"Hyung, kau tidak pulang saja?"
"Kau mengusirku Jisoo?"
Saat matahari pagi bersinar cerah sampai menembus pepohohan dan mengusik tidurnya, Jisoo memutuskan lanjut berjalan. Tadinya ia pikir hyungnya sudah pergi dari semalam, namun Jisoo masih bisa merasakan kehadiran seseorang didekatnya.
Donghae memang tak menampakkan diri sedari awal. Dengan sengaja ia bersembunyi dibalik rimbunan pohon sembari menemani adiknya.
"Kau yakin tak apa meninggalkan markas disaat seperti ini?" Jisoo terus berjalan sambil bicara. Jika ada orang disini mereka pasti akan menganggapnya gila karena bicara dengan angin.
"Apa yang kau khawatirkan Jisoo? Ada banyak orang yang bisa dipercaya disana. Sedang kau disini sendiri, kau lebih membutuhkan kehadiranku."
Saat ia dan yang lain masih kecil, Donghae sering mengajak mereka bermain. Walaupun terpaut umur cukup jauh, Donghae selalu bersenang-senang layaknya anak kecil bersama mereka. Ia orang yang lucu dan menyenangkan.
Jisoo tersenyum kecil, mengingat betapa bahagianya mereka kala itu. Dari dulupun Donghae selalu sama, ia dan saudaranya akan selalu menjadi adik kecil yang perlu perlindungan. Hanya saja sejak keadaan berubah dan Donghae mengemban tanggung jawab besar sebagai pemimpin Righteousness ia sedikit berubah. Bukan perasaannya, tapi sikap dan rasa tanggung jawabnya.
Apalagi sebelum pergi, orang tua mereka mempercayakan Donghae untuk menjaga ia dan para saudaranya. Pastilah beban yang pikul juga besar. Dari situ Jisoo berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi kuat dan membantu hyungnya. Jisoo takkan membiarkan siapapun mengusik keluarganya, tidak ada yang boleh merenggut orang yang disayanginya, lagi.
Kwak... Kwak...
Empat ekor gagak terbang rendah kearahnya. Dua ekor hinggap dipohon kecil disamping tubuhnya, dua ekor lainnya mendarat ke belakang pohon disamping kirinya. Jisoo mengunci penglihatannya pada gagak lainnya, ia agaknya sedikit penasaran keberadaan hyungnya.
Sampai dua burung yang diutusnya kembali berkoak dengan keras meminta perhatian Jihoo. "Oh maaf, kaliah burung Minghao kan? Apa dia tak salah menciptakaan kalian?" Jisoo memajukan lengannya, memberi tempat untuk burung hitam itu bertengger ditubuhnya.
Satu tepukan dipundak membuat dirinya yang sedang mengamati gagak didepannya kaget. Jiso buru-buru membalikan badan, mencari sang pelaku.
"Donghae hyung?!"
"Kita harus cepat pergi Jisoo." Ujar Donghae serius.
"Tapi hyung, bagaimana dengan hukumanku?"
"Jangan pikirkan itu lagi! kita harus secepatnya pergi mengikuti burung-burung ini. Begitu sampi kau akan menuntaskan hukumanmu dengan cepat disana." Donghae melambungkan satu gagak yang mendatanginya ke udara. Membuat burung itu terbang menjauh diikuti tiga ekor lainnya.
"Cepat Jisoo!" Donghae berlari menyusul para gagak.
Jisoo tanpa berpikir panjang berlari menyusul. Ia paham maksud perkataan Donghae barusan.
Sialan! Kenapa bisa ada orang yang sampai ke wilayah lembah Talase?! Kumohon, kalian semua bertahanlah, kumohon. Jisoo dihinggapi kecemasan.
Satu gagak yang Minghao kirimkan pada Donghae adalah gagak spesial. Gagak itu diberi mantra khusus untuk menyampaikan pesan dalam penghilahatan falcon. Maka dari itu Donghae sudah mengetahui keadaan yang menimpa markasnya.
*****
Dua kubu yang saling berhadapan masih tetap pada tempatnya, belum ada pergerakan yang dilakukan. Bunny dan Panther yang berada dibelakang kuda Fox menendang-nendang kuda mereka, membuat sang kuda sedikit memberontak tak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Righteousness
FanfictionElysian, negeri makmur dengan teknologinya yang maju dan rata-rata penduduknya diberkahi kekuatan sihir. Namun, dalam lima puluh tahun sekali negri yang makmur ini mendapat kutukan yang pasti akan memakan korban 100 jiwa rakyatnya secara acak. Tubuh...