Bagian 45

335 47 0
                                    

BRAKKK.....

Pintu besi markas Aphopis terbanting keras. Sudah jelas siapa pelakunya karena hanya ia satu-satunya yang berani berlaku seperti ini.

"Sial! Dimana Johnny?!" Fox masuk dengan amarahnya disusul Catty dibelakang.

Didalam markas sudah ada Yesung duduk bersila di sofa dengan segelas anggur ditangan. "Johnny sedang mendapat perawatan, ada hal diluar rencanya yang terjadi padanya."

"Apa kau tau, karena tak ada portal miliknya aku berjalan penuh luka dengan sisa energi yang menipis." bentak Fox didepan wajah Yesung. Namun pria itu masih bersikap tenang.

"Ganti bajumu dan pergi ke ruanganku. Aku tak mau mengobrol dengan orang yang kotor." jawab Yesung, matanya nyalang menatap Fox. Sekuat dan menakutkannya seorang Fox ia akan tetap tunduk dibawah perintah Yesung. Dengan decihan keras ia beranjak pergi.

Tak lagi mengekori Fox, Catty memilih duduk menemani Yesung minum. Gadis ini hanya dia disofa samping sambil memandang pria dihadapannya menenggak alkohol.

"Ingin segelas?"

"Aku melihat pecahan topeng milik Phanter didepan. Dia sudah mati?"

Satu sudut bibir Yesung naik keatas. Sepatu hitam mengkilapnya melangkah pelan, duduk disandaran sofa tempat Catty. Tangan Yesung sudah berpindah tempat, mengelus dagu runcing milik Catty. "Memang hanya kau yang bisa kuandalkan selain Fox, otak seksimu ini sungguh menarik."

Dengan kasar Catty segera menepis tangan Yesung darinya. Kekehan kecil terdengar dari bibir Yesung yang sudah kembali ke tempatnya semula.

"Aku membereskannya karena dia sudah tak berguna. Seorang anggota Aphopis kabur untuk ke dua kalinya dalam keadaan sekarat bisa mencoreng citra yang kubangun."

"Jadi hanya aku dan Fox yang tersisa?" tanya Catty. Anggukan dari Yesung menjadi jawaban dari pertanyaannya. Catty nampak diam dan berpikir sejenak, tapi setelahnya dia bangun dan akan pergi.

Saat lengannya mencapai knop pintu Yesung kembali menegurnya. "Hey, tak ingin dengar soal kematian Wolf?"

"Menurutmu itu penting untuku?"

Kini Yesung tertawa cukup kencang sampai menumpahkan anggur ditangannya. Catty hanya menganggpnya gila karena mulai mabuk.

"Wah nona kita ini sungguh jahat. Aku jadi kasihan dengan Wolf. Seorang pengawal yang mengikuti tuannya seperti seekor anjing dan berakhir dicampakan."

Perkataan Yesung berhasil memantik amarah Catty. "Sudah kubilang untuk tak mengungkit masalah itu lagi."

"Putri bungsu bangsawan ternama yang kabur untuk memuaskan hasrat gilanya diluar..."

"Hentikan!"bentak Catty memotong ucapan Yesung.

"Kau masih ingat perjanjian awal kita kan?" sambung Catty dingin. Setelah itu ia segera pergi dari tempatnya, berlama disini tak ada gunanya.

"Baiklah selamat beristirahat, Lady Rose."  

Balutan kemeja hitam yang pas dibadan dengan, dua kancing yang dibuka dan baju lengan digulung mempertotonkan tubuh atletis milik Fox. Tak memerlukan waktu lama untuknya bersiap. Lagipula seperti inipun Fox selalu bisa menarik perhatian banyak orang.

Pria yang sedang menggulung lengan kemejanya itu menatap kaca yang menampilkan pantulan dirinya. Topeng rubah usang yang sudah sekian lama dikenakan tanpa pernah diganti berada dimeja kecil disudut kamar. Kini wajahnya terekspos dan memperlihatkan pahatan sempurna. Namun Fox tak menyukainya, rasa tak suka muncul tiap melihat pantulan wajah tampan itu. 

Righteousness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang