Bagian 54

356 50 12
                                    

Padang rumput luas, langit biru laut bersih, matahari bersinar terang tapi tak menyengat kulit dan angin sepoi yang terus menggelitik wajah. Sudah berapa jam atau bahkan hari Jeonghan terbaring beralas rumput lembut, matanya enggan terbuka, sudah terlalu nyaman.

 Sudah berapa jam atau bahkan hari Jeonghan terbaring beralas rumput lembut, matanya enggan terbuka, sudah terlalu nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak tau kenapa saat bangun dari tidurnya Jeonghan sudah tiba ditempat ini. Walaupun baru pertama kali melihat, tapi ia tak merasa asing disini. Sepanjang ia sampai, hari tak pernah berganti dan sang surya selalu setia di posisinya, maka dari itu ia tak bisa menghitung waktu. Tapi tak penting juga, Jeonghan sudah cukup sangat senang ada disini.

"Hey, kenapa kau tiduran terus disini?" suara anak kecil laki-laki datang entah dari mana, padahal sejak tiba ia hanya sendiri, dengan suara angin sebagai teman. Maaf saja ya nak, Jeonghan masih malas membuka matanya.

"Siapa kau? Apa kau tinggal disini?"

"Jika bertanya pada orang kau harus tatap matanya, huh tidak belajar sopan santun ya?" anak yang galak, tapi Jeonghan tak marah padanya. Perasaannya sangat damai, jadi kembali Jeonghan diam menikmati buaian semilir angin dan sinar matahari.

"Disini sangat nyaman kan?" anak itu duduk diamping Jeonghan, menekuk kedua lutut didepan dada dan memandangi wajah Jeonghan yang sedang tersenyum mendengar pertanyaannya. "Tapi kau akan kehilangan banyak hal jika terus berada disini." lanjut sang anak lirih diakhir kalimatnya.

Dengan tak sopan tangan kecil itu memaksa Jeonghan bangun dari posisi nyamannya. Anehnya badan Jeonghan tertarik oleh kekuatan sekecil itu. "Ayo temani aku bermain selagi disini." ajak si anak yang sudah berlarian sambil memetik bunga.

Saat Jeonghan perhatikan sosok anak itu agak berbeda dengan orang-orang yang pernah ia temui. Bukan dalam maksud yang buruk, Jeonghan juga tak tau bagaimana menjelaskannya tapi anak ini terlihat spesial. Kulitnya mulus, rambut yang berwarna putih bersih dan mata sayu berwarna cyan nya sangat indah. Mata sayu itu seakan menarik Jeonghan kedalamnya, walaupun tak berwarna sama tapi bentuknya persis seperti miliknya, atau lagi-lagi hanya perasaanya saja?

"Hei kenapa diam saja? ayo kemari." panggil anak itu sambil melaimbaikan tangannya.

Jeonghan berjalan mendekat, ikut berjongkok disamping si anak lelaki yang sedang mengumpulkan tangkai bunga ditangannya.

Jeonghan berjalan mendekat, ikut berjongkok disamping si anak lelaki yang sedang mengumpulkan tangkai bunga ditangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Righteousness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang