Bagian 19

419 55 10
                                    

"Mungkin misi kali ini akan cukup berbahaya. Aku harap kita saling melindungi satu sama lain." Jisoo memberi pesan pada anggota barunya.

Mereka berlari kearah kuil, mencari tau lebih banyak informasi mengenai firman purnama merah.

Aneh kan, para Dewa itu yang memberi negeri ini kutukan tapi mereka juga menurunkan firman saat bencana ini akan datang. Untuk apa? Membuat para penduduknya hidup ketakukan menanti kematian datang?

Jika kalian tanya mengapa penduduk Elysian tidak kabur untuk menghindari kutukan ini, mereka semua pernah berpikir seperti itu. Tapi kutukan ini akan selalu menghantui semua penduduknya dimanapun mereka berada. Akhirnya mereka memilih bertahan sambil menikmati hidup makmur disini bersama anggota keluarganya.

Jisoo berlari dengan terus mengeluarkan sihir ilusinya, agar penduduk lain melihat mereka seperti rakyat biasa. Menguras tenaga memang, tapi ini demi keselamatan semua.

Sampai di area kuil mereka berhenti sejenak di hutan samping kuil, semabari Jisoo memulihkan tenaganya. Jihoon berjalan mendekat dengan membawa botol minum ditangannya.

"Minum yang banyak hyung." Menyodorkan minum pada Jisoo.

Jisoo menerima botol itu dengan senyumnya dan segera menenggaknya sampai habis.

"Kau tak fokus, kenapa?" Tanya Jihoon.

Jisoo beralih menatap Jihoon yang sudah mendudukan diri disampingnya. "Apa sangat terlihat?"

"Mungkin untuk yang lain tidak, tapi aku sudah mengenalmu sejak kecil."

"Aku mengkhawatirkannya Jihoon. Dia sedang melalukannya sekarang dengan Donghae hyung, pasti rasanya menyakitkan dan aku tak ada disana." Pandangannya dialihkan keatas, menghadap dedaunan yang bergoyang terkena terpaan angin.

"Jeonghan hyung maksudnya? Apa yang mereka lakukan?"

"Kalau kata Jeonghan menjalankan tugasnya untuk terlahir didunia. Hahaha... aku kesal sekali tiap dia mengucapkan itu." Kekehan Jisoo terdengar sedih.

"Tunggu tunggu, aku masih tak paham."

"Dia menggunakan darahnya untuk membuat ramuan penangkal. Yang meminumnya akan terlindungi dari kutukan ini. Kau tau kan dia memiliki kekuatan dari Dewa penyembuhan dan keabadian? Orang tua kita dulu bekerja untuk membuat ramuan ini, dengan bahan utama darah segar Jeonghan." Jelas Jisoo.

"Jadi..."

"Sudah jangan membicarakannya disini, kita sedang dalam misi. Ayo bergabung dengan yang lain." Jisoo berdiri, bergabung dengan kerumunan anggota lainnya.

Tidak, Jihoon makin penasaran. Sudah menjadi kebiasaan alam bawah sadarnya mencari informasi sedetail mungkin sejak menjadi pasukan pengintai. Dan sekarang, ini adalah informasi yang paling ingin ia ketahui, melebihi apapun.

"Kita akan bergerak sebentar lagi. Jihoon akan bergerak sendiri kedalam kuil menuju ruang suci, disana tempat firman dewa turun. Yang lain ikut aku mengitari kuil, kita harus mencari kejanggalan yang ada." Jisoo memberi arahan.

Saat semua diam mencerna komando Jisoo, ada seorang yang memberanikan diri mengangkat tangannya.

"Aku akan ikut dengan Jihoon." Itu Soonyoung yang sedang diberi tatapan heran dari semua orang termasuk Woozi.

"Hei tugasku itu paling berbahaya kau..."

"Aku akan tetap ikut, kalau berbahaya bukankah lebih baik pergi berdua daripada seorang diri."

Lagi, Jihoon kesal. Kenapa banyak yang memotong perkataannya hari ini?!

"Didalam kuil penjagaannya sangat ketat. Dan mungkin ada orang kuat yang berjaga didalam sana." Ucap Jisoo.

Righteousness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang