○○○○○
Tarachandra merasa de javu dengan kejadian ini. Karwita yang tak siap dengan serangan Nagrin hanya bisa memandang anak panah yang melesat cepat ke arahnya.
Jleb....
"Karwita!"Gajendra berteriak dengan frustasi. Panah itu berhasil mengenai tubuh kecil Karwita, tubuhnya wanita itu terjatuh dari ketinggian enam meter. Gajendra mendekat ke arah Karwita dan mendapati tubuh istrinya yang bersimbah darah.
"Tidak! Kumohon bertahanlah!" Kelopak mata Gajendra sudah dibanjiri oleh air mata. Gajendra memeluk istrinya yang tengah berada diambang kematian. Sedangkan, Tarachandra diam mematung sembari menatap ke arah menantunya, wajahnya memucat otaknya memutar kembali memori yang sekian lama telah ia kubur dalam-dalam.
Tanpa Tarachandra sadari, Nagrin akan menyerangnya. Buta itu tengah mengangkat tinggi gada yang ia pegang, ketika hendak akan menghantamkannya ke arah Tarachandra sebuah panah yang terbuat dari perak melesat menembus keningnya.
Zrash....
Tarachandra terkejut, ia baru menyadari bahwa Nagrin telah limbung jatuh ke tanah sembari berteriak. Perlahan ia melihat energi Nagrin menghilang, Nagrin sudah benar-benar dikalahkan. Dari kejauhan terlihat seseorang mengendarai kudanya dengan begitu gagah.
"Na--nareswari?"
Nareswari memegang busur panahnya, ia menatap dengan penuh ke khawatiran ke arah Tarachandra. Wanita itu dengan sigap meloncat dari kudanya dan berlari menghampiri Tarachandra yang masih terdiam. Nareswari memeluk Tarachandra dengan begitu erat, wanita itu menangis dalam dada bidang Tarachandra.
"Ku--kukira kita tak akan bertemu lagi, Chandra," lirihnya disela-sela tangisannya. Nareswari tak menyadari keadaan Karwita yang tengah sekarat dalam pelukan Gajendra.
"Tidak! Kumohon bertahanlah!" pekik Gajendra sembari menggenggam erat jemari Karwita. Mendengar teriakan Gajendra membuat Nareswari menoleh ke arah belakang, ia sangat terkejut menyadari kondisi Karwita yang memburuk. Dengan segera Nareswari melepaskan pelukannya pada Tarachandra, ia segera berlari menghampiri Karwita.
Tarachandra tak dapat menahan air matanya, perasaan ini adalah perasaan yang sama ketika ia ditinggal oleh istrinya. Tarachandra berjalan ke arah dimana Karwita berada dengan terseok-seok, kakinya terasa begitu lemas seakan tak memiliki tulang.
Nareswari mencoba untuk mencabut anak panah yang tertancap dengan perlahan, Namun Gajendra melarangnya, "Jika kau mencabutnya, Karwita akan kehilangan banyak darah."
Mereka benar-benar kacau, tak ada solusi dari luka parah Karwita. Diobati pun sudah tak ada gunanya, karena selain terkena panah ia juga terjatuh dari ketinggian enam meter. Tak ada lagi harapan untuk Karwita hidup.
"Apa tidak ada solusi lain untuk menyelamatkan istriku?" ujar Gajendra dengan begitu putus asa. Nareswari terdiam sejenak, lalu ia melirik ke arah Tarachandra yang sudah berada di belakang Gajendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA II : Another World [Salakanagara]
Historical FictionKala dan waktu memiliki arti yang sama. Waktu bisa saja membawamu kembali menuju masa lalu ataupun masa depan, semua tergantung dengan usahamu dan takdir dari Sang Pencipta KALA. Spin-off 'KALA : The Eternal Love [Majapahit]' Karakter utama adalah f...