"Bisa cepat jawab pertanyaanku? Sepertinya cangkir tehmu sangat dalam ya sampai tak habis-habis." sindir Jeonghan, pasalnya pria manis ini sedang kesal menunggu Ios yang katanya ingin menghabiskan minumannya sebelum menjawab pertanyaan pertama Jeonghan.
Yang ditunggu masih saja santai menyeruput teh yang sudah setengah jam masih tersisa setengah. "Hei, kau tidak tau kalau teh harus diminum perlahan sambil meresapi rasanya."
Brakkk....
Jeonghan menggebrak meja dengan canggung, sebelumnya ia belum pernah bertindak emosial seperti ini. "Aku tak bisa terjebak lebih lama disini, kau tau rasa frustasi saat mendengar suara tangisan saudaramu dikepala tapi tak bisa berbuat apapun?" sebenarnya tiap Wonwoo datang berkunjung, Jeonghan juga bisa mendengar suara tangisan lelaki berkacamata itu. Hanya saja ia tak tau kenapa Wonwoo sampai menangis dan ada dimana adiknya, hanya suaranya yang terputar ditelinga.
"Tentu saja tidak, dari tercipta aku sudah hidup sendiri." jawab Ios enteng. Penilaian Jeonghan terhadap lelaki ini salah besar, mana ada berwibawa, lihatlah tingkah menyebalkannya. Mungkin Ios keil lebih baik, otaknya masih polos dan lebih menggemaskan tentu saja.
"Ayolah jangan tegang begitu, oke aku minta maaf jika menggodamu terus. Pertanyaan pertamamu kan? Em, jadi kau berada di dimensi khusus yang diciptakan untuku, seperti akhirat namun berbeda. Tak sembarang orang bisa masuk kesini, dan kau adalah orang kedua yang menerima undanganku."
"Untuk apa kau mengundangku dan siapa kau sampai mempunyai tempat seperi ini?"
Ios tersenyum, sesungguhnya jika tak mengingat sikapnya sebelumnya mungkin Jeonghan akan jatuh ke pesona lelaki bermbut putih itu. Walau jujur saja, senyum milik Seungcheol terlihat lebih indah. Hey, kenapa tiba-tiba sampai kesana, ini bukan saatnya Jeonghan berpikir tentang orang lain. Tapi jujur gara-gara ingatan sekilas itu, muncul sedikit rasa ingin melihat wajah dengan garis waja yang tegas miliknya. Oke Jeonghan, berhenti.
"Kau sangat mirip dengannya, suka segala sesuatu yang cepat. Kenapa aku mengundangmu iu karena kau membutuhkan bantuanku nantinya. Akan kubertahu jika kau akan pergi dari sini. Selanjutnya, siapa aku? Aku adalah pemilik kekuatan yang mengalir dalam darahmu Jeonghan. Bisa juga dibilang, kau itu keturunanku. Dibanding kedua orang tuamu, aku lebih mewariskan banyak DNA dalam dirimu."
Jeonghan berpikir sebentar. Jika Ios bilang kalau ia adalah pemilik kekuatan ini, itu berarti... Gila, tapi ibunya bilang orang itu sudah dilenyapkan, bagaimana sekarang ia bisa berdiri dihadapan Jeonghan. Wujudnya sangat nyata.
Bola mata berwarna cyan itu memandang Jeonghan lekat, memberikan tatapan bangga. Tentu saja keturunan Artha yang juga mewarisi darahnya tak akan mengecewakan. Hanya dengan jawaban singkat Jeonghan hampir bisa membuat kesimpulan.
"Benar, wah kau memang mewarisi ketampananku dan kepintaran Artha." mata Jeonghan membulat, bahkan ia tak berkata apapun. "Ini duniaku, apa yang kau herankan?"
Ios bisa membaca pikirannya, sialan.
"Jadi kau..."
"Dewa pengobatan dan penyembuhan, Aesklepios. Ios adalah nama panggilan yang diberikan oleh ibumu, satu-satunya cinta yang ku miliki."
"Apa? Tapi anda su..."
"Lenyap? Kau benar." wajah Jeonghan ditekuk, seorang dewa bisa setengil ini rupanya. Mentang-mentang bisa membaca isi otaknya omongannya selalu dipotong.
Ios tertawa, lebih lepas kali ini. Jeonghan ini sangat menarik, mirip sekali dengan ibunya. "Baiklah sekarang sungguh aku akan berhenti, waktu kita makin tipis kau tak boleh berlama disini. Akan aku ceritakan apa yang perlu kau tau, dengar dengan seksama, ini akan berguna untukmu nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Righteousness
FanfictionElysian, negeri makmur dengan teknologinya yang maju dan rata-rata penduduknya diberkahi kekuatan sihir. Namun, dalam lima puluh tahun sekali negri yang makmur ini mendapat kutukan yang pasti akan memakan korban 100 jiwa rakyatnya secara acak. Tubuh...