Bagian 31

349 48 3
                                    

Seungkwan masih memandang wajah lelaki tampan yang duduk dihadapannya. Tangannya satu digunakan untuk menyangga dagu, dan tangan satunya digunakan untuk mengambil kue.

Ia sedang berada didapur. Menikmati cemilan favorit yang ia minta dari chef dapur. Niatnya hari ini ingin menghabiskan waktunya mengemil dan bersantai sejenak. Mumpung Jeonghan sedang ingin sendiri dikamar dan Donghae yang entah kemana sejak malam dan masih belum kembali.

"Hei." panggil Seungkwan pada laki-laki dihadapannya dengan mulutnya yang penuh. Padahal ia berniat dengan nada dingin dan menakutkan. Tapi apa yang dilakukan lawan bicaranya sungguh diluar pikiran.

Pipi gembul Seungkwan dicubit. Lantas Seungkwan yang masih setengah kaget menepis tangan yang masih menempel dipipi lembutnya.

"YAK HANSOL! Kau sudah gila!" Bentak Seungkwan.

Lagi, pria dihadapannya memberikan reaksi tak terduga untuk orang yang baru saja dibentak. Kalian tau bagimana reaksinya? Ia tertawa!

"Jangan berlaga menyeramkan begitu Boo, kau makin menggemaskan." Hansol makin bersemangat menggoda.

Manisan yang berada ditangan Seungkwan terjatuh. Mulut dan matanya membulat, masih tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Kini ia menyesal sudah berbaik hati pada pria gila ini waktu lalu.

Hansol meletakan dagunya diatas kedua tangannya, mendekat dirinya pada si lucu. "Kenapa? Sepertinya kau ingin mengatakan sesuatu."

"Kau pria gila." Hansol tertawa lagi, tiap kata yang keluar dari mulut Seungkwan entah mengapa selalu menyenangkan. Atau, ia hanya suka saat suara Seungkwa masuk ke indra pendengarnya. 

Hansol sendiri tak paham kenapa ia seperti ini. Padahal biasanya ia orang yang lebih banyak diam dan sedikit berinterksi dengan orang asing. Tapi dengan Seungkwan, ia tak bisa menahan hasratnya untuk mendapat atensi pria ini. Tiap respon yang Seungkwan berikan begitu baru dan menyegarkan, ia suka mengamatinya.

"Ah kau menghancurkan hari indahku." Seungkwan akan beranjak dari tempatnya, sampai tangan putihnya tertahan.

"Jangan, kumohon tetaplah disini." Ucap Hansol, ada nada memelas dalam kalimatnya. Seungkwan ragu, tapi hati kecilnya tak tega meninggalkan pria ini.

Dengan dengusan napas kasar ia kembali duduk ditempatnya. "Sudah, lalu apa?" 

Hansol tersenyum puas, dirinya senang saat Seungkwan mau menuruti permintaannya. Kemudian Hansol menarik tangan Seungkwan, menaruhnya diatas kepalanya. Setelah itu, dirinya menidurkan diri diatas meja.

Makin bingung Seungkwan menjadi salah tingkah dengan perbuatan Hansol. "A-apa yang kau lakukan?!"

"Aku mohon, tetaplah seperti ini sebentar Boo." Pinta Hansol lirih.

Tak tega Seungkwa hanya menurutinya lagi. Diperhatikan raut muka Hansol yang nampak lelah. Perlahan tangannya digerakkan naik turun. Mengelus surai rambut Hansol yang hitam kecoklatan.

*****

Jihoon sedang mengayunkan pedangnya kesana kemari. Tadi pagi, ada pria gila yang menantangnya berpedang untuk kesekian kali walaupun selalu kalah.

"Wah mulut besarmu itu tak sebanding dengan kemampuanmu Choi Soonyoung!" Jihoon tertawa puas saat pedangnya terus memojokkan Soonyoung.

Tak ada jawaban Soonyoung terlalu sibuk bertahan dan menghindar. Serangan Jihoon sangat rapi hampir tak ada celah untuk dirinya membalas menyerang. Tapi bukan Soonyoung namanya jika mudah menyerah begitu saja. Dari berkali-kali pertarungannya dengan Jihoon ia selalu mempelajari pola gerakan lelaki mungil ini.

Righteousness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang