donghae.
Wonwoo yang khawatir karena nama Jeonghan disebut dengan keras hendak menyusul Jisoo. Tepat sebelum langkah pertamanya diambil, Jihoon sudah menarik lengan Wonwoo, memberi tanda pada lelaki berkacamata ini menuruti ucapan Jisoo.
Dengan berat hati Wonwoo berhenti dan mendengarkan Jihoon.
"Apa kalian sudah memanggil Jimin hyung untuk datang kemari?" Tanya Jihoon.
"Aku sudah mengutus anak buahku mencarinya hyung, mungkin sebentar lagi mereka datang." Jawab Minghao yang masih memeluk badan Namjoon.
Dalam kamar Hoseok terlihat pemandangan yang cukup mengerikan.
Badan Hoseok separuhnya hampir memiliki luka bakar. Kulit melepuh dan bercak darah dimana-mana, Hoseok sekarat.
"Lepaskan pisau ini Jeonghan!" Donghae menampik tangan Jeonghan dengan kasar. Pisau yang tadinya dalam genggaman tangan Jeonghan terlempat kesudut ruang.
Sayatan kecil terlihat dipergelangan Jeonghan. Jisoo berlari, menyobek kain dari lengan kemeja panjangnya. Membalut luka dilengan Jeonghan.
"Doanghae hyung... Jisoo..." Jeonghan cukup terkejut dengan kedatangan mendadak kedua rekannya.
"Apa yang kau pikirkan Jeonghan-ah?! Apa kau masih tak sadar posisimu sekarang? Pasokan air sucimu sudah menipis, kau tak bisa menggunakan kekuatan darahmu sekarang!" Donghae meluapkan amarahnya.
Jisoo melirik ke wajah Jeonghan yang ketakukan dan linglung, ia mencoba menenangkan hyungnya.
"Hyung, Jeonghan pasti tak bisa berpikir jernih melihat kondisi Hoseok hyung yang sekarat. Dia mungkin teringat kejadian yang menimpa Wonwoo dulu, kau tau kan Jeonghan trauma kehilangan orang yang disayanginya."
Tangan Donghae berkali-kali mengusak kepala dengan kasar. Kejadian yang terlalu tiba-tiba, rasanya kepalanya berputar.
"M-maaf hyung... aku... aku takut melihat Hoseok hyung d-datang dengan keadaan yang..." Jeonghan melirik kearah Hoseok ngeri, pupil matanya bergetar dan mulai terasa panas.
Tanpa bepikir panjang Jisoo menarik tubuh ringkih Jeonghan dalam pelukannya. Menyalurkan ketenangan.
"Jimin hyung sudah datang!" Seungkwan menerobos masuk.
"Jisoo kau bawa Jeonghan keluar dulu, biar aku yang menemani Hoseok." Perintah Donghae.
Jisoo menganggukan kepalanya, membantu Jeonghan berdiri dan membawanya keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Righteousness
FanfictionElysian, negeri makmur dengan teknologinya yang maju dan rata-rata penduduknya diberkahi kekuatan sihir. Namun, dalam lima puluh tahun sekali negri yang makmur ini mendapat kutukan yang pasti akan memakan korban 100 jiwa rakyatnya secara acak. Tubuh...