Jangan lupa vote dan comment 💜
ººººººººººº
Tiga hari telah berlalu, mereka telah tiba di wilayah Kerajaan Metahun. Tarachandra memutuskan untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanannya besok, ia menemukan sebuah penginapan sederhana untuk keluarganya beristirahat. Gajendra tak bisa turun dari kudanya, ia hanya bisa terduduk mematung di atas kudanya sehingga membuat Tarachandra keheranan.
"Kenapa tidak turun?" tanya Tarachandra dengan heran. Gajendra hanya mengisyaratkan melalui matanya yang menunjuk ke arah punggungnya, Tarachandra melihat ke arah yang ditunjuk Gajendra dan melihat Karwita yang tengah terlelap sembari memeluk erat tubuh Gajendra.
Tarachandra hanya bisa tersenyum manis melihat kedua pasutri yang menurutnya sangat menggemaskan, ia membopong Karwita dari atas kuda dan membiarkab Gajendra untuk turun dan mengikat kudanya pada pasak yang tersedia di penginapan itu.
Tarachandra menatap wajah menantunya yang begitu lelap seperti bayi, bahkan sepertinya gempa bumi tak akan sanggup untuk membangunkannya. Gajendra meraih tubuh Karwita yang berada dalam gendongan ayahnya.
"Maafkan aku, Rama."
"Tidak apa ngger, ia mengingatkanku pada sosok biyungmu dulu," lirih Tarachandra sembari tersenyum lembut ke arah putranya.
Ketiganya segera memasuki penginapan dan memesan dua kamar, mereka segera memasuki kamar masing-masing dan mengistirahatkan tubuh mereka yang terasa sangat amat kelelahan akibat perjalanan yang melelahkan.
Malam semakin larut, di luar terdengar kicauan burung hantu yang menghiasi malam yang begitu gelap dan sunyi. Menyisakan Tarachandra yang masih bergelut dengan pikirannya, ia menatap kosong ke arah langit-langit kamar sembari tak hentinya memikirkan sosok Maya dalam benaknya.
"Maya, aku merindukanmu," lirihnya sembari memejamkan matanya perlahan dan diiringi dengan tetesan air mata yang meluncur sempurna dari kedua kelopak matanya yang begitu sayu.
ººººººººººº
Keesokan paginya, Tarachandra dibangunkan dengan ketukan dari pintu kamarnya. Ia mengerjapkan matanya, sembari meregangkan otot-otot tubuhnya lalu berjalan membuka pintu kamar dengan perlahan. Disana ia melihat Gajendra dan Karwita yang telah bangun dan membawa sebuah nampan yang berisikan makanan dan minuman untuknya.
"Rama, ini untumu. Tadi kami sudah sarapan, segera bersiaplah dan kita harus melanjutkan perjalanan," tutur Gajendra pada ayahnya.
"Astaga, kini aku yang terlihat seperti anakmu," gurau Tarachandra sembari meraih nampan yang berisikan makanan itu.
"Rama, kami akan menunggumu di luar," sahut Karwita dengan senyuman yang begitu ceria sehingga membuat Tarachandra tertular energi positif yang terpancar dari menantunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA II : Another World [Salakanagara]
أدب تاريخيKala dan waktu memiliki arti yang sama. Waktu bisa saja membawamu kembali menuju masa lalu ataupun masa depan, semua tergantung dengan usahamu dan takdir dari Sang Pencipta KALA. Spin-off 'KALA : The Eternal Love [Majapahit]' Karakter utama adalah f...