BRAKKK!!!!!!!!
Bantingan pintu yang keras mengambil atensi semua orang didalam ruangan.
"Jimin, kau tak seharusnya berlarian begitu disaat seperti ini." Tegur Donghae.
"Maaf a-aku terlalu bersemangat hyung. Ada berita penting!"
Jeonghan berdiri tiba-tiba, membuat kaget orang disekelilingnya. Otaknya menaruh harap pada berita yang dibawa Jimin. "Apa itu Jisoo?" batinnya.
"Berita apa yang kau bawa Jimin hyung?" Tanya Jeonghan.
"Hoseok hyung! Dia sudah bangun!!!"
Salah, bukan yang seperti Jeonghan harapkan. Namun ini juga kabar yang menggembirakan bagi semua yang berada disana.
Dengan buru-buru para petinggi Righteousness keluar dan berlari kekamar Hoseok.
Pintu kamarnya terbuka, pasti Jimin tidak menutupnya karena terlalu semangat ingin memberitahu kesemua orang. Hoseok telah tertidur terlalu lama, bahkan dari hari kehari mereka semakin hilang harapan untuk kesembuhannya.
Namjoon berada disana, memeluk tubuh kurus Hoseok yang tak diberi makan beberapa bulan.
Tangis yang terdengar sama nemilukannya seperti saat pertama Hoseok kritis. Yang berbeda kali ini ada rasa gembira dan harus disana.
Yang lain tanpa berpikir panjang pun ikut menerjang Hoseok. Bergabung dengan tangisan Namjoon.
Wonwoo yang tak pernah menangis pun mengeluarkan air matanya. Jeonghan yang selalu tenang menyembunyikan wajahnya pada ceruh leher Hoseok.
Terharu, Hoseok memeluk tubuh saudara-saudaranya. Menepuk pungguh mereka, seolah mereka yang selama ini sakit bukan dirinya.
"Hey hey sudah kenapa tangisan kalian tak berhenti. Apa aku tidur terlalu lama?"
"Hy-hyung... ja-jangan sakit lagi... kau h-harus terus sehat..." Seungkwan dengan bersusah payah mengungkapkan isi hatinya.
"Setiap hari kami secara bergantian terus menjagamu hyung. Kita semua menantimu membuka mata." Minghao yang sudah lebih tenang juga ikut bicara.
"Maafkan aku Hoseok, maaf... aku berjanji takkan pernah membiarkanku sendiri lagi." Namjoon tidak melepaskan pelukannya, ia masih takut kehilangan Hoseok lagi.
"Sudah jangan menangis lagi, aku jadi merasa bersalah melihat kalian. Tidak ada juga yang perlu meminta maaf, tak ada yang bisa tau masa depan. Ini diluar kemampuan kita." Hoseok memberi sebuah pelukan lagi.
"Oh iya, ngomong-ngomong dimana Jisoo? Aku tak melihatnya."
Diam, semua seolah menghindar. Tak ada yang mau memberikan Hoseok penjelasan. Akhirnya ia mencari jawaban terakhir.
Donghae yang sejak awal memilih berdiri diambang pintu ditatap Hoseok lekat. Ia menuntut penjelasan.
"Jisoo sedang melaksanakan hukuman dariku dan masih belum pulang. Kau bisa dengar cerita lengkapnya besok." Tegas, Donghae tak mau berlama membahas topik ini.
Malam itu semua petinggi Righteousness tidur dikamar Hoseok kecuali Donghae.
Mungkin ini tidur ternyenyak yang mereka alamu setelah sekian lama.
Donghae sudah mengenakan setelan lengkapnya. Ia hendak keluar dimalam yang seperti neraka ini.
Walaupun terlihat acuh Donghae tetaplah sosok Ayah bagi adik-adik kecilnya. Dalam diamnya dia sama khawatirnya dengan Jisoo seperti yang lain.
*****
Jarum jam menunjuk angka sebelah lebih empat puluh menit. Kabut tebal mulai bergerak menyelimuti Elysian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Righteousness
FanfictionElysian, negeri makmur dengan teknologinya yang maju dan rata-rata penduduknya diberkahi kekuatan sihir. Namun, dalam lima puluh tahun sekali negri yang makmur ini mendapat kutukan yang pasti akan memakan korban 100 jiwa rakyatnya secara acak. Tubuh...